Istri Kontrak Brondong Kaya

"Kumohon Varent, jangan tinggalkan aku !"

Pinta Acha dengan nada memelas.

Isak tangis nya mulai mereda.

Varent menarik nafas berat.

Setelah sekian lama mempertahan kan cinta mereka, Acha selalu mencari alasan untuk memutuskan nya. Dan saat ia telah mencoba melupakan gadis itu, Acha justru mengejar dan mengharap cinta nya lagi. Ia lelah di permainkan.

"Jujur saja, apa sebenarnya yang kau ingin kan dari ku ?"

Tanya Varent menatap dalam ke manik- manik mata Acha yang terlihat masih berkaca-kaca.

Acha tercekat. Tak biasa nya pemuda itu bersikap begitu pada nya. Selama ini, hanya dengan sedikit drama dan airmata, pemuda itu akan luluh dan bertekuk lutut mengharap cinta nya lagi. Tapi kali ini, ia tampak tegar dan tenang.

"Apakah perasaan nya telah berubah gara-gara perempuan itu ?" Acha bertanya-tanya dalam hati.

"Apa kau tak mencintai ku lagi Varent ?"

Tanya Acha penasaran.

Ia butuh kepastian akan perasaan pemuda itu.

Varent membuang muka kesamping ia tak mampu memandang wajah Acha yang melankolis seakan menghiba mengharap belas kasihan.

"Aku sudah melupakan mu Acha."

Tutur Varent lemah.

Berat bibir nya untuk berucap begitu. Tapi ia tak punya pilihan. Ia tak ingin Acha berharap lagi pada nya.

"Kenapa ? Apa kau benar-benar selingkuh dengan perempuan itu ? Lalu mencampakkan ku begitu saja ?"

Acha tak terima. Ia teramat gusar dan cemburu, menuduh Varent menutupi kesalahan nya sendiri.

"Hhh, bukan nya kamu sendiri yang memutuskan ku ? Dan itu bukan yang pertama kali Acha, sudah terlalu sering kau ingin putus. Dan saat aku memilih wanita lain sebagai pengganti mu, kau malah menuduh ku berselingkuh dan mencampakkan mu. Kamu keterlaluan Acha ? Apa memang begini sifat mu yang sebenar nya ?"

Varent tak mampu lagi menahan kesabaran nya. Acha akan selalu menjadi silet yang menyayat hati nya sedikit demi sedikit hingga ia menderita menahan kepedihan sepanjang hidup nya.

"Pergilah, dan jangan mengharap ku kembali. Lupakan Aku, aku bukan Varent mu yang dulu. Yang bisa kau atur seenak nya, sesuka hati mu. Aku sudah lelah melihat sikap mu yang terlalu mengekang ku dengan alasan cinta."

Ujar nya lagi dengan nada serak.

Ia pun mendorong tubuh Acha agar menjauh dari nya.

Acha terkesima. Ia memang tak mencintai Varent, tapi ia harus memiliki nya. Jika tidak, papa nya akan menghukum nya lagi. Semua ini adalah keinginan papa nya, Varent tak boleh jadi milik orang lain. Satu-satu nya cara agar bisnis mereka cepat berkembang, ia harus menikah dengan Varent.

Mengincar perusahaan yang di kelola Brian adalah tujuan Papa nya yang sebenar nya. Ia ingin menyatukan perusahaan mereka berdua, agar menjadi perusahaan yang paling kuat. Itu sebabnya, Papa nya memerintah kan Acha untuk terus mendekati Varent. Agar ia bisa menikah dengan pemuda itu.

"Benarkah kau tak mencintai ku lagi ? Oke, aku akan pergi. Aku akan pergi dari hidup mu. Aku akan lompat ke bawah. Biar kau tak melihat ku lagi selama nya."

Jerit Acha keras.

Ia kehabisan akal untuk mendapatkan kembali cinta Varent. Tubuh nya berlari ke arah teras dan mengancam Varent yang tetap diam tak bergeming.

"Aku lebih baik mati dari pada kehilangan mu."

Teriak nya lagi dengan mimik wajah serius. Perlahan ia mulai memanjat pagar pembatas balkon yang cukup tinggi tanpa ragu-ragu.

Radith yang melihat aksi gila Acha dari tempat nya berdiri terlihat panik. Ia memandang Varent yang tampak tenang tanpa ekspresi.

"Varent. Apa yang kau lakukan. Kenapa kau tenang saja ? Apa kau akan biarkan dia mati konyol ?"

Jerit Radith panik.

Ia bingung melihat sikap sepupu nya yang tak ada reaksi sama sekali.

"Varent !"

Radith makin panik melihat Acha yang masih mencoba memanjat pagar dengan susah payah.

"Biar saja, itu hanya tipu daya. Dia tak kan sudi mati untuk ku, Aku tahu, dia tak pernah mencintai ku."

Ujar Varent dengan nada lantang.

Semenjak ia mengetahui siapa Acha sebenar nya, Ia mulai meragukan perasaan Acha pada nya. Ia curiga, Acha hanya lah politik bisnis yang di suguhkan papa nya untuk menjerat Varent dalam bentuk permainan cinta.

Acha tergamang. Kalimat yang di lontarkan Varent begitu jelas di telinga nya. Hati nya remuk redam seketika. Modus nya ternyata sudah ketahuan oleh Varent. Ia malu terhadap Varent. Ia telah gagal memenuhi keinginan papa nya. Bayangan papa nya yang bersiap-siap memberi nya hukuman sangat menakutkan bagi Acha.

Acha takut, Acha malu. Tak sadar, airmata nya kembali jatuh menetes dari pelupuk mata nya. Kali ini ia tak bersandiwara, ia benar-benar menangis. Ia menyesali segala nya. Ia menyesal di lahirkan sebagai putri seorang pengusaha sukses yang tak punya perasaan seperti papa nya. Acha sangat kecewa. Mungkin ia memang harus mati. Ia harus melompat, agar hidup nya bebas dari belenggu papa nya.

"Maafkan Acha, Mama !"

Ucap Acha lirih.

Bayangan mama nya melintas di benak nya.

Acha pun memejamkan mata nya. Ia telah siap untuk menjatuhkan tubuh nya ke lantai bawah.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

ACHAAAA !!!

Teriakan Varent disusul derap langkah nya yang berlari menangkap tubuh Acha yang nyaris melayang jatuh, mengagetkan kan Radith yang sontak ikut berlari mengejar menghampiri mereka.

Wajah Radith tampak pucat pasi menatap Varent yang roboh kelantai tertimpa tubuh Acha yang berhasil ia tarik sebelum Acha melayang jatuh ke lantai bawah.

Dada Varent tampak sesak. Ia tak menyangka Acha senekat itu. Entah apa yang ada di pikirannya.

Radith bergegas membantu Acha untuk duduk. Gadis itu menutup muka nya sambil menangis sesenggukan. Sedikit pun ia tak mau memperlihatkan wajah nya.

"Mengapa kau tolong aku. Biar kan aku mati. Untuk apa aku hidup ? Tak ada yang menyayangi ku. Apalagi papa ku. Dia akan menyiksa ku lagi. Apa kau senang hidup ku menderita ?"

Jerit Acha disela tangis nya.

Radith dan Varent bungkam tak bersuara.

Mereka berdua jadi kasihan pada Acha yang ternyata bernasib tak sebaik yang mereka duga.

Varent segera bangkit dan menarik tangan Radith agar menjauh dari Acha.

"Lebih baik, kau telpon orang perusahaan Papa nya, katakan anak gadis nya mencoba bunuh diri. Suruh mereka menjemput Acha kesini. Saat ini, masalah terbesar hidup nya adalah papa nya. Ku rasa, kita tak berhak ikut campur masalah keluarga mereka."

Ucap Varent setengah berbisik pada Radith.

Radith mengangguk.

"Jaga dia, jangan sampai dia lepas dari pandangan mu dan berbuat nekat seperti itu lagi. Setelah suruhan Papa nya datang, telpon aku. Aku harus pergi, sebelum ada yang melihat ku bersama nya di hotel ini."

Ujar Varent lagi.

Ia pun menepuk pundak Radith pelan, sebelum beranjak pergi meninggalkan Acha bersama Radith di dalam ruangan kamar VIP hotel.

Radith menghela nafas panjang. Pikiran nya di penuhi banyak pertanyaan.

"Apa dia benar-benar sudah melupakan Acha ?"

Radith nampak tercenung.

Ia menatap Acha sejenak.

"Mungkin kah aku harus bekerja sama dengan Acha ?" Gumam Radith dalam hati.

Ia tersenyum licik. Lalu melangkah mendekati Acha yang masih menangis terisak-isak.

.

.

.

 BERSAMBUNG