Di Ceraikan Suami Di Nikahi Bos Sendiri

Alana langsung turun dari taksi dengan mengendap-endap, menuntun Leon untuk bergegas masuk, dia berusaha untuk tidak terlihat Fahrizal karena sepertinya suaminya juga tidak tahu kalau pesta ulang tahun yang akan dia hadiri adalah tempat ini.

Kalau Fahrizal sampai sekarang masih terlihat diam di parkiran, akan ada dua kemungkinan, suaminya itu akan terus menunggu di luar, atau malah menyusul Laura kedalam. Dan dia akan berusaha untuk tidak terlihat, suaminya tidak boleh tahu kalau dirinya juga ada di sana untuk memastikan seperti apa sebenarnya hubungan sang suami dengan Laura di belakang nya.

"Bunda kenapa?" Leon yang sadar akan tingkah sang bunda langsung bertanya. Kenapa terus menengok ke belakang seolah memastikan sesuatu.

"Tidak apa-apa, sayang." Alana hanya tersenyum, berusaha menutupi segala benak dalam kepalanya. Karena dia sendiri akan berpura-pura untuk tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada sang suami dan teman lamanya itu sebelum memastikan nya sendiri. "Ayo masuk, sepertinya kita sedikit terlambat."

Sementara itu keadaan di dalam, Laura langsung menghampiri seluruh keluarga Edwards, bahkan langsung tersenyum hangat menyapa semuanya.

"Malam Om, Tante. Maaf aku telat." ucap Laura sambil cipika-cipiki dengan orang tua paruh baya itu, setelahnya langsung menyapa Pricillia beserta suaminya dan langsung mengucapkan selamat ulang tahun pada Eca sembari memberikan kado yang sedari tadi dia bawa. "Selamat ya Eca cantik."

"Makasih Aunty." Eca sampai sumringah. Langsung meminta pelayan untuk menyimpan kado itu di simpan dengan kado yang lain. "Aunty kok, sendiri. Mana pacarnya?" tanya nya malah menggoda.

"Iya, nih Laura. Padahal cantik loh. Tidak mungkin kan kalau belum punya pacar." Nyonya Edwards ikut menimpali, dalam masalah seperti ini emang selalu kompak dengan Eca. Jiwa kepo nya tiba-tiba menjadi

Laura hanya bisa tersenyum yang di paksakan, inilah yang membuat dia selalu risih pada keluarga Edwards, suka ikut campur urusan orang lain, singgung sana singgung sini padahal putra sulung mereka juga masih perjaka. "Tidak bisa ikut, Tan," jawabnya asal. Gengsi dong kalau dia mengelak tidak punya kekasih. Hanya belum pas saja untuk mempublikasikan pasangan hidupnya.

Victor yang sedari tadi di abaikan Laura hanya bisa tersenyum pasi, terlihat sekali adik sepupunya itu menghindari nya gara-gara masalah tadi, padahal tadinya dia tidak akan mengungkit masalah pribadi, tapi tingkah Laura seolah minta di kritik.

"Tadi saja terus menempel bagai prangko sampai meninggalkan tanggung jawab di perusahaan, sekarang dalam acara keluarga tidak di prioritaskan sama sekali, sungguh kasihan sekali kekasih mu itu." ucap Victor tiba-tiba. Terlihat jelas kan kalau Laura mendekati lelaki hanya untuk main-main saja. Tidak ada niatan untuk serius sampai tak pernah berkomitmen untuk menikah.

"Kak Victor!" Laura sampai mendelik kesal, emang ya lelaki satu ini tak pernah sekalipun akur dengan nya, selalu saja mencari masalah dan menyulut api. "Setidaknya aku masih normal memliki kekasih, tidak seperti Kak Victor yang hanya gila kerja tak memiliki ketertarikan pada wanita. Akh, atau mungkinkah Kak Victor gay?" cibirnya membalas ledekan kakak sepupu nya dengan terang-terangan.

Victor sampai naik darah, ingin bicara tapi keburu kepotong oleh Nyonya Edwards yang mulai mereda percekcokan mereka. Memang sudah tidak aneh lagi kalau dua insan ini dipertemukan, beginilah yang akan terjadi. Namun ada baiknya juga ledekan dari Laura, biar Victor bisa sedikit lebih berpikir untuk perlahan membuka hatinya untuk wanita.

Saat percekcokan mulai mereda, Pricillia dengan begitu antusias langsung melambaikan tangannya saat melihat sosok Alana memasuki aula pesta, bahkan langsung menyuruh pelayan menuntun Alana beserta Leon untuk mendekati mereka.

"Alana, sini!"

Mendengar nama itu, Victor dan Laura seketika langsung menengok ke arah mana Priscilla melihat. Dan detik selanjutnya kedua orang itu langsung memasang ekspresi terkejut, rupanya Alana yang Pricillia panggil adalah Alana orang yang mereka kenal.

Jika Victor langsung memasang senyum simpul melihat kedatangan Alana, bahkan tak percaya bisa kembali dipertemukan dengan nya, tidak dengan Laura. Laura malah menatap kaget kedatangan wanita itu, tersenyum ketir dalam hati, setelah sekian lama tidak bertemu, kenapa harus dalam keadaan seperti ini ia di pertemukan dengan nya.

"Alana tidak sempat melihat Mas Fahri di luar kan?" batin Laura mulai tidak tenang. Meski hatinya begitu benci di pertemukan dengan Alana di sini, dia akan berusaha memasang ekspresi biasa saja. Karena sebesar apa rasa benci dia pada Alana, dialah pemenangnya karena mampu mengambil suami Alana hingga jatuh dalam pelukannya.

Rupanya, bukan hanya Victor dan Laura saja yang terkejut dengan dengan keadaan ini, Alana sendiri yang baru hadir di acara pesta ini tidak kalah kaget.

Sejak awal, Alana tahu Laura hadir di acara pesta ini, bahkan melihat sendiri kalau Laura datang ke sini di antarkan suaminya sendiri, namun kenapa bisa ternyata Laura ada di antara Ibu Pricillia bahkan mereka terlihat seperti keluarga besar. Kalau dalam situasi ini dia malah di hadapkan dengan Laura, sanggupkah dia berusaha biasa saja setelah apa yang tadi dia lihat. Haruskah dia berpura-pura bodoh seolah tidak ada yang terjadi untuk memastikan semuanya.

"Selamat malam semuanya, maaf saya sedikit terlambat." Alana mulai beradaptasi dengan keadaan sekitar, menyalami semua yang ada di sana satu persatu, bahkan mengajak Leon untuk ikut bersalaman. Dan saat itu pula dia baru tersadar ternyata Pak Victor juga ada di antara keluarga besar itu. "Pak!"

"Selamat malam, Nona. Kita bertemu lagi." Victor malah menanggapi keterkejutan Alana dengan senyuman. Bahkan saat anak kecil yang terus mengekor di belakang Alana menyalaminya, dia langsung tersenyum seolah memberi isyarat kalau mereka bertemu lagi. "Hai Jagoan!" bisik nya pada anak itu.

Dan tentunya itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut heran, sejak kapan seorang Victor bersikap ramah pada wanita. Dan kenapa pula bisa kenal dengan Alana.

"Kakak mengenal Alana?" Pricillia langsung bertanya dengan begitu penasaran, kelas sosialita mereka jelas berbeda, dari mana kakaknya itu mengenal Alana yang notabenenya jauh berbeda kasta dengan keluarga mereka.

"Baru mengenal, bukankah begitu Nona Alana?" Victor malah dengan sengaja melibatkan Alana dalam pertanyaan adiknya. Bahkan langsung menjelaskan kalau Alana adalah salah satu partner nya di perusahaan yang baru saja akan bekerjasama dengan perusahaan mereka. "Nona Alana adalah seorang author yang ceritanya akan perusahaan adaptasi menjadi versi cetak." jelasnya dengan begitu rinci.

Alana hanya menggapai nya dengan senyuman, sampai malu sendiri, padahal tidak harus sampai di jelaskan dengan begitu perinci, terlebih, dia baru tersadar saat tadi Ibu Pricillia memanggil Pak Victor dengan sebutan Kakak, rupanya dia begitu bodoh sampai tak sadar kalau nama Edwards yang tertulis jelas di kartu nama Pak Victor adalah nama marga keluarga mereka dan jelas Pak Victor dan Ibu Pricillia memang saudara.

"Wah, benarkah?" Fathur yang mendengar itu sampai kaget, dia baru tahu ini karena memang Victor sendiri belum bercerita karena sibuk sendiri dengan acara ulang tahun Eca. "Wah, luar biasa. Kalau begitu selamat bergabung Nona Alana." tuturnya dengan riang.

Semua terlihat tersenyum dengan kehadiran Alana tapi tidak dengan Laura, terlebih saat mendengar perkataan Victor barusan. Alana adalah sang author itu? Sungguh menjengkelkan kenapa bisa? membuat dia semakin membenci Alana, sampai rasanya dia tak mau mengakui kalau mereka pernah kenal sebelumnya.