Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat gugatan
Di rumah pagi ini, Mutia tengah duduk di ruang kerja yang ada di rumah dirinya masih kerja dari rumah sedang Tya menghedel urusan yang ada di kantor semuanya. Anak-anak sudah berangkat sekolah, Intan yang mengantar mereka menuju sekolahnya masing-masing.
Sembari bekerja Mutia mendengarkan musik nasyid yang terputar begitu saja setelah lagu yang dia putar selesai. Mutia tertegun mendengar lagu yang menurutnya pas sekali dengan dirinya saat ini.
Sedingin salju
Selembut bayu
Menenangkan hatiku
Cahaya malam
Terangi alam
Memuji kebesaran
Saat gembira
Hari bahagia
Nikmat disyukuri bersama
Tabah berdoa
Mohon afwahNya
Moga dirahmati semua
Pelita hati yang terbuka
Sahut kemenangan akhirnya
Setelah ku harungi dugaanNya
Ikhlaskan jiwa dan setia
Ku laung namaNya dengan cinta
Bergema keagungan di dunia
Gema suara
Syahdu irama
Mewarna suasana
Lautan rindu
Berombak pilu
Membawaku padamu
Saat gembira
Hari bahagia
Nikmat disyukuri bersama
Tabah berdoa
Mohon afwahNya
Moga dirahmati semua
Pelita hati yang terbuka
Sahut kemenangan akhirnya
Setelah ku harungi dugaanNya
Ikhlaskan jiwa dan setia
Ku laung namaNYa dengan cinta
Bergema keagungan di dunia
Ku yakin akan ada hikmah
Di sebalik segala resah
Ku bersyukur atas nikmat Mu Yang Esa
Pelita hati yang terbuka
Sahut kemenangan akhirnya
Setelah ku harungi dugaanNya
Ikhlaskan jiwa dan setia
Ku laung namaNYa dengan cinta
Bergema keagungan di dunia
Mutia merenungi lagu itu dan mendalaminya, bagaumana pun hanya ikhlas yang memang harus dia jalani, pasti akan ada hikmah di setiap resahnya kehidupannya saat ini.
Mutia kembali berpikir jika Allah menghendaki perpisahan antara dirinya dengan Haris tentu akan di mudahkan prosesnya, namun jika Allah tidak Ridha maka akan Allah persulit prosesnya.
Brakkkk
Pintu ruang kerja Mutia terbuka, di sana nampak Haris dengan amplop coklat di tanganya, mata Haris sembab wajahnya menggambarkan betapa sedihnya dirinya. Haris mendekat lalu meletakan amplop coklat berlogo pengadilan agama itu di meja tepat di depan Mutia.
Haris duduk di kursi depan Mutia meski tanpa di persilahkan, Haris memandang Mutia yang terkejut akan kedatanganya, Haris sengaja menunggu anak-anaknya berangkat sekolah agar leluasa membicarakan masalah surat gugatan cerai yang dia bawa ini.
"Assalamualaikum Bun..." Haris memberikan tangannya kepada Mutia berharap Mutia masih mau Salim taklim terhadap dirinya seperti dulu-dulu.
"Wa'alaikumsalam Mas... " Mutia menyebut Salim Haris namun hanya Salim biasa tanpa di kecup punggung tangannya.
"Kenapa kamu bersungguh-sungguh ingin berpisah denganku Bun..." Kata Haris sendu berharap masih ada kesempatan bagi dirinya.
"Apa sungguh tidak bisa kita perbaiki semua ini Bun...?"Kata Haris lagi sembari menggenggam tangan Mutia yang dingin.
Mutia membisu di tempatnya, Mutia rasa dengan adanya surat gugatan cerai dari dirinya yang di layangan ke Haris itu sudah cukup untuk menjawab semua pertanyaan Haris terhadap dirinya.
Haris mengecup tangan Mutia yang wangi dan putih itu berkali-kali, Haris memandang wajah Mutia yang masih terlihat cantik meski sedikit pucat itu dengan penuh damba dan rindu di dadanya.
Mutia menarik nafas dalam rasanya dirinya risih melihat tangannya di pegang dan di cium-cium oleh Haris suaminya itu yang mungkin tidak akan lama lagi segera menjadi Mantan.
Mutia membiarkan Haris puas memegang dan menciumi tangannya, namun jika nanti bersua lagi dalam kondisi yang berbeda Mutia tidak akan menerimanya.
"Maaf Mas... Sama seperti saat Mas mantap untuk memiliki istri ke dua, aku pun sekarang juga mantap sekali untuk berpisah..." Kata Mutia sembari membalas tatapan Haris padanya, Mutia menyelami hatinya apakah dirinya masih berdebar dan berdesir hatinya saat menatap mata Haris seperti saat dulu, Namun dadanya biasa saja tidak ada debaran dan desiran pada dirinya, tidak ada lagi rasa rindu di dalam hatinya.
Haris menunduk dan menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Tidak Bun... Ku mohon..." Haris memandang Mutia penuh pengharapan.
"Sudah lah Mas... Mari kita ikhlaskan... Sama seperti diriku yang berusaha ikhlas menerima dirimu yang selingkuh dan menikah siri, maka ikhlaskan aku juga supaya terlepas dari pernikahan yang hanya banyak mudharatnya ini.." Kata Mutia lalu berdiri ingin keluar, namun Haris menariknya kedalam pelukan.
Mutia Ingin berontak dan melepaskan diri dari Haris namun justru dekapannya semakin kuat, lalu Haris berbisik, "Kumohon ijinkan aku memeluk dirimu sebentar saja, setelah ini aku akan pergi..." Kata Haris memohon dengan Isak tangisnya.
"Sama seperti dirimu yang berjuang ingin berpisah, Ayah juga akan berjuang mempertahankan pernikahan kita Bun... Ayah masih mencintai Bunda..."Kata Haris dengan parau.
Cup
Haris mencuri kecupan di puncak kepala Mutia saat Mutia menundukkan kepalanya, membuat Mutia terkejut lalu mundur dan melepas tangan Haris pada tubuhnya.
"Jangan terlalu fokus pada diriku Mas... Kiara itu wanita hamil dia butuh dirimu seutuhnya, jadi jaga dirinya... Jangan sampai terjadi sesuatu pada kandungan hingga engkau akan menyesal..." Tegur Mutia lalu keluar dari ruangannya.
****
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat