Luka Hati Seorang Istri

"Reno, darimana saja kamu seharian? Ibu cari - cari gak ada. Kamu terburu - buru pergi setelah tahu alamat Ayu, jangan - jangan kamu pergi ke rumah Ayu untuk minta rujuk ya?"

Tanya Bu Retno sambil memperhatikan raut wajah anak lelakinya yang di tekuk sejak datang tadi.

"Tadi aku ada urusan sebentar di luar bu. Dan soal Ayu, kami tidak akan pernah rujuk. Jadi ibu tidak perlu khawatir kalau dia akan kembali padaku."

Mendengar pengakuan anaknya membuat hati Bu Retno tenang. Tadinya dia begitu khawatir kalau Reno sampai rujuk dengan Ayu, bisa - bisa rencananya untuk menjodohkannya dengan Dewi akan berantakan.

"Ibu senang kalau kamu menyadari kalau Ayu tidak pantas buatmu. Dan ibu bisa lega sekarang karena tidak perlu khawatir lagi padamu."

"Ibu tenang saja, aku akan segera mengurus surat perceraianku dengan Ayu."

"Ibu setuju dengan rencanamu itu Ren, lebih cepat akan lebih baik. Dan soal Sela, lebih baik dia ikut Ayu saja. Karena kamu belum tentu bisa merawat dia. Justru akan merepotkan kita nantinya."

Ada sedikit nyeri di dalam hatinya saat Bu Retno menyebut Sela. Meskipun selama ini dia kurang perhatian pada putrinya itu. Tapi rasanya sedikit tidak rela saat harus berpisah jauh dengan Sela. Tapi dia tidak ingin menunjukkan perasaanya itu pada ibunya.

"Iya Bu, tapi bagaimana nanti soal nafkah untuk Sela? Tentu pengadilan akan mewajibkanku memberikan nafkah untuk anakku yang diasuh Ayu."

"Sudah abaikan saja, kamu tidak perlu memikirkan nafkah untuk Sela. Toh dia ikut tinggal dengan ibunya. Jadi biar Ayu saja yang memikirkan kebutuhan anaknya itu."

"Ya sudah biar besok aku segera memasukkan gugatan ke pengadilan."

"O ya Ren, besok ibu mau mengundang Dewi untuk makan malam disini, beberapa hari yang lalu ibu ketemu sama dia dan ngobrol banyak dengannya, jadi ibu akan mengundangnya ke rumah."

Reno mengernyitkan dahinya mendengar nama Dewi disebut ibunya, karena sudah lama dia tidak bertemu dengan Dewi, semenjak menikah dengan Ayu. Dulu memang Dewi sempat menyatakan perasaanya pada Reno, tapi Reno lebih memilih melamar Ayu waktu itu. Dan sejak saat itu Dewi memutuskan meneruskan sekolahnya ke luar kota.

"Memangnya Dewi sudah pulang Bu?"

"Ya, dia ada di rumah sekarang, setelah selesai sekolah dia sempat bekerja di luar kota selama dua tahun. Dan sekarang dia memutuskan untuk pulang dan bekerja di puskesmas desa kita dekat dengan orang tuanya."

"Besok kamu jangan pulang malam ya, ibu ingin kamu bisa bertemu dengan Dewi."

"Lihat besok saja lah Bu."

"Jangan gitu Ren, kamu harus bisa pastikan datang ketemu Dewi besok."

"iya."

"Nah gitu dong, o ya ibu minta uang dong Ren, buat belanja, ibu mau masak buat besok. Kan makanannya harus yang enak - enak untuk menyambut Dewi, secara dia anak orang kaya."

Reno menghela nafas kasar mendengar permintaan ibunya. Ujung - ujungnya pasti uang lagi, tapi tak apa, saat ini demi Dewi dia akan memberikan uang pada ibunya. Karena dia juga sebenarnya penasaran ingin bertemu Dewi setelah lama tidak melihatnya. Dulu dia lebih memilih Ayu karena sempat minder dengan Dewi yang anak orang kaya, sedangkan Ayu dari keluarga biasa dan juga dia dulu lembut dan patuh pada suami. Sehingga dia menolak Dewi yang sempat menyatakan perasaanya.

"Ibu butuh berapa?"

Bu Retno tersenyum karena akan mendapatkan uang dari Reno.

"Lima ratus ribu saja, cukup lah untuk makan malam saja."

"banyak banget Bu?"

"Ya kan yang makan malam orang banyak, ada Sindi sama keluarganya juga yang akan ikut makana malam. Tentu ibu akan masak banyak. Uang segitu sudah sangat irit Ren."

"Ya sudah, ini uangnya."

Reno membuka dompet dan menyerahkan uang kepada Bu Retno untuk mengundang Dewi besok.

"Makasih ya Ren, kamu memang anak ibu yang bisa diandalkan."

"Ya sudah Bu, aku pulang dulu, sudah ngantuk mau tidur."

""Iya, besok jangan lupa pulang cepat ya."

Setelah itu Reno pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah hatinya kembali dilanda sepi karena mengingat Ayu dan Sela. Dulu saat dia pulang pasti ada Ayu dan Sela yang menyambut kedatanganya. Tapi sekarang dia hanya bisa mengingat moment itu.

Dia segera menepis kesedihan itu mengingat besok dia akan bertemu dengan Dewi. Tentu dia berfikir kalau sekarang Dewi sudah berubah lebih cantik dari Dewi yang dulu, secara biasanya seorang tenaga medis lebih terlihat cantik terawat kulitnya.

Reno masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Tak lama kemudian dia sudah terlelap dengan dengkuran halus.

***

Pagi ini Sindi di suruh Bu Retno menemui Dewi ke tempat kerjanya untuk mengundangnya makan malam. Sedangkan Bu Retno ke pasar bersama Mega untuk membeli bahan makanan.

Sesampainya di tempat kerja Dewi, Sindi segera mencari Dewi dengan menanyakan kepada teman kerjanya.

"Eh mbak Sindi, tumben mbak, ada apa cari Dewi?"

"Dewi, kamu makin cantik aja, udah lama ya kita gak ketemu. Ini tadi ibu nyuruh ngundang kamu buat makan malam di rumah nanti malam."

"Ah, mbak Sindi bisa aja. Kemarin aku memang habis ketemu ibu waktu beliau pulang dari pasar."

"Iya, makanya ibu pengen ngobrol - ngobrol lagi sama kamu, dan dia nyuruh aku ngasih tahu kamu kesini, gimana kamu bisa kan?"

"Baiklah mbak, nanti malam aku akan datang."

"Ya sudah mbak pulang dulu ya, kita tunggu di rumah nanti malam."

Kemudian Sindi pulang setelah memberitahu Pesan ibunya pada Dewi.

"Gimana Sin, apa kamu sudah ketemu Dewi?"

"Sudah Bu, dia janji akan datang nanti malam."

"Baguslah kalau begitu, ayo sekarang bantu ibu masak."

"Memangnya kita mau masak apa Bu?"

"Ibu mau bikin Opor ayam, capcay goreng, gurame asam manis, sama SOP daging."

"Banyak sekali Bu makanannya?"

"Iya, ibu memang sengaja masak banyak untuk menyambut calon menantu ibu. Bukankah Dewi dari keluarga yang berada, tentunya dia terbiasa dengan masakan yang mewah. Jadi ibu tidak mau malu karena menghidangkan masakan yang biasa."

"Tapi apa ibu sudah kasih tau Reno kalau Dewi akan datang?"

"Ibu sudah bilang ke dia tadi malam dan memintanya untuk pulang cepat karena Dewi akan datang."

"Baguslah kalau dia sudah tahu, jadi lebih gampang nantinya."

"Pokoknya kalian harus bantu ibu untuk menjodohkan Reno dengan Dewi. Kalau mereka sampai menikah maka kita juga pasti akan kecipratan uangnya Dewi yang banyak itu. Dan tentunya hidup kita akan berubah nantinya."

"Ibu tenang saja kita pasti akan bantu agar perjodohan ini berhasil nantinya. Aku juga sudah tidak sabar punya ipar yang kaya dan royal. Tidak seperti Atu yang miskin itu."

"Ya sudah ayo kita teruskan masaknya agar cepat selesai."

"Iya Bu."

Bu Retno meneruskan memasak di bantu oleh anak - anaknya. mereka membagi tugas agar masakannya cepat selesai.