NovelToon NovelToon
Nikah Sama Anak SMA

Nikah Sama Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:28.2k
Nilai: 5
Nama Author: Qumaira Muhamad

bagaimana jadinya jika Haga pria yang luruh selalu direcoki sama Zizi yang suka bawel.

Haga adalah pria yang lurus yang terpaksa menerima perjodohan dengan anak sahabat ayahnya yang namanya Zizi.

Gadis itu tidak sesuai dengan wajahnya yang cantik. sikapnya yang bar bar dan tingkahnya yang membuat orang sakit kepala membuat hidup Haga berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qumaira Muhamad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan pahit

Aroma semerbak masakan dari arah dapur membuat Zizi menghentikan kegiatannya. Gadis itu tengah membuat loka karya yang ditugaskan dari guru yang seharusnya ia kumpulkan besok pagi. Ia meletakkan stik es krim yang belum ia beri lem ke atas meja. Kakinya yang tidak mengenakan alas kaki langsung menapaki lantai yang dingin mengikuti aroma yang membuatnya lidahnya serasa ingin bergoyang.

Di depan sebuah kompor dengan api yang terus menyala. Sosok pria tinggi menjulang itu mengaduk ayam tumis asam manis di atas wajan. Zizi menatap dari samping dengan duduk di kursi dekat meja bar. Dagunya ia tumpu dengan tangan kanan, matanya tampak menatap fokus ke arah tangan yang begitu lincah mengaduk makanan dengan serius.

Tiba tiba, ia tidak merasa senang dengan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak bisa memasak seperti Haga. Dia saja seorang pria, tapi sangat pandai memasak.

Haga mematikan kompor setelah di rasa ayam kecap asam manis yang ia masak sudah matang. Kemudian membalikkan tubuhnya dan menemukan Zizi yang asyik menatapnya. Pria itu mengambil serbet setelah mencuci tangannya yang terkena minyak.

"Hei." Haga mengelap tangan kanannya dengan serbet menghampiri Zizi dengan tubuh menunduk. Pandangan Zizi menadah melihat wajah Haga yang tersenyum manis.

"Aku pengen belajar memasak." tukasnya dengan bibir cemberut.

"Hm, kenapa?" tanya Haga. Pria itu lantas membuang serbet ke samping mengambil gelas menuangkan air dari dalam teko.

"Kak Haga begitu pandai memasak. Kenapa aku yang perempuan cuma suka makan. Iri deh sama kak Haga yang pintar membuat aneka masakan." tukasnya kesal sendiri.

Haga meletakkan gelasnya di meja setelah menenggaknya. Tatapan matanya tertuju pada Zizi yang terlihat murung.

"Tidak pa-pa. Biarpun kamu tidak bisa memasak. Aku akan tetap suka kok." balas Haga demi menyenangkan sang istri. Tapi bagi Zizi itu tidak pantas bagi dirinya yang seharusnya menyiapkan makanan setelah sang suami lelah bekerja. Tapi dirinya justru menunggu kepulangan sang suami demi menyiapkan makanan untuknya.

"Gak etis rasanya." gumamnya pelan.

Haga mengusap pucuk kepala Zizi, setelahnya pria itu mengambil dua piring yang ia isi masing masing nasi. Kemudian ia letakkan di hadapan Zizi dan untuk dirinya.

"Ayo makan. Gak perlu dipikirkan yang membuatmu berat." Ujarnya kembali menuju dapur mengambil tumis ayam kecap asam manis yang sudah ia pindahkan ke dalam mangkok.

Zizi mengambil sendok yang berada di dekatnya. Mengambil ayam dari dalam mangkok ke atas piring yang sudah ada nasinya. Zizi menikmati hasil masakan Haga yang menurutnya selalu lezat itu.

"Gak perlu sedih. Semua orang memiliki kekurangan masing-masing. Dan kamu gak perlu bersedih hanya karna satu kekurangan. Di mataku, kamu tetap Zizi-ku." tukas Haga mengambilkan ayam ke atas nasi milik Zizi.

Zizi mengunyah makanannya dengan pipi menggembung besar. Tatapan matanya menatap bawah tepat ayam di letakkan. Setelah semua makanan sudah ia telan barulah gadis itu berbicara.

"Terima kasih, kakak selalu menghiburku." tukasnya.

Haga tersenyum. Kemudian melanjutkan menyuapkan makanan yang sudah ia sendok ke dalam mulut.

"Ada telepon. Aku angkat dulu." tukasnya bertepatan dengan dering telepon yang berbunyi. Haga mengakhiri makanannya dan segera mengangkat telepon. Ia sedikit menjauh.

Zizi melanjutkan makannya dalam diam. Bertepatan makanan yang ada dipiringnya habis, Haga kembali.

"Sepertinya malam ini, aku tidak pulang." ujar Haga seraya memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya. Pria itu menatap datar Zizi yang tengah membawa piringnya sendiri ke dalam wastafel.

"Hm. Oke." balas Zizi seraya meletakkan piringnya. menghidupkan kran air dan memulai mencuci piring.

Haga menggaruk alisnya. Menatap makanan di atas meja yang belum ia habiskan. Pria itu berjalan mendekati meja bar mengambil duduk dan menghabiskan makanannya meski sudah terasa dingin.

"Sorry!" tukasnya. Pria itu tidak berselera makan. Ia membawa piring dan sisa nasinya menuju wastafel. Yang mana Zizi masih berdiri di sana mencuci wajan yang tadi digunakan untuk memasak.

"Udah biasa. Kakak gak perlu minta maaf." Balasnya. Kemudian membilas wajan dengan air. Setelahnya meletakkannya ke dalam laci.

Haga pun meninggalkan Zizi begitu saja. Zizi menoleh sebentar hingga punggung pria itu menghilang dari pandangan. Kemudian kembali mencuci piring yang diletakkan oleh Haga tadi.

Selesai mencuci piring. Tampak Haga sudah menuruni tangga seraya mengenakan jaket.

"Aku pergi." pamitnya seraya melewati Zizi yang tengah berdiri di belakang sofa di ruangan tengah.

"Hm." Balas Zizi singkat. Pria itu lekas masuk ke dalam garasi, mengambil motor kesayangannya. Terdengar suara mesin motor yang menyala. Zizi memandangnya dalam diam hingga suara motor itu melaju melewati gerbang.

Gadis itu menghembuskan nafas panjang. Rumah besar ini tampak begitu sepi setelah Haga pergi meninggalkannya. Gadis itu lanjut duduk di sofa melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

*

Di sebuah koridor yang panjang, Haga melangkahkan kakinya dengan perasaan ragu. Dewi lah yang meneleponnya tadi. Kejadian kemarin malam masih membekas di benaknya betapa dirinya dihajar membabi buta oleh tunangannya yang ia tau dari Rendra, Anak buahnya. Setelah dirinya dihajar malam itu, Haga mencari tau lewat Rendra tentang sosok lelaki yang tiba tiba menghajarnya malam itu. Dan ia terkejut kala mengetahui bahwa pria itu adalah tunangan Dewi.

Ada banyak pengunjung yang masih lalu lalang di sepanjang koridor itu tapi yang ia rasakan saat ini adalah rasa sepi. Pria itu tetap melangkah meski ada perasaan ragu yang menggelayuti. Bagaimanapun, dia masih merasa takut akan pria itu. Ototnya yang kuat dan tubuhnya yang gempal membuat dirinya kalah telak jika melawan. Terlebih, ia mendapat informasi jika pria yang di sebut sebagai tunangan Dewi adalah seorang mafia bawah tanah. Betapa menyeramkannya pria itu jika berurusan dengannya. Haga tidak ingin hidupnya yang lurus harus direcoki oleh masalah yang tak jelas.

Tok tok tok

Tibalah diri Haga di depan sebuah pintu yang bernomerkan 202. Ruangan rawat inap di mana Dewi di rawat di dalamnya. Pria itu mengetuk pintu terlebih dahulu. Kemudian memutar handle pintu yang ternyata tidak terkunci, sebelum masuk pria itu menoleh ke kanan dan kekiri. Memastikan anak buah tunangan Dewi tidak sedang memata-matai.

"Haga! Akhirnya kamu datang." Ujar Dewi dengan senyuman. Tatapan matanya begitu cerah dan penuh pengharapan.

Haga tersenyum tipis. Sebelum menghampiri Dewi, pria itu menutup pintu dan menguncinya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya pria itu. Tangan kanannya menarik kursi di dekat ranjang dan duduk di sana.

"Aku sudah lebih baik. Hanya saja, aku masih sedikit takut." tukasnya. Tatapan matanya yang ceria berubah sayu kala dirinya dibayangi rasa takut. Masih terbayang di benaknya bagaimana pria itu mengejarnya malam itu.

Tangan Haga mengambil tangan Dewi yang tidak di infus. Menepuk-nepuk pelan. "Pria yang mengejarmu malam itu, benar tunanganmu?" tanya Haga. Tatapannya yang tadi datar berubah serius.

Dewi terbelalak kaget. Bagaimana dia tau? Tatapan matanya merunduk melirik ke sana kemari.

Dalam sesaat, suasana ruangan menjadi hening. Dewi meneteskan air matanya secara tiba tiba. Menangisi takdir yang menurutnya telah mempermainkan hidupnya. Haga menghela nafas, pria itu merasakan betapa Dewi sangat menderita selama ini.

"Tenanglah. Malam ini aku akan menemanimu." tukasnya agar Dewi merasa aman.

Dewi mengusap pipinya yang basah, menoleh ke arah Haga dan tersenyum. "Aku dijual ayahku." Ujar Dewi kembali merunduk. Kenyataan pahit yang ia sendiri tidak tau kapan semuanya akan berakhir. Tapi mengingat Haga yang telah mengetahui rahasianya. Ia tidak mungkin lagi menyembunyikan semua fakta itu.

"Aku tau." balas Haga yang membuat Dewi kembali kaget.

"Ayahmu kalah judi dan berhutang 300 juta. Sebagai tebusan, kau dijual ayahmu. Dan itu sejak kau putus denganku malam itu, benar?" tukas Haga tepat sasaran.

Dewi hanya mampu terdiam dengan kepala mengangguk. Ternyata Haga telah mengetahui semuanya. "Maaf." Gumamnya pelan.

"Tidak perlu semuanya telah berlalu." sahutnya pelan.

Haga menarik dagu Dewi memaksanya untuk menatapnya. "Tersenyumlah." Ujar Haga. Dewi menarik bibirnya pelan hingga terbentuk senyuman manis. Haga balas tersenyum pula.

Haga menarik tangannya dari dagu Dewi, kemudian melirik bubur yang sudah mendingin di atas meja nakas. "Kamu gak makan?" tanya Haga kembali menatap Dewi. Terlihat ada bubur yang masih utuh belum tersentuh oleh Dewi.

Dewi menggeleng. "Rasanya gak enak." tukasnya.

"Aku keluar sebentar. Kamu mau makan apa?" tanya Haga beranjak dari tempat duduknya bersiap keluar dari kamar.

Dewi mendongak menatap Haga yang tengah berdiri. Tampak matanya berkaca-kaca. Teringat tempo dulu saat Haga selalu datang membawakan makanan untuknya meski dirinya sendiri selalu sibuk dengan kegiatannya tapi pria itu tak pernah lupa membawakan makanan.

"Kamu selalu seperti itu." Dewi memaksakan untuk tersenyum.

"Mau bubur, atau pangsit ayam balado?" tanya Haga. Pria itu tidak ingin mengingat masa lalu yang terlampui begitu lama, Haga mengalihkan dengan menawarkan makanan yang biasa wanita itu sukai.

"Pangsit ayam balado." balas Dewi. Senyuman itu terasa hambar. Karna nyatanya Haga tidak ingin mengingat semua kenangan bersamanya dulu. Mungkin semua sudah berubah apalagi saat ini mereka telah menjadi orang asing.

"Hm." Pria itu mengangguk kemudian keluar dari ruangan Dewi.

Pria itu berjalan cepat menuju kantin rumah sakit. Memesan makanan kemudian kembali ke ruangan Dewi.

"Makanlah." ujar Haga menyodorkan bungkusan plastik yang ternyata adalah isinya bubur. Dewi tetap menerima bubur itu dari pada dia tidur dalam keadaan lapar.

"Kata dokter besok aku boleh pulang." ujar Dewi di sela memakan buburnya.

"Aku akan mengantarmu." balas Haga datar. Pria itu mengambil selembar tisu dan mengusap bibir Dewi yang belepotan. Dewi membeku sejenak sebelum ia kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut.

"Selama ini, apakah tunanganmu selalu datang menjenguk?" tanya Haga. Takutnya jika tunangan Dewi datang malam ini. Ia tidak bisa melindungi Dewi ataupun melindungi dirinya sendiri.

"Satu kali. Pagi tadi." balasnya kembali menyuapkan buburnya. Berhenti sejenak mendorong makanannya ke dalam perut, wanita itu kembali bersuara.

"Tapi, tenang saja. Dua hari ke depan dia berada di luar negeri." lanjut Dewi menjelaskan dengan cepat. Ia tau, kalau tunangannya bukanlah orang sembarangan. Tentu saja tidak akan mudah lepas dari pria itu.

"Oke." balas Haga singkat.

Malam itu Haga benar benar menemani Dewi di rumah sakit. Dewi pun merasa nyaman.

"Selamat malam, Haga!" gumamnya pelan seraya menoleh ke arah sofa di sebelah kanan ranjang. Pria itu tengah tertidur pulas di atas sofa. Wajahnya terlihat tenang. Dewi tersenyum sebelum akhirnya dirinya ikut tertidur di atas brankarnya.

1
Reyhan Gaming
kok dak apdek lagi
Anonymous
Tq ceritanya
Rini
baik2 ya
Anonymous
Zizi cantik
Rini
lanjutkan , alon2 Bae
Rini
lbh percaya Nisa ternyata, duitmu buat apa Haga buat nyilidi istri aja nga bisa, mlh percaya Ama iblis
Rini
Haga pinter bisnis tp
Mudrikah Ikah
lanjut tan 27
Nana Rosdiana
lagi seru malah bersabung
mama De
aneh nemenin mantan peluk pelukan boleh eh istrindi anterin temen pulang sekolah Kalo GA mati jadibes Baru sebab keinginan.ih aneh. I I lah komunikasi ITU penting
Rini
kasar juga ya, punya duit kok nga bisa cari tau dulu haga
Try Dewi
bgus alur cerita ny.
Try Dewi
kpn lgi up ny thor... seruuu cerita ny
Rini
trus salah paham maneh 🤦
Tuti Hayuningtyas: lanjuuuuuut teruuuuus thooooooooor keren
total 1 replies
Rini
lanjutkan ☺️ yang manis gitu Lo
Rini
terimakasih Haga, tunggu Zizi pergi dulu baru sadar ya😁
Yuli Pujiastuti SPdSD
Sangat menarik
Rini
egois
✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕
masih nyimak KK thor
✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕
masih nyimak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!