CHANCE Memanfaatkan Waktu

Lukas bosan hanya melihat Tasya yang sedang mengisi soal di mejanya.

Sesekali gadis itu mengecek stopwatch di handphone untuk melihat seberapa lama ia mengerjakan soal.

"Hah ... Aku masih kalah cepat dari Raneysha! Kalau begini caranya sekolah kita nggak mungkin menang!" keluh Tasya.

"Siapa Raneysha?" tanya Lukas sambil meminum es kopinya.

"Dia dari Alexandra internasional school. Kamu tau Kamandanu Dallin Harrison?"

Lukas mengangguk. Siapa yang tidak kenal dengan Kamandanu ketua Pioneer sekaligus putra tunggal kerajaan Harrison dan Izyaslavich.

"Dia pacarnya Kamandanu?"

Tasya menggeleng.

"Bukan, dia dan Raneysha satu sekolah. Mereka akan mengikuti lomba olimpiade tahun ini. Aduh ... Aku insecure!"

"Jangan insecure ... Kamu dan Alex juga sama hebatnya." Lukas memberi semangat.

Tasya menatap mata Lukas. Benci sekali rasanya jika mengingat kelakuan Lukas di masa depan padanya.

Kebaikan yang Lukas lakukan saat ini semuanya palsu. Meskipun Tasya menangkap kejujuran dari sorot matanya.

"Oh ... Iya, Sabtu ini kamu bisa ikut aku ke Markas Xalumara, nggak?"

Tasya ingat, di kehidupan pertamanya, Lukas akan mengajaknya ke markas lalu menyatakan cinta. Di sanalah awal hidup Tasya berubah.

Free sx, party, rokok, bahkan hidup Tasya ketergantungan dengan Lukas, karena lelaki itu yang pertama bagi Tasya.

Tasya tidak bisa hidup tanpa Lukas. Tasya takut jika Lukas meninggalkan nya.

Bahkan Tasya memilih meninggalkan orang tuanya untuk tinggal bersama Lukas.

"Sorry, Luke ... Papi baru pulang dari Jerman. Kami mau makan malam bersama."

Dari arah pintu masuk, Alexander memasuki kelas dengan wajah kesal.

Mukanya merah hingga ke telinga. Seperti habis berkelahi.

Lukas meninggalkan Tasya dan segera menuju meja Alexander.

"What's going on?"

"Bukan urusan Lo! Mending Lo balik ke kelas Lo!" sahut Alexander dingin.

Lukas mengedikan bahunya, berbalik ke meja Tasya. Ia mengelus puncak kepala gadis itu.

"Nanti kita pulang bareng!" Seperti perintah buka ajakan.

Tasya mendongakkan kepalanya dan tersenyum manis.

Alexander hanya menatap malas kedua pasangan yang sebentar lagi resmi menjadi sepasang kekasih.

Ingin rasanya Alexander mengatakan pada Tasya tentang Lukas namun ia tidak punya bukti, betapa bajingannya sahabatnya itu.

...💕💕💕💕💕💕💕...

Alexander menatap laptopnya yang menyala. Ia harus mencari cara agar perusahaan Daddy nya semakin kuat.

Ia menatap satu persatu daftar para konglomerat yang akan ia buru.

"Harrison dan Izyaslavich ... Aditama ... Sanjaya..." gumam Alexander.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan muda?" tanya Boldi.

Dia asisten pribadi Alexander yang saat ini berdiri di samping lelaki itu yang nampak fokus dengan pekerjaannya.

Boldi sempat terkejut dengan Alexander yang tiba-tiba saja tertarik dengan perkembangan perusahaan Melviano.

Biasanya Alexander selalu memiliki alasan untuk menghindar saat Boldi mengajarinya bisnis dan manajemen.

"Kamu kenal mereka?"

Alexander memberikan kertas berisi nama-nama konglomerat yang menguasai bisnis tidak hanya di Indonesia namun juga mancanegara.

"Anda ingin menjalin kerja sama dengan mereka?"

Alexander mengangguk.

"Saya harus mulai dari siapa?"

"Bagaimana jika anda mulai dari Sanjaya. Hubungan orang tua anda sangat baik dengan keluarga Sanjaya. Bahkan tuan Dimitri berniat menjodohkan anda. Meskipun anda menolaknya."

"Menolak? Gue nolak?" gumam Alexander yang masih terdengar di telinga Boldi.

"Iya anda menolak perjodohan itu Minggu lalu. Untung saja anda tidak mengatakannya di depan tuan Antonius."

"Bagaimana dengan Aditama dan Iz ... Islafik? Susah amat nyebutnya!"

"Aditama saat ini sedang melakukan akuisisi perusahaan Chaiden. Kemungkinan besar mereka tidak ingin sahamnya di beli siapapun. Bahkan mereka melepaskan Yayasan Alexandra dan Bina Bangsa yang saat ini di kuasai oleh Sanjaya di bawah kekuasaan dari Izyaslavich."

"Jadi Bina Bangsa sudah milik Sanjaya sepenuhnya? Bukan lagi bermitra dengan Aditama atau Chaiden?"

"Iya benar, Tuan. Jika anda ingin bekerja sama dengan Izyaslavich, anda harus memulai dari Sanjaya. Tuan Antonius akan memperkenalkan anda pada Tuan muda Kamandanu."

Alexander di buat terkejut. Pasalnya ia baru tau jika ketua Pioneer yang selalu menang balapan adalah orang penting di Harrison bahkan Izyaslavich.

"Boldi ... Apa sulit mendekati Kamandanu?"

Ia tidak ingin terlibat dengan Sanjaya. Bukan karena Lukas, ia masih merasa bersalah pada Tasya.

Tatapan mata Tasya saat memeluk anak-anaknya yang tewas karena ulahnya selalu menghantui Alexander.

"Tuan Muda Kamandanu tidak mengenal ampun. Anda tidak boleh melakukan kesalahan apalagi sampai mengkhianatinya. Bisa di katakan dia --"

"Dallin is Devil." Alexander tersenyum miring.

Di masa depan, Kamandanu lah yang menyelamatkan dirinya yang hampir membusuk di penjara.

Entah apa alasan lelaki itu menyelamatkannya. Yang pasti Alexander berhutang banyak kepada lelaki berdarah Rusia itu.

"Bilang sama mommy dan daddy, atur jadwal untuk pertemuan dengan keluarga Sanjaya."

"Tidak perlu, Son! Minggu ini kita makan malam di rumahnya. Antonius baru pulang dari Jerman."

Dimitri memasuki ruang kerja miliknya sekaligus ruang kerja Alexander.

"Daddy!"

Alexander berdiri. Dengan cepat ia berjalan menghampiri lelaki itu dan memeluknya erat.

"Dad ... Xander kangen Daddy!"

Dari sudut matanya keluar cairan bening. Ia segera mengelapnya menggunakan punggung tangannya.

"Pasti ada maunya? Kenapa? Mobil mu minta di ganti?"

Alexander menggeleng.

"Uang jajan kamu habis?"

Alexander kembali menggeleng.

"Kamu mau black card kamu di kembalikan supaya bisa traktir pacar kamu itu?"

Alexander semakin kencang menggelengkan kepalanya.

"Xander mau bantu Daddy menjalankan Melviano mulai sekarang. Xander akan lakukan apapun yang Daddy perintahkan."

Dimitri mengerutkan keningnya. Menatap anaknya dengan lekat.

"Kau sedang menjilat Daddy agar kami menyetujui hubungan mu dengan putri dari keluarga Ludra?"

"No ... Dad. Xander dan dia sudah putus."

Dimitri tertawa sumbang.

"Bulan lalu juga kau mengatakan seperti itu, Xander. Tapi, saat makan malam dengan keluarga Sanjaya. Kau malah menginap dengan perempuan itu di Hotel Harrison!"

"Kali ini aku tidak akan mengecewakan Daddy. Minggu ini aku akan ikut kalian makan malam dengan keluarga Sanjaya."

...💕💕💕💕💕💕💕...

"Bagaimana bisa dia mutusin kamu, Ca?"

"Aku nggak tau, Luke. Sikap Alex sekarang berubah."

"Sejak kapan?"

Bianca mengingat sejak kapan sikap Alexander berubah dingin dan kasar terhadapnya.

"Kamu ingat waktu Alex tinggalin aku di markas Xalumara? Nah, sejak itu Alex berubah dingin."

"Memang kalian ada masalah sebelumnya?" tanya Lukas menyelidik.

"Enggak! Kita having sx seperti biasa, Luke ... Tapi setelah bangun tidur, sikap Alex berubah dingin."

Bianca kembali menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis sesenggukan yang membuat Lukas tidak tega melihatnya.

Ia membawa Bianca ke dalam pelukannya.

"Ssttt ... Udah jangan nangis. Ada aku di sini. Aku yang lebih sayang kamu, Aca."

"Bagaimana kalau kali ini Alex bener-bener putusin aku, Luke? Alex nggak pernah seperti ini. Biasanya aku yang mengancam putus. Tapi ini...."

Bianca kembali terisak.

"Memang apa alasannya Alex mutusin kamu?"

"Dia bilang kalau aku selingkuh sama temannya. Aku takut dia tau tentang kita, Luke."

"Temen Alexander 'kan banyak, Ca. Gak mungkin dia berpikir itu aku."

"Kamu tau kan, teman Alex cuma kamu, Matthew dan Ibrahim. Nggak mungkin Alex berpikir aku dekat dengan Ibrahim apalagi Matthew."

Lukas mengernyitkan dahinya.

'Bagaimana bisa Alexander mencurigai gue. Tasya dan Bianca musuh bebuyutan. Gue sering bela Tasya kalau Bianca di bully Tasya. Nggak mungkin Alex berpikir gue dekat dengan Bianca.'

"Kamu ngerasa nggak sih, Luke?! Tasya juga berubah. Dia lebih tenang dan nggak membully aku. Biasanya 'kan, dia selalu ganggu aku setiap aku ke kelas Alex."

"Kamu benar. Apa besok kamu coba pancing emosi dia. Siapa tau Alexander kembali membela kamu."

TBC ...