Gagal menikah yang kedua kalinya membuat Raisa Marwa memberanikan diri melamar Satria Langit Bos dikantornya yang terkenal playboy.
Bagaimana perasaan Satria?
Bagaimana juga dengan kekasihnya Satria yang bernama Rega?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Menjelang Siang Raisa pergi keluar diantar Sean mengendarai mobil milik Satria,hari ini adalah hari dimana Abah dan Umi menikah dua puluhan tahun yang lalu.
Raisa meminta kepada Sean mengantarnya di toko kue,setelah mendapatkan pesananannya Raisa kembali masuk kedalam mobil dan mobil kembali melaju membelah jalanan.
"Sean,nanti kalau Abah menanyakan Satria bilang saja sedang berada diluar negeri."pinta Raisa
"Baik Sa."jawab Sean
"Malam ini aku menginap disini,kamu bisa langsung kembali."kata Raisa
Setelah masuk kedalam gang mobil berhenti tepat didepan rumah,dari jauh Abah berlari menyambut kedatangan anaknya.Sean mengantar dan membawa satu kotak kue yang tadi dibeli Raisa dan langsung pamit karena harus kembali kekantor.
"Umi mana Bah?"tanya Raisa
"Ada dibelakang."jawab Abah
Raisa mencari umi dan menyalaminya,mengucapakan selamat dan memberikan hadiah kecil berupa cincin emas.
Raisa merasa sudah terlalu lama meninggalkan rumah dan saat ini dia sangat merindukan suasana rumah yang hangat.
Dia berdiri diujung kamarnya melihat kearah jalan dengan melipat kedua tangannya.Abah hanya melihat saja ada sedikit perubahan pada putrinya.
"Kamu datang sendirian?kemana suamimu?"tanya Abah
"Masih sibuk Bah,sekarang diluar negeri."jawab Raisa
Abah hanya mengangguk mendengarkan anaknya,meski sebenarnya Abah tahu saat ini Raisa sedang berbohong,mungkin baginya berbohong saat ini untuk melindungi suaminya.
"Isna memutuskan meninggalkan Ramadhan."kata Abah mengalihkan pembicaraan
"A apa?bagaimana mungkin?"tanya Raisa
"Abah sudah menyerah,kamu juga kalau ada masalah jangan melarikan diri tapi diselesaikan dengan baik,diam juga tidak bisa menyelesaikan masalah."kata Abah menasehati
"Maaf Bah,aku marah padanya karena dia tidak mau makan masakanku."kata Raisa sedikit berbohong
Abah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Satria,memintanya untuk menjemputnya malam ini juga.Abah tidak ingin terlalu banyak ikut campur dalam masalah anaknya,apapun itu jalan yang ditempuh sudah menjadi pilihan anaknya.
Tepat setelah sholat Magrib Satria datang kerumah menyalami Abah dan Umi,wajahnya banyak menunduk karena malu,bisa jadi Raisa sudah menceritakan kejadian sebelumnya,namun Abah menyambutnya dengan senyum dan memeluknya.
"Lain kali jangan buat istrimu marah."kata Abah
"Maafkan saya Bah."
"Kalau istrimu masak dan masakannya gak enak tetap puji dia setinggi langit."kata Abah menepuk pundak Satria
Satria merasa lega karena Raisa masih menutupi aibnya,dia tersenyum memandang kearah istrinya meski wajah Raisa masih datar.Satria berjalan mendekatinya dan berusaha meminta maaf kepada Raisa,saat berada dibelakangnya dan ingin memegang bahunya Raisa berbalik dan sangat terkejut melihat Satria.
"Bisa gak jauh-jauh."kata Raisa
"Gak bisa,karena jauh dari kamu bisa buat aku gila."
"Ayo makan dulu setelah itu kita pulang."ajak Raisa
Mendengar ucapan Raisa mengajaknya makan dan pulang sudah sangat membuat Satria senang,Satria makan dengan lahap setelah beberapa waktu banyak murung dan mengurung diri,kesalahan yang dia lakukan memang sudah tidak bisa ditoleransi.
Mereka berdua pamit sebelum kemalaman,perjalanan cukup menyita waktu apalagi saat ini sudah malam.
"Sa."panggil Satria
"He."jawab Raisa singkat
"Maaf."kata Satria mengenggam tangan Raisa dengan kuat meski sebelumnya Raisa menariknya
Satria masih belum melepaskan genggaman tangan Raisa meski dia harus memegang kendali mobil,Raisa menariknya pelan dan memintanya untuk tetap fokus kejalan.
"Ngobrolnya nanti dirumah,kamu harus fokus melihat jalan."kata Raisa
Mobil sampai dirumah menjelang malam,Raisa tertidur dengan bersandar kaca jendela mobil.Pelan-pelan Satria membangunkan istrinya,menepuk bahu dan menggoncangkan tubuhnya.
"Sayang,sudah sampai."kata Satria
Raisa membuka mata membenarkan sandaran duduknya dan melepas sit belt,dia keluar begitu saja tanpa memperdulikan Satria.
Ruangan sudah gelap menandakan seluruh penghuni rumah sudah terlelap,saat berjalan dikegelapan kaki Raisa tersandung dan terjatuh.
"Au."Raisa meraba tasnya mengeluarkan ponselnya
Satria yang beru saja menyalakan lampu pengganti melihat Raisa terduduk membantunya berdiri,dan memapahnya duduk disofa.
Satria jongkok menghadap ke arah istrinya dan mengusap wajah ayu didepannya,tangan Raisa menyambutnya dan menggenggam erat.
"Sorry."kata Satria menenggelamkan kepalanya dalam pangkuan Raisa
"Sudah malam,istirahatlah."kata Raisa
"Aku tidak akan bangun sebelum kamu memaafkanku."pinta Satria
"Aku mau pipis,bisakah kamu bangun?"tanya Raisa
Satria bangun dan mengekori kemana Raisa pergi,dia bahkan melewati kamarnya dan masuk kekamar Satria,dia merasa lega akhirnya malam ini tidak tidur sendiri.
Raisa keluar dari kamar mandi dengan kostum yang berbeda,seperti biasa dia mengenakan lingerie kesukaan Satria.
"Makasih sayang."kata Satria
****
Tamara baru pulang dari luar kota,saat Raisa pergi dia juga memutuskan pergi kedaerah yang memerlukan bantuan,disana dia bertemu dengan beberapa relawan dan itu yang saat ini membuat hidupnya senang.
Sesaat kemudian ponselnya berbunyi,dia menyalakan lampu dan melihat tas Raisa tergeletak disofa.
Tamara menerima panggilan dari no tidak dikenal,bahkan dia mengirimkan pesan terlebih dahulu.
"Hallo."
"Ibu Tamara,apa berkas anda tertinggal?"
"Ah iya Mas,benar."kata Tamara mencari di tas jinjingnya.
"Saya ada diluar,maaf tadi saya membuntuti anda dan meminta no kepada kepala badan disana."
"Baik saya keluar sekarang."
Tamara keluar menemui orang yang menghubunginya,dia benar ada diluar dengan sebuah taxi sedang menunggunya.Karena sudah malam Tamara tidak berani membuka pintu gerbang.
"Maaf Mas,saya tidak berani membuka pintu karena sudah terlalu malam."
"Tidak apa-apa Bu,saya juga maklum,ini milik Ibu saya rasa ini sangat penting."
"Terimakasih banyak Mas,saya Tamara."
"Saya Ramadhan Bu,saya mewakili sekolah xxx."
"Mas,apa besok bisa ketemu?"
"Maaf Bu,saya harus langsung pulang karena besok pagi saya harus mengajar,permisi."
Ramadhan berlalu meninggalkan rumah besar tersebut,masuk kedalam taxi dan meninggalkan kota kembali kekampung dimana dia bekerja untuk besok pagi.
Tamara masuk kembali kedalam rumah meraih tas milik Raisa dan naik kekamar dimana Raisa istirahat,namu dia tidak menemukan Raisa disana.Bibirnya tersenyum dia menggantungkan tas Raisa digagang pintu kamar Satria..
****
Pagi hari saat sarapan Raisa membisikkan sesuatu ditelinga Tamara,Kakak iparnya hanya memandangnya dengan pandangan sendu,namun karena keputusannya sudah bulat maka dia hanya bisa mendukungnya.
"Kamu yakin?"tanya Tamara
Raisa hanya mengangguk dan mengajak Satria bicara diruang kerjanya,melihat ruang kerja yang berantakan Raisa hanya memperhatikan tanpa membereskan.Bukan tidak mau hanya saja dia ingin memberinya pelajaran kepada suaminya bahwa Raisa bukanlah gadis lugu lagi.
"Jika benar Alana melahirkan anakmu,bawa anaknya dan masukkan kedalam KK,aku bisa menerima anaknya namun tidak ibunya,siapapun wanita itu,aku tidak peduli dia cinta pertamamu atau cinta terakhirmu,yang pasti sekarang akulah istrimu yang sah."kata Raisa
"Sa,kamu....
"Jika kamu ragu,kamu bisa melakukan tea DNA ditempat yang berbeda."kata Raisa
"Sa...."
"Syaratku hanya anakmu,bukan ibunya."kata Raisa
Raisa bergegas meninggalkan Satria diruang kerjanya,masuk kedalam kamar dan bersandar dipintu,meluruhkan tubuhnya kelantai dan menangis meski tanpa isak.
Satria merasakan badannya melemas,sepertinya tulang-tulang diseluruh badanya melemah,keberanian Raisa mengusik Alana sungguh sangat membuatnya merasa bersalah.Tidak ada panggilan Bos atau Presdir lagi yang ada hanya kata kamu yang keluar dari mulutnya,cara dan gaya bicaranya juga sangat teratur namun bagi yang paham etika bicaranya sangat menyakitkan.