NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Clareance

Takdir Cinta Clareance

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa
Popularitas:58.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Budi Asih

Sejak kecil Rea seorang anak tunggal terlalu bergantung pada Jayden. Laki-laki sok jagoan yang selalu ingin melindunginya. Meskipun sok jagoan dan kadang menyebalkan, tapi Jayden adalah orang yang tidak pernah meninggalkan Rea dalam keadaan apapun. Jayden selalu ada di kehidupan Rea. Hingga saat Altan Bagaskara tidak datang di hari pernikahannya dengan Rea, Jayden dengan jiwa heroiknya tiba-tiba menawarkan diri untuk menjadi pengganti mempelai pria. Lalu, mampukah mereka berdua mempertahankan biduk rumah tangga, di saat orang-orang dari masa lalu hadir dan mengusik pernikahan mereka?



Selamat Membaca ya!


Semoga suka. 🤩🤩🤩

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Budi Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 26

Siang itu, Brigita yang menentukan semuanya. Termasuk memilih restoran yang menyajikan makanan Korea. Lokasinya tak jauh dari hotel L' Amore Park City, tempat di mana Jayden akan menemui klien usai makan siang.

Karna itulah Jayden menyetujui ide Brigita untuk mencoba restoran itu. Kegemaran Brigita dengan hal-hal yang berbau negeri ginseng sedikit mempengaruhi Jayden.

"Kamu pernah ke sini sebelumnya?"

"Lumayan sering," sahut Brigita. Matanya berbinar terang. Menyorotkan kebahagiaan.

Melihat betapa antusiasnya Brigita siang itu, membuat Jayden ikut merasa senang. Ya, setidaknya dia harus membalas budi gadis cantik itu karna dia sering mengunjungi ibunya dan membawakan berbagai macam makanan.

Bukan itu saja, Jayden melakukan semua ini karna desakan orang tuanya. Mungkin tidak ada salahnya kalau sekarang dia mulai menuruti nasehat ibunya, untuk membuka hati pada perempuan yang menyukainya.

"Kamu boleh pesan apa pun yang kamu mau. Aku mau ke toilet dulu," ujar Jayden saat Brigita masih menekuri buku menu di hadapannya.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk, hatinya benar-benar di penuhi bunga-bunga bermekaran.

Jayden bangkit berdiri, melewati beberapa kursi kayu yang melingkari meja berbentuk persegi. Langkahnya yang ringan seketika terhenti di dekat pintu toilet.

Samar-samar dia mendengar dua orang yang sedang berbicara dengan suara pelan tak jauh dari tempat Jayden berdiri.

Posisi mereka membelakangi Jayden. Namun, lelaki itu masih bisa mengenalinya. Mereka berdua terlihat sangat akrab, meski percakapan mereka seperti perdebatan sepasang kekasih.

Jayden menduga pria itu adalah Altan. Tak salah lagi. Laki-laki yang sedang bicara dengan seorang perempuan berwajah sedih itu adalah Altan. Calon suami Clareance.

Perlahan Jayden mendekat, membuat Zika yang melihatnya otomatis bergerak sedikit menjauh dari Altan yang masih menatapnya intens.

"Altan?" Panggil Jayden ragu-ragu. Dia hanya ingin memastikan, apakah prasangkanya benar atau tidak.

Lelaki yang memunggungi Jayden itu menoleh. Dan benar saja, seseorang itu adalah Altan. Tentu saja dia terkejut, tak menyangka kalau pria yang memanggil namanya adalah Jayden.

"Oh, hai, Jayden." Sapa Altan yang tampak salah tingkah. Berkali-kali dia melirik ke arah Zika yang masih berdiri di sebelahnya.

Siang itu Altan sengaja menemui Zika di restoran Korea, setelah perempuan itu kabur beberapa hari yang lalu. Tak di sangka, di sana dia justru bertemu dengan Clareance. Bisa runyam masalahnya kalau sampai Jayden mengadu pada gadis itu.

"Perempuan yang tadi ...." Belum sempat Jayden bertanya, tiba-tiba Zika sudah pergi meninggalkan dua pria yang sedang berhadapan itu, membuat Altan kebingungan sendiri.

"Oh, dia sepupu aku. Tadi kebetulan ketemu di sini," kilah Altan yang kembali bisa menguasai keadaan, meski dalam hati dia juga ketakutan kalau Jayden menaruh curiga dengannya.

"Ehm, sorry, aku duluan, ya. Sampai ketemu lagi, Jayden."

Altan pergi, tampak terlalu terburu-buru dan sangat mencurigakan. Pria itu terlihat berbeda, tak seperti Altan yang pernah ia temui beberapa waktu yang lalu saat bersama Clareance.

Ada apa sebenarnya? Haruskah dia melaporkan kejadian ini pada Clareance?

"Mas Jayden!" Panggil Brigita yang tiba-tiba muncul, mengejutkan pria itu. "Astaga, Mas. Kupikir kamu ke mana, kok lama banget? Makanannya sudah datang, loh."

Jayden menaikkan sebelah alis, lalu tersenyum kecil pada Brigita yang berdiri di hadapannya.

"Kamu makan saja duluan, nanti aku nyusul," ujar Jayden sebelum masuk ke dalam toilet pria.

Sementara Brigita hanya bisa mengerjap dengan tatapan heran. Kenapa pria itu tak pernah sekali pun fokus padanya, padahal sejak tadi Brigita sudah berusaha bersikap seakrab mungkin dengan Jayden.

###

Gaun panjang Clareance menyapu lantai. Gadis itu berjalan pelan dan duduk di atas sofa beludru. Memamerkan kulit mulusnya yang di balut gaun mahal sebuah brand ternama yang khusus mengontrak dirinya untuk membuat iklan.

Ini gaun ke sepuluh yang ia pakai, masih ada beberapa lagi sebelum sesi pemotretan ini berakhir. Dan Rea belum makan karbohidrat sejak pagi.

Dia harus menjaga tubuhnya agar tetap proporsional dan terlihat pantas mengenakan gaun dengan size apa pun, termasuk oversize.

"Oke! Good job, Rea!" Seru fotografer sambil mengacungkan jempolnya untuk Clareance. "Break satu jam, ya! Kita makan siang dulu," lanjutnya sebelum meletakkan kamera dan meninggalkan studio bersama beberapa kru yang membantunya dalam proses pemotretan.

Sementara Clareance berjalan gontai menuju make up room yang sekaligus di pakai untuk berganti baju.

Gadis itu duduk terkulai, perutnya lapar. Tapi dia tidak bisa makan sembarangan. Masih ada sesi kedua untuk pemotretan hari ini. Mungkin dia baru bisa makan nanti malam atau besok saat dia libur.

"Mbak Rea, ada telpon." Vins mendekat, menyodorkan ponsel Rea yang dari tadi tak berhenti berdering.

"Siapa?" Rea memejam, membiarkan seseorang menyapukan perona di pipinya, sambil menahan rasa lapar di dalam perutnya.

"Mas Jayden," bisik Vins, sedikit melirik make up artist yang sedang merapikan riasan Clareance. "Mau di jawab nggak? Atau saya reject saja?"

"Mau ngapain lagi sih dia," gerutu Rea. Gadis itu membuka mata dan meraih ponselnya dari tangan Vins.

Sejenak, Rea bangkit dari duduk dan berjalan agak menjauh. Apalagi saat melihat seseorang yang merias wajahnya tadi tampak ingin tahu dengan siapa Rea berbicara.

"Halo, Jayden. Ada apa? Aku lagi sibuk banget. Nggak bisa ngobrol lama-lama. Sebentar lagi pemotretan sesi kedua di mulai," cerocos Rea melewatkan sapaan basa-basi pada sahabatnya itu.

"Kamu di mana?" Tanya Jayden to the point, sama sekali tak peduli dengan penjelasan Rea tadi.

"Kerja."

"Aku tahu kamu kerja. Tapi, di mana?"

"Ada apa? Aku nggak bisa ketemu sekarang. Sibuk banget, Jayden. Kalau ada yang ingin kamu sampaikan, ngomong di telpon saja bisa, kan?"

"Nggak bisa."

"Ya, sudah. Nggak usah di omongin. Aku tutup saja telponnya."

"Rea ...."

"Apalagi?"

"Aku ketemu Altan sama perempuan lain di restoran."

Deg!

Seketika Clareance terdiam. Bibirnya mengatup rapat. Rasanya dia tak sanggup merespons ucapan Jayden tadi. Bayangan perempuan yang ia temui di apartemen Altan kembali muncul dalam benaknya. Membuat hatinya terasa pedih.

"Rea? You okay?"

Gadis itu masih diam, ia sandarkan pundaknya ke tembok agar tubuhnya tidak jatuh ke bawah.

"Rea? Kamu dengerin aku kan?"

"Hm, iya," lirih Rea. hanya itu yang bisa ia katakan.

"Aku tahu ini bukan urusanku. Tapi, aku merasa kamu harus tahu kalau calon suamimu ...."

"Aku tahu."

"Ha?"

"Aku tahu soal perempuan itu."

"Jadi kamu sudah tahu kalau Altan punya hubungan dengan perempuan lain?"

"Perempuan itu bukan siapa-siapa."

"Kamu yakin?"

Rea diam sejenak, sebelum ia menjawab dengan suara yang terdengar ragu di telinga Jayden. "Ya, aku yakin."

"Tapi, Rea, tadi aku lihat mereka berdua ...."

"Jayden, just stop it!" Bentak Rea tak tahan lagi. Sebelah tangannya terangkat naik memijit pelipis yang tiba-tiba terasa nyeri. "Aku harus kerja, Jayden."

"Rea, tunggu sebentar. Dengerin dulu penjelasanku."

"Aku nggak bisa, Jayden. Pemotretannya sudah mau di mulai."

"Ya, sudah, share lokasi kamu sekarang. Aku mau ke sana."

"Jayden, please stay away from me. Kamu paham nggak sih posisi aku."

"Tapi calon suamimu, pria nggak benar, Rea. Aku nggak mau kamu salah pilih lagi."

"Tahu apa kamu soal dia? Kamu nggak tahu apa-apa, Jayden," tangan Rea mendadak gemetar, perutnya melilit, pandangannya pun perlahan kabur.

"Coba kamu pikir baik-baik. Jangan sampai kamu ...." Jayden tiba-tiba berhenti bicara, saat ia mendengar kegaduhan di ujung sana. "Rea? Clareance? Are you okay?!" Teriaknya khawatir.

"Halo? Mas Jayden? Mbak Rea pingsan, Mas!" Teriak Vins panik.

###

Usai bicara dengan Vins di telpon, Jayden bergegas keluar dari toilet dan kembali ke tempat duduknya.

Brigita yang melihat Jayden berjalan terburu-buru menuju ke arahnya, tampak mengernyitkan dahi bertanya-tanya. Ada apa lagi dengan pria itu? Kenapa dia sama sekali tak bisa menikmati duduk berdua dengan Jayden tanpa ada yang mengganggu?

Haruskah dia pindah ke planet lain hanya untuk bisa memiliki pria ini sendirian? Ah, entahlah.

"Git, maaf, ya. Aku harus pergi sekarang. Kamu nggak apa-apa kan pulang sendiri?"

Gadis cantik berlesung pipi itu melongo, menatap Jayden dengan penuh tanda tanya. Belum sempat ia menjawab pertanyaan Jayden, pria itu sudah melesat pergi setelah membayar semua tagihan. meninggalkan Brigita yang masih diam membisu di tempat duduknya.

Baru ia sadari setelah beberapa saat Jayden pergi melewati pintu masuk restoran, Brigita menemukan berkas-berkas Jayden tertinggal di mejanya.

Apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai dia melupakan pekerjaannya? Sepenting itukah seseorang itu, hingga membuat Jayden melupakan segalanya?

Sementara itu, Jayden sudah bergegas melajukan mobilnya meninggalkan restoran dengan pikiran kalut. Kekhawatiran Jayden memuncak saat ia mendengar Vins berteriak panik dan mengatakan kalau Clareance tiba-tiba pingsan di lokasi pemotretan.

Saat mobil Jayden berhenti di perempatan lampu merah, ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Shanty, stafnya di kantor.

"Halo, Pak Jayden. Tadi saya di telpon sama ...."

Bersambung.

Terima kasih telah membaca.

Selamat datang di karya baruku. Bila berkenan harap subscribe dan berikan bintang lima serta komentar yang positif untuk memberikan semangat padaku. Terima kasih.

1
EMBER/FIGHT
Hormat senior /Smirk/
Dewi_risman25: semoga suka dan menghibur, jangan sampai di skip/loncat babnya ya, selamat membaca 😊
total 1 replies
Dewi_risman25
Semoga Suka jangan di lompat-lompat baca Babnya ya, dan ikuti terus ceritanya hingga tamat 😘🙂
Renesme
Bagus ceritanya bisa menghibur 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!