Luka Hati Seorang Istri

Luka Hati Seorang Istri

Permintaan Sela

Pagi ini seperti biasa Ayu sudah menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Reno tidak akan bisa keluar untuk bekerja kalau belum sarapan terlebih dahulu. Nasi goreng telur menjadi menu pagi ini, karena Sela sangat suka nasi goreng yang diberi toping telur ceplok diatasnya. setelah menyiapkan segala sesuatunya di meja makan, kini Ayu melangkah ke kamar putrinya dan membantunya untuk bersiap - siap ke sekolah. Sela memang baru kelas satu sekolah dasar, jadi dia masih dibantu Ayu untuk bersiap - siap setiap pagi.

"Ayu, kaos kaki mas dimana, kenapa belum kamu siapkan?"

Terdengar teriakan Reno yang bingung mencari kaos kaki.

"iya mas sebentar, aku masih membantu Sela bersiap - siap dulu "

"sayang, kalau sudah rapi sekarang kita sarapan yuk bareng sama ayah."

"Iya ma."

setelah selesai, Ayu segera menghampiri suaminya dan memberikan kaos kaki yang diminta tadi.

"Ini mas kaos kakinya."

Reno menerima kaos kaki dengan wajah kesal karena terlalu lama menunggu.

"Lain kali siapkan dulu keperluanku baru kau urus yang lain."

"Iya mas."

Ayu yang tak ingin berdebat dengan suaminya hanya menjawab pasrah. Kini mereka sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.

"Yah, sebentar lagi kan Sela naik kelas dua, Boleh Sela minta tas dan sepatu baru? Soalnya teman - teman Sela yang lain cerita kalau sudah dibelikan tas dan sepatu baru, Sela juga pengen yah."

"Bukankah sepatu dan tas kamu masih bagus, sudah pake yang itu dulu saja. Nanti kalau sudah benar - benar tidak bisa dipakai baru beli lagi, jangan suka boros."

"Tapi yah, sepatu Sela yang sebelah sudah sobek sedikit."

"Tapi masih bisa dipake kan, ya sudah pake dulu saja, nanti kalau sudah benar - benar rusak parah baru beli."

"Ayu, jangan ajari anakmu boros seperti ini, cari uang itu tidak mudah. Kita harus berhemat."

Seketika wajah Sela berubah murung. matanya sudah berkaca - kaca ingin menangis tapi takut kalau ayahnya akan bertambah marah. Ayu sangat kasihan melihat putrinya. Pasti hatinya sakit mendengar penolakan ayahnya. padahal dia hanya ingin dibelikan tas dan sepatu sekolah baru. Dengan gaji yang cukup lumayan sebagai manager di sebuah perusahaan tentu tidaklah sulit jika hanya membelikan sepatu dan tas sekolah untuk anaknya.

"Tapi mas, Sela hanya minta tas dan sepatu sekolah yang menurutku masih wajar. Harganya pun tidak terlalu mahal."

"Sudahlah kamu nasehati saja anakmu itu, bukankah kamu tahu kalau gajiku selalu saja habis setiap bulannya. Jadi aku harus berhemat untuk pengeluaran yang tidak perlu."

Ya meskipun gaji seorang manager termasuk banyak tapi setiap bulanya akan selalu habis dan tidak bersisa setelah dibagi - bagi. Gaji Reno sebagai manager sebesar 15 juta. Tapi dia harus membayar cicilan mobil sebesar 4,5 juta, cicilan rumah 2 juta, jatah bulanan ibu 2 juta, jatah bulanan Ayu 1,5 juta, 1 juta untuk jatah bulanan Sindi kakak perempuan Reno, 1 juta lagi untuk jatah bulanan Mega adik Reno. Sedangkan sisa 3 juta untuk pegangan rokok, bensin, dan makan Reno setiap harinya karena dia memang sering makan di luar saat sedang bekerja. Dan itu tidak akan pernah sisa setiap bulannya bahkan Reno sering mengeluh uang 3 juta selalu kurang untuk uang jalannya setiap hari selama sebulan. Sedangkan Ayu harus membagi uang 1,5 juta itu untuk listrik dan air juga.

Dia sebenarnya sering mengeluh pada Reno karena uang bulannya yang cuma 1,5 juta tidak akan pernah cukup untuk kebutuhan selama satu bulan. Tapi suaminya tidak pernah perduli. Dan malah menuduh Ayu istri yang boros. Ayu juga pernah mengutarakan keberatannya saat suaminya masih memberi jatah untuk mbak Sindi dan juga Mega karena mereka juga sudah berumah tangga jadi sudah bukan tanggung jawab Suaminya lagi. Tapi Reno selalu marah saat Ayu mengusik uang yang akan diberikan untuk saudara - saudaranya itu. Oleh karena itu Ayu memilih diam selama ini. Dia berusaha keras untuk memutar uang itu agar bisa cukup sampai gajian berikutnya. Jadi tidaklah heran kalau dia sering berhutang ke warung dekat rumahnya kalau uangnya sudah tidak cukup.

Untunglah pemilik warung orang yang baik yang bersedia memberikan hutang padanya saat dia butuh.

Setelah suaminya berangkat kerja , Ayu segera mengantar anaknya ke sekolah menggunakan motor matik yang sudah lama dia punya. Motor itu dia beli sebelum dia menikah dan saat masih bekerja dulu. Sebelum dia menikah, dulu Ayu bekerja sebagai karyawan pabrik. Tapi setelah hamil Sela, Reno menyuruhnya untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Waktu itu Reno belum naik jabatan menjadi manager, dia masih staf biasa yang gajinya tidak sebanyak sekarang.

Jadi Ayu masih menerima nafkah 1,5 juta yang diberikan suaminya kala itu dengan lapang dada. Tapi setelah umur Sela dua tahun dia naik jabatan menjadi manager dengan gaji yang lumayan juga tapi jatah bulanan Ayu tidak berubah, masih sama saja. Dan hal itu cukup membuat hati Ayu nelangsa karena harus dipaksa mencukupkan uang 1,5 juta setiap bulannya.

Setelah mengantar Sela ke sekolah, Ayu kembali ke rumah untuk membereskan rumah sambil menunggu tukang sayur langganannya datang.

"sayur....sayur...."

mendengar teriakan tukang sayur, Ayu segera keluar untuk berbelanja. Ternyata disana sudah banyak yang datang termasuk mbak Sindi dan juga Mega sudah memilih sayur yang mereka inginkan.

"Eh, ada mbak Ayu, cuma belanja itu aja mbak? Kalau cuma kangkung sama tempe mana ada gizinya. Kaya aku dong beli ayam sama udang biar anakku juga pinter. Masa sama anak suami pelit banget."

Ucap Mega saat melihat belanjaan Ayu yang hanya kangkung dan tempe.

"Biasa lah dek, dia kan doyannya memang cuma kangkung sama tempe."

Ucap Sindi menimpali adiknya. Kedua ipar Ayu memang tidak ada yang suka dengannya. Setiap bertemu pasti hinaan yang selalu keluar dari mulut mereka. Sehingga Ayu jarang sekali ikut suaminya pergi kumpul ke rumah mertuanya karena hanya akan menjadi bahan ejekan saudara - saudaranya.

"Iya mbak, kalau dirumahku kangkung cuma buat makan kelinci. Haaa...."

Ayu hanya diam saja mendengar hinaan dari para iparnya. Itu sudah makanan sehari - hari bagi Ayu. Dia segera membayar belanjaannya dan segera pulang agar telinganya tidak panas dan juga tidak semakin sakit hati.

Sebenarnya bisa saja dia melawan. Tapi dia lebih memilih diam agar tidak terjadi keributan. Malu rasanya kalau harus adu mulut di depan banyak orang seperti ini. Apalagi kalau sampai suaminya tahu dia akan memarahi Ayu karena ribut dengan saudara - saudaranya.

Sesampainya di rumah Ayu langsung meneguk satu gelas air putih untuk menetralkan emosinya.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

mampir 👍♥️

2024-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!