Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebaikan Pemilik Perusahaan
"Pak Damar." sapa Naya pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam kamar inapnya.
Pak Budiman yang tadinya sedang tiduran di sofa karena tidak kuasa melihat kemesraan putri dan calon menantunya langsung terkesiap bangun ketika mendengar nama Damar. Bagai manapun di harus menghormati atasan Naya itu.
"Selamat sore, pak. Saya Budiman, ayah Naya." pak Budiman mengenalkan diri.
Pak Budiman memang sudah mengenal Damar karena Naya sering menceritakan tentang atasannya itu. Meskipun baru hari ini ia bertemu dengan orangnya langsung.
Sementara Candra tetap duduk di tempatnya. Tidak beranjak sama sekali. Sepertinya pria itu agak sedikit cemburu dengan Damar karena pria itu memang lebih tampan dan kaya darinya.
"Damar. Wakil direktur perusahaan tempat Naya bekerja." Damar menyambut uluran tangan Pak Budiman.
Meskipun wajah Damar terlihat datar dan serius, tak membuat Pak Budiman beranggapan jika atasan putrinya itu sombong. Karena lagi-lagi pak Budiman memang sudah mengetahui bagai mana sifat dan perwatakan pria itu dari Naya.
Kemudian Damar beralih melihat ke arah Naya.
"Bagai mana keadaan mu ?" tanya Damar dengan nada datar seperti biasa.
Damar masih berdiri di tempatnya yang agak jauh dari tempat ranjang pasien.
"Masih terasa sakit, pak meskipun sudah di beri obat penahan sakit." jawab Naya jujur.
Terbiasa memberikan laporan sesuai dengan apa adanya, Naya pun mengatakan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Sampai saat ini Naya masih belum tahu jika kedua kakinya lumpuh karena Pak Budiman dan Candra masih merahasiakannya.
Damar hanya menganguk menanggapi ucapan Naya. Melihat dari senyuman wanita itu, Damar tahu jika Naya pasti belum mengetahui jika ia lumpuh.
"Silahkan duduk, Pak." kata Pak Budiman mengalihkan perhatian Damar.
Baru saja selesai pak Budiman berucap, lagi-lagi ada yang mengetuk pintu. Dua orang laki-laki dan perempuan yang tak muda lagi datang dengan membawa beberapa bingkisan.
"Pak Awan, Ibu Maudy." sapa Naya sambil berusaha membungkuk untuk memberi hormat kepada atasan tertinggi perusahaan beserta istrinya.
"Jangan banyak gerak dulu. Tidak apa-apa." kata Maudy yang merasa ngilu melihat Naya yang berusaha membungkuk demi memberi hormat kepada mereka.
"Silahkan duduk Pak, ibu." kata Naya kemudian.
Damar beserta ke dua orang tuanya dan Pak Budiman kini sudah duduk bersama di sofa yang ada di kamar rawat Naya. Sementara Candra masih tak beranjak duduk di kursi samping ranjang Naya.
"Kami dari pihak perusahaan turut berduka sekaligus meminta maaf atas kejadian yang menimpa Naya." kata Awan selaku pemilik perusahaan.
"Perusahaan akan menanggung seluruh biaya rumah sakit dan juga memberikan kompensasi setiap bulannya sampai sembuh dan bisa bekerja lagi." lanjutnya.
"Terima kasih, Pak." balas Naya dengan tersenyum.
Perusahan memang telah memberikan fasilitas kamar VIP untuknya dan juga akan diberikan kompensasi setiap bulan meski tidak sebesar gaji yang ia terima ketika bekerja. Setidaknya Naya tidak perlu khawatir akan di berhentikan oleh perusahaan. Begitu menurut pemahaman Naya dari kalimat yang di ucapkan oleh Pak Awan.
Berbeda dengan Naya, Pak Budiman justru mengucapkan terima kasih dengan nada lirih, karena tahu kondisi Naya yang sekarang lumpuh dan tak mungkin bisa bekerja kembali. Ia sudah siap menerima jika Naya akan di PHK.
Setelah setengah jam berada di kamar Naya, Damar dan kedua orang tuanya lanjut mengunjungi pengawas pabrik yang menjadi korban kecelakaan kerja yang juga di rawat di rumah sakit ini.
Sama seperti Naya, pihak perusahaan juga menanggung seluruh biaya rumah sakit dan memberikan kompensasi setiap bulan. Tak henti-hentinya pasangan suami itu mengucapkan terimakasih kepada Damar dan Pak Awan. Mereka bersyukur karena perusahaan tidak mem PHK apalagi zaman sekarang sangat sulit mencari kerja.
*
"Ayah mengapa aku tidak bisa menggerakkan kaki ku ?" tanya Naya yang berusaha untuk menggerakkan kakinya.
Pak Budiman dan Candra saling pandang.