Tarissa rela menikah dengan Nafandra demi melindungi Keanu dari keluarga Brawijaya. Selian itu dia juga ingin mengungkap kasus kematian Nessa yang kecelakaan itu dibunuh oleh keluarga suaminya.
Suatu hari Tarissa menemukan buku harian milik Nessa yang mencatat banyak sekali rahasia dan misteri yang ada di keluarga Brawijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Bab 17
Wajah Tarissa menegang dan bola matanya bergulir ke sembarang arah mencari sumber suara. Dia yakin itu bukan bunyi handphone miliknya.
'Apa itu bunyi ponsel pemberian Larasati tadi?' batin Tarissa cemas.
Nafandra masih menatap ke arah Tarissa yang kini terlihat cemas. Wajah istrinya yang sejak tadi bersemu merah merona kini menjadi pucat.
"Kalau bukan ponsel kamu, lalu ponsel siapa?" tanya Tarissa.
"Ya, punya kamu lah!" jawab Nafandra.
"Ahk, sepertinya aku lupa mengubah nada dering ponsel, tadi," ucap wanita itu tersenyum kaku.
Nafandra mendekati Tarissa, lalu dia mengangkat dagu istrinya. Dia pun berkata, "Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?"
"Eh, ya? Tentu saja tidak ada yang aku sembunyikan dari kamu. Apa untungnya coba?" balas Tarissa.
Setelah Tarissa mandi, mereka makan bersama meski waktu baru pukul 18.30. Keanu terlihat sangat senang ketika makan puding susu kesukaannya. Bocah kecil itu menghabiskan sendiri makannya tanpa bantuan siapapun.
Sekarang malah Nafandra yang kelihatan manja. Dia beberapa kali ingin disuapi oleh Tarissa, sehingga Keanu juga ikutan menyuapi ayahnya.
Selesai makan, Tarissa membersihkan meja dan mencuci semua peralatan makan serta masak bekas tadi. Ketika dia sedang mencuci piring, tiba-tiba ada tangan yang melingkar di perut dan ciuman lembut di tengkuknya.
"Mas," bisik Tarissa dengan lirih.
"Hn."
Nafandra terus saja menyentuh istrinya dengan ciuman nakal yang kini mendarat di pipi. Serangan dia berhasil membuat wanita itu melenguh.
"Keanu ...."
"Dia sudah tidur."
"Hah. Yang benar?" Tarissa tidak percaya kalau bocah itu sudah tidur.
"Dia anak pintar tahu sekarang waktu untuk papa dan mamanya bersama."
Begitu selesai membersihkan dapur, Tarissa di bolong oleh Nafandra ke kamar. Laki-laki itu sudah menahan diri sejak dari butik tadi. Melihat sang istri menjadi lebih cantik membuatnya bergairah dan ingin mencumbu dirinya.
"Malam ini kita menginap lagi di sini," ucap Nafandra ketika melihat Tarissa membuka mulutnya.
Malam ini terasa berbeda bagi Tarissa ketika bercinta bersama Nafandra. Ada ketulusan dan ikhlas ketika dia melayani suaminya. Wanita itu tidak bisa memungkiri kalau dirinya sangat menikmati kegiatan suami-istri kali ini bahkan menginginkan lagi.
Begitu juga dengan Nafandra yang lebih bersemangat dalam memberikan sentuhan kepada sang istri. Membuat Tarissa melayang beberapa kali membuatnya sangat puas.
"Kamu cantik sekali malam ini? Aku suka melihat kamu berdandan seperti ini," ucap Nafandra sambil membelai pipi dan rambut sang istri.
"Mulai sekarang aku akan selalu berdandan cantik dan berpakaian modis," balas Tarissa membalas sentuhan suaminya.
"Hanya aku yang boleh melihat dirimu yang seperti itu," kata Nafandra yang menatap damba sang istri.
"Hmmm, kalau begitu akan sulit, ya. Padahal aku juga ingin dilihat oleh orang lain kalau istri dari Nafandra Brawijaya itu adalah perempuan cantik dan pantas bersanding dengannya," tutur Tarissa dengan tatapan menggoda kepada sang suami.
"Aku tidak ingin ada laki-laki lain yang bisa melihat kecantikan kamu. Bisa-bisa mereka nanti jatuh cinta sama kamu dan berusaha merebut kamu dari aku."
"Apa Mas begitu mencintai aku?" tanya Tarissa.
"Tentu saja aku mencintaimu," jawab Nafandra.
"O, iya? Kenapa Mas bisa mencintai aku dengan cepat?" tanya Tarissa penasaran apakah benaran atau bohong.
"Karena kamu adalah wanita terhebat," jawab Nafandra berbisik, lalu mencium bibir ranum Tarissa.
Keduanya tidur berpelukan setelah puas mengarungi surga dunia. Mereka memejamkan mata hampir mendekati tengah malam.
Tarissa terbangun di tengah malam ketika mendengar suara tangisan Keanu. Dia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 01.15 dan dirinya baru tidur sekitar dua jam.
Ketika Tarissa menyusui Kenau, Nafandra terlihat gelisah dalam mimpinya. Dia menggumamkan sesuatu. Karena penasaran wanita itu mendekatkan telinga ke mulut suaminya.
"Jangan, Ma."
"Ampun ... Ampun."
Mata Tarissa terbelalak mendengar ucapan Nafandra yang sangat pelan itu. Terlihat kening sang suami basah oleh keringat dan tubuhnya juga bergerak seperti melindungi sesuatu.
'Apa yang sedang dia mimpikan?' batin Tarissa.
Merasa kasihan melihat Nafandra yang seperti sedang bermimpi buruk, Tarissa pun membangunkan suaminya. Dia mengguncangkan bahu laki-laki itu dan menyuruhnya bangun.
"Mas, hey! Bangun."
Guncangan pada tubuhnya mengembalikan kesadaran Nafandra. Pria itu membuka mata, lalu melihat ke arah sang istri yang menatapnya dengan cemas.
"Ada apa? Apa Mas sedang bermimpi buruk?" tanya Tarissa.
Nafandra tidak membalas ucapan istrinya, dia malah turun dari ranjang dan pergi keluar kamar. Laki-laki itu mengambil air minum, lalu menghabiskan dalam satu tarikan napas.
Dia tidak langsung kembali ke kamar, tetapi duduk termenung di meja makan. Nafandra masih ingat apa yang dimimpikan barusan olehnya. Itu sungguh terasa sangat nyata. Sebelah tangan kanannya menyentuh punggungnya di mana ada bekas luka yang tidak akan pernah hilang.
Terlalu larut dalam lamunan, Nafandra tidak sadar dengan keadaan sekitarnya sampai dia merasakan pelukan seseorang dari belakang. Ya, itu adalah Tarissa yang datang ke dapur, lalu memeluknya.
"Kenapa? Mas boleh cerita sama aku jika itu bisa meringankan perasaanmu," ucap Tarissa lembut di dekat telinga laki-laki itu.
Nafandra menarik tangan Tarissa agar duduk di pangkuannya. Laki-laki itu tidak berucap satu kata pun, tetapi malah memeluk dengan erat dan menelusupkan wajahnya di potongan leher sang istri.
"Kamu tadi mimpi buruk, ya?" tanya Tarissa yang masih mengelus lembut kepala atau punggung suaminya.
Nafandra hanya mengangguk kecil. Dia sampai tidak ingin mengeluarkan suaranya.
"Jangan takut. Itu hanya mimpi yang akan dilupakan saat bangun tidur besok pagi," ucap Tarissa.
Laki-laki itu merasakan kedamaian ketika tangan Tarissa membelai punggungnya dengan lembut. Selain itu wangi tubuh sang istri memberikan ketenangan pikirannya yang tadi semrawut oleh potongan-potongan memori masa lalu. Tanpa dia sadari dirinya jatuh tidur terlelap.
'Ya, dia malah tidur! Lalu, aku gimana ini?' batin Tarissa.
***
Sementara itu di kediaman Brawijaya, Mami Ayu tidak bisa tidur. Dia sempat kesal dan marah ketika Tarissa bilang mereka akan menginap di apartemen.
Wanita itu melihat ke arah kaca jendela karena merasa ada seseorang yang mengawasi dirinya. Dengan tubuh gemetaran dia menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.
"Aduh, kenapa tadi aku lupa menutup gordennya," ucap Mami Ayu bergumam.
Wanita paruh baya itu ragu apakah harus menutup kain gorden atau membiarkan begitu saja. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk menutup kaca jendela itu karena perasaan ketakutan terus saja menghantui dirinya.
Dengan tubuh yang bergemetar Mami Ayu berjalan mendekat ke kaca jendela. Dia pun menarik pengikat kain gorden.
"Kyaaaa!" Mami Ayu berteriak histeris sampai jatuh pingsan ketika melihat sesuatu di sana.
***