Cinta Tuan Muda Untuk Anjani

Saat sang fajar mulai menyongsong dari ufuk timur, seperti biasa seorang insan melaksanakan rutinitas kewajibannya kepada sang ilahi Rabbi, Anjani adalah termasuk golongan manusia yang sangat taat beribadah, ia pun sebenarnya sangat ingin membangunkan suaminya saat menjelang subuh untuk melaksanakan solat berjamaah, namun apa daya, itu semua hanyalah sebuah mimpi belaka.

Setelah semua kewajibannya kepada sang pencipta selesai, Anjani mencoba membangunkan suaminya, untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

"Tuan, tuan muda bangun, sudah siang tuan!" sahut Anjani sembari menepuk nepuk bahu Elang.

"Hemmm...! Aku masih ngantuk!" jawabnya dengan mengeluarkan suara yang masih berat.

"Bukannya semalam tuan bilang, hari ini harus pergi pagi-pagi ke kantor, kalau tidak salah emmhhhh..ada meeting penting!"Tukasnya mencoba memberitahu Tuan muda Elang.

Seketika Elang langsung terperanjat dari atas tempat tidurnya, "iya aku lupa, untung kau mengingatkanku!" sahut Elang sembari mengusap tengkuk lehernya karena merasa pegal.

Anjani hanya bisa menggeleng dengan tingkah laku dari suaminya, ketika Anjani melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, Elang malah memanggilnya

"Hey mau kemana kau? Seenaknya ke luar kamar tanpa ijin dariku!" Bentaknya membuat tubuh Anjani menjadi kaku.

"M maaf tuan, saya pikir anda sudah tidak membutuhkan saya lagi!" imbuhnya merasa gugup

"Siapa bilang hah! Kau masih ingat kan jika aku adalah peraturan yang harus kau taati!" ucapnya sengaja memberi peringatan kepada Anjani.

"Anjani hanya bisa tertunduk dan segera meminta maaf

"Sudahlah, kau sekarang siapkan pakaian untukku, mulai saat ini kau yang wajib mengurusi semua kebutuhanku di rumah ini, faham kamu? Aku paling tidak suka melihat orang yang kerjaannya hanya santai dan bermalas-malasan!" sindirnya mulai mengeluarkan kata pedasnya dengan level masih standar.

"Baik tuan, titah mu akan saya laksanakan!" jawab Anjani dengan perasaan dongkol

'Tuh kan, bener kan dugaanku kalau manusia yang satu ini sangat tidak bisa di tebak, kadang baik, kadang menyebalkan!' Batinnya sangat kesal.

Setelah semuanya selesai, kini Elang dan Anjani jalan berbarengan dan sejajar, saat mereka turun dari tangga, baik Elang dan Anjani sangat terkejut ketika melihat papah Malik telah kembali.

Anjani buru-buru menghampirinya, namun naas, tiba-tiba saja ia kehilangan keseimbangan, beruntungnya Elang dengan gerakan cepat berhasil menyelamatkan tubuh Anjani yang hampir saja terjatuh dari anak tangga, kini Anjani berada dalam pelukan suaminya.

"Ceroboh, dasar bocah! Apa kau tidak mengerti bahaya hah? Kau tidak ingat jika saat ini kau sedang mengandung benih adikku!" Bentaknya sangat kesal, entah kenapa Elang begitu tidak terima jika melihat kondisi Anjani yang tengah hamil benih dari Cakra yakni adik dari Elang yang tidak mau bertanggung jawab dan kini justru malah dirinya yang merasa terjebak di dalamnya dan harus menggantikan posisi Cakra.

"Elang, jaga emosimu, bagaimanapun Anjani tetaplah istrimu!" Tegur tuan Malik.

"Aarrkkhhhhh, ini semua gara-gara si bocah brengsek Cakra, awas saja kalau ia berani menginjakkan kakinya ke rumah ini, akan ku buat ia menyesal seumur hidup!" ancamnya tidak main-main.

Dan akhirnya Elang memutuskan untuk bergegas pergi ke kantor tanpa sarapan terlebih dahulu

"Kamu mau kemana Elang? Ayo kita sarapan bersama!" Ajak tuan Malik.

"Maaf pah, nafsu makanku Sudah hilang gara-gara kejadian barusan, Aku ke kantor dulu pah!" pamitnya tanpa menoleh ke arah Anjani.

Tiba-tiba saja Anjani terlihat murung, matanya kini sudah berkaca-kaca

"Maafkan sikap putraku ya Anjani, Elang memang sifatnya seperti itu sedari dulu, tapi kalau kau Sudah bisa mengenalnya lebih dekat, dia adalah pria yang sangat baik dan menyenangkan!" imbuhnya seraya meyakinkan Anjani, dan tuan Malik memutuskan untuk sarapan bersama menantunya.

Selama dalam perjalanan menuju kantor, Elang masih merasa kesal, apalagi ia selalu mengingat peristiwa dimana Anjani telah menjadi korban atas tindakan bejad adiknya,"Aaarrkkkhhh kenapa hatiku sangat sakit jika terus mengingat kejadian itu? Ini tidak beres!" Gumam nya terlihat gusar.

Jordan pun terus memperhatikan tingkah laku tuan mudanya dari kaca spion di depannya.

"Anda kenapa tuan? Apa sedang ada masalah?"

"Aku sedang kesal saja dengan keadaanku ini Jo, kenapa wanita itu harus menjadi korban kebiadaban adikku sendiri? Harusnya si brengsek Cakra tidak melakukan hal bodoh itu, kalau dia bisa lebih berhati-hati l, mungkin kejadian seperti itu tidak akan pernah terjadi, iya kan Jo?" Tanya Elang sembari mendesah kasar.

"Iya tuan muda!" jawab Jo singkat.

'Saya perhatikan jika anda ini sebenarnya tidak terima jika istri anda adalah korban pemerkosaan oleh adik anda sendiri tuan!' gumam Jordan menggeleng.

Setibanya di kantor, Elang sangat terkejut ketika ia mendapati Renata telah menunggunya di depan lobby kantor, dan dengan rasa percaya dirinya ia menghampiri Elang, Jordan sendiri sempat kaget di buatnya

"Selamat pagi tuan muda!" sapa Renata.

Namun sayangnya, Elang tidak meresponnya, ia malah menaikan dagunya dan sesekali membetulkan posisi kacamatanya.

'Kau tahu Elang, semakin kau menghindar dariku, semakin aku ingin mengejar mu!' Batinnya seraya ingin bisa meraih Elang.

"Tuan muda Elang, ayolah, jangan kau bersikap dingin seperti ini terus? Kau kenapa sangat menyebalkan sih!" keluh Renata sambil mengerucutkan bibirnya.

Akhirnya Elang memfokuskan netranya ke arah Renata."Kalau kau tidak suka dengan sifatku sekarang ini, kau silahkan angkat kaki dari hadapanku! faham kamu Rena!" Sungutnya mulai kesal.

"Aku tidak akan menyerah Elang, semakin kamu menghindar, maka aku akan semakin mengejar mu, faham kamu!" Balas Renata begitu beraninya.

Elang malah mengibaskan tangan kanannya, menunjukan bahwa ia samasekali tidak peduli dengan apa yang telah di katakan oleh Renata, dan ia pun memilih untuk mengayunkan kedua kakinya menuju lift khusus Presdir.

Ketika Elang duduk di kursi singgasananya, ia malah kembali teringat akan kenangan dirinya di masa lalu, apalagi saat Renata menoleh kepadanya pelan-pelan, Rena malah menyunggingkan senyumnya, bagi Elang itu adalah senyum termanis yang pernah ia lihat, Elang melihat wajah Renata merona, selain itu Elang baru tersadar jika dirinya telah menyukai Renata, namun ia tidak berani untuk mengutarakannya, dan cara terampuh untuk menghindari Renata adalah bersikap acuh dan dingin padanya, Elang waktu itu sangat takut jika persahabatan mereka yang terjalin sedari kecil akan hancur gara-gara timbulnya perasaan ini, ada satu hal lagi yang membuat Elang sangat kecewa terhadap Renta, yakni saat dirinya mencoba mengumpulkan keberanian untuk bisa mengutarakan perasaannya, namun naas rupanya Renata lebih memilih Steven, si anak baru yang menjadi Saingannya Elang, hingga akhirnya Elang memutuskan untuk meneruskan sekolah ke luar negeri tanpa berpamitan kepada Renata terlebih dahulu, bagi Elang itu Sudah menjadi masalalu nya, sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk bisa melupakan cinta pertamanya, dan saat ini ia lebih memilih fokus dengan pernikahannya, yang menurutnya secara lambat laun telah membuat dirinya merasa tertarik.

Kediaman Abimana.

Di taman sekitar halaman rumah tuan Malik, Anjani ternyata sedang mengobrol dengan papah mertuanya, keduanya pun terlihat sangat akrab dan juga dekat, di mata Anjani, tuan Malik sudah seperti ayah kandungnya sendiri.

"Oh iya Anja, Minggu depan adalah perayaan hari ulang tahunnya Elang, papah akan mengadakan pesta besar besaran sekaligus akan mengumumkan pernikahanmu dengan Elang, papah ingin semua rekan bisnis papah tahu jika Elang sudah menikah dan memiliki seorang istri yang sangat cantik dan juga baik!" tuturnya seraya tersenyum lebar ke arah Anjani

"Papah yakin akan memberi tahu tentang pernikahan ini?" tanya Anjani masih tidak percaya

"Of course Anjani, papah harap kamu bisa membantu papah untuk menyiapkan ini semua, kamu cukup memberikan ide dan masukan apa saja Anja, papah siap menampung aspirasi darimu, oh iya ada satu lagi Anja, kau ajak temanmu yang waktu itu datang kesini, duh siapa namanya Anjani, saya lupa!" ucapnya sembari mengernyitkan dahinya.

"Dini namanya pah, bolehkah saya ajak Dini ke acara ulang tahunnya tuan muda?" tanyanya masih tidak percaya.

"Iya Anjani, ajaklah dia kesini untuk menemanimu, dan papah juga akan merubah penampilanmu menjadi seorang nyonya Elang Abimana Wijaya, karena akan banyak tamu penting yang akan hadir, persiapkanlah dirimu nak!" Cetusnya membuat Anjani menelan Saliva nya.

'Rasanya aku sudah seperti seorang Upik abu saja, dan papah Malik adalah ibu peri nya!' Batinnya mencoba menghibur diri, bahkan sesekali Anjani tertawa kecil.

Bersambung....

🌹🌹🌹🌹🌹🌹