Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Berkata Seolah Kau dari Kota Bayangan
Setelah selesai makan, Lu Yan mulai mengupas apel untuk Wuzhou. Sejak kecil, Lu Yan telah mencintai Wuzhou, terutama karena kecerdasannya yang luar biasa. Namun, kenyataan yang ia hadapi membuatnya kecewa. Ia malah dijodohkan dengan Chen Ling.
Alasan Lu Yan dijodohkan dengan Chen Ling adalah karena statusnya sebagai penerus keluarga besar tersebut. Lu Yan merasa tidak bisa berbuat banyak saat itu, karena ia masih kecil. Ia tidak habis pikir mengapa dirinya dulu tidak melawan.
Tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Lu Yan merasa dia kini memiliki kekuatan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Ia bertekad untuk segera membatalkan pertunangannya dengan Ling.
"Ling itu sampah! Aku sudah tidak sabar untuk memutuskan pertunangan ini," ujar Lu Yan dengan senyum sinis yang penuh kebencian. "Aku ingin lihat bagaimana dia mengemis di depan ku," lanjut Lu Yan, tanpa rasa penyesalan.
Wuzhou mendengarnya dan tersenyum. "Ya, itu pasti akan terjadi. Setelah itu kita akan bersama," ucapnya sambil mengacak rambut Lu Yan dengan lembut. Lu Yan yang menerima perlakuan itu hanya tersipu, sedikit malu meskipun hatinya merasa senang.
Namun, tiba-tiba Lu Yan teringat akan sesuatu. "Tapi, bagaimana mungkin sampah seperti Ling bisa memiliki tempat di arena pelatihan?" Ia merasa heran dengan keputusan keluarga Chen yang tampaknya selalu memihak Ling.
Wuzhou pun segera menjelaskan, "Itu semua karena kakek dan ibu. Mereka sangat menyayangi Ling, seolah-olah dia lebih pantas mendapat tempat itu. Padahal, aku jauh lebih unggul darinya, namun karena aku anak angkat, mereka lebih memilihnya."
Wuzhou menggenggam erat tangannya, merasa frustrasi dan cemburu dengan perlakuan istimewa yang diterima Ling, meskipun menurutnya ia lebih layak mendapatkan perhatian itu.
Lu Yan memahami perasaan Wuzhou, karena dia pun merasakan hal yang sama. Ia berusaha menenangkan Wuzhou dengan berkata, "Aku dengar keluarga-keluarga besar mengundang orang dari kota Bayangan untuk mengajar di arena pelatihan. Semua ini berkat Tuan Ye, yang memiliki banyak relasi di sana."
Lu Yan menyuapkan potongan apel ke mulut Wuzhou, berharap bisa mengalihkan perhatiannya.
Mata Wuzhou langsung berbinar mendengar berita itu. "Guru memang sangat hebat," ujarnya, seolah-olah segala amarah yang tadinya membara di dalam hatinya mendadak luntur.
Lu Yan tahu bahwa apa yang baru saja ia katakan akan membuat Wuzhou bahagia. Ia melanjutkan, "Wuzhou, kesempatan ini adalah peluang besar untukmu. Orang-orang dari kota Bayangan terkenal sebagai jenius. Jika kau bisa menarik perhatian mereka atau bahkan menjadi salah satu murid mereka, tak ada lagi yang akan meremehkanmu di kota Urban. Bahkan kakekmu pun pasti akan lebih memperhatikanmu dan mengutamakanmu. Pada saat itu, segalanya akan menjadi milikmu."
Mata Wuzhou yang semula tampak ragu kini bersinar. "Pasti! Aku akan memberikan yang terbaik di arena pelatihan. Aku akan menunjukkan pada semua orang siapa aku sebenarnya," jawabnya dengan penuh semangat, sambil menggenggam tangan Lu Yan dengan erat.
Melihat reaksi Wuzhou yang begitu bersemangat, Lu Yan merasa sangat bahagia. Ia tahu bahwa bakat Wuzhou sudah tak bisa diragukan lagi di kota Urban. Orang-orang dari kota Bayangan pasti akan memperhitungkan Wuzhou, tak mungkin mereka akan mengabaikan seorang berlian seperti dirinya.
"Aku tahu kau bisa melakukannya. Orang-orang dari kota Bayangan pasti akan melihat potensi besar dalam dirimu. Mereka tidak akan membuang peluang untuk memiliki seseorang seberbakat dirimu. Kecuali jika mereka memang bodoh," ujar Lu Yan, memberikan pujian pada kemampuan Wuzhou.
"Jadi, sembuhkan dirimu secepatnya," lanjut Lu Yan dengan lembut, "Aku akan selalu ada untuk merawatmu dan mendukungmu." Lu Yan menatap Wuzhou dengan penuh kasih sayang.
Wuzhou merasa semakin yakin. Ia mengangguk dengan penuh tekad. "Ya, aku akan menunjukkan kepada Chen Ling bahwa arena pelatihan bukan tempat bagi orang yang hanya mengandalkan kekayaan dan status keluarga. Ia tidak akan bisa bersaing dengan orang yang benar-benar berbakat seperti aku," ujarnya dengan penuh kepercayaan diri.
*
Keesokan harinya, Ling sedang berlari pagi di sekitar kawasan rumahnya.
Dulu, ia sering melakukan hal yang sama untuk menjaga kebugaran tubuh. Kegiatan jogging ini sudah menjadi rutinitasnya sejak beberapa hari terakhir, setelah ia bangun dalam tubuh yang baru. Meskipun tubuhnya yang sekarang tidak sepenuhnya lemah, ia merasakan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kekuatan fisiknya yang dulu.
Namun, ia tak merasa kecewa. Ling terus berusaha dengan tekun, menjalani latihan-latihan fisik untuk meningkatkan level kekuatannya. Kini, ia sudah mencapai level tujuh, dan hanya sedikit lagi untuk kembali mencapai level seperti tubuh lamanya.
Namun, semakin tinggi level yang dicapai, semakin sulit juga untuk meningkatkannya. Meskipun ia memiliki liontin giok kuno di tangannya yang dapat memberikan kekuatan tambahan, ia tahu bahwa menembus level delapan tidak akan mudah.
Meskipun demikian, Ling tidak merasa terburu-buru. Baginya, yang terpenting adalah proses dan usaha.
Ling telah berlari selama satu jam, menikmati udara pagi yang masih segar. Meskipun matahari belum sepenuhnya terbit, jalanan di sekitarnya mulai ramai dengan orang-orang yang beraktivitas. Namun, Ling memilih untuk tetap melanjutkan larinya, menikmati waktu sepi ini sebelum hari benar-benar dimulai.
Pagi itu, Ling bangun tepat pukul lima. Ia melihat beberapa pelayan rumah yang sudah bangun dan beraktivitas, namun ia tidak melihat paman Qian. Karena itu, ia memutuskan untuk keluar rumah tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Hari ini, adalah hari yang penting baginya, karena ia akan memasuki arena pelatihan untuk pertama kalinya. Dari ingatannya, ia tahu bahwa Chen Ling sebelumnya dibuli oleh teman-temannya dan bahkan oleh gurunya sendiri karena dianggap terlalu bodoh. Mengetahui hal tersebut, Ling tersenyum dengan miris. Sebuah kilatan tajam muncul di matanya.
Tiba-tiba, seseorang memanggilnya dari belakang. "Ling!" panggil suara yang familiar.
Ling menoleh malas, melihat sosok yang mendekat itu. "Ada apa?" Ling mengangkat alisnya saat melihat orang itu yang ternyata adalah Liam.
Liam dengan cepat menghampiri Ling yang tengah berlari dan berhenti. "Hari ini arena pelatihan dibuka, kan? Apa kau akan datang?" tanya Liam, matanya memandang Ling yang tampak masih berkeringat dari jogging-nya.
Apa dia jogging? batin Liam.
"Apa aku tak boleh datang?" Ling justru membalas dengan pertanyaan, suaranya terdengar tenang.
Liam awalnya mengkhawatirkan Ling, mengingat dulu Ling sering dibuli. Namun, setelah melihat perubahan sikap Ling akhir-akhir ini, dia mulai merasa bahwa mungkin tidak ada gunanya terlalu mengkhawatirkannya.
"Berhati-hatilah, Ling," ujar Liam dengan suara lebih serius. "Wuzhou tidak akan membiarkanmu begitu saja setelah apa yang kau lakukan padanya. Dia pasti akan melapor kepada gurunya, tuan Ye."
Ling mendengar nama itu dan langsung mengerutkan alisnya. Tuan Ye? Ah, ia baru ingat, itu adalah guru yang dulu sempat menghinanya di depan umum, bersama dengan teman-temannya. Ling merasa sedikit kesal mengingat perlakuan itu, tetapi ia tidak menunjukkan emosi itu.
"Lalu?" tanya Ling dengan nada cuek, menunjukkan bahwa ia tidak terlalu khawatir tentang hal itu.
Liam terlihat ragu sejenak, lalu melanjutkan dengan serius, "Sadarlah, Ling. Tuan Ye bukan orang sembarangan. Dia memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan keluarga Chen dengan mudah. Aku tahu kau mungkin tak peduli dengan dirimu sendiri, tapi pikirkanlah keluargamu. Mereka bisa terpengaruh jika tuan Ye benar-benar marah."
"Aku mengerti," jawabnya sambil mengangguk ringan. Setelah itu, Ling kembali bersiap untuk melanjutkan jogingnya.
"Ling, tunggu," seru Liam, agak terburu-buru mengejar langkah Ling. Liam mempercepat langkahnya hingga berada sejajar dengan Ling.
"Tahukah kau?" Liam memulai dengan nada yang lebih serius. "Orang-orang dari kota Bayangan akan ikut mengajar di arena pelatihan. Orangtuaku menyuruh agar aku berusaha menarik perhatian mereka. Jika berhasil menjadi bagian dari kota Bayangan, segalanya akan jauh lebih mudah. Mereka punya koneksi yang sangat besar dan bisa membuka banyak peluang," lanjut Liam dengan antusias.
Segalanya akan mudah? Ling menyeringai dalam hati.
Ia tahu betul bahwa kota Bayangan tidak seindah yang dipikirkan banyak orang. Kota itu lebih kotor daripada kota Urban. Jika seseorang tidak memiliki pengaruh dan relasi yang kuat, mereka hanya akan dipandang sebelah mata dan tersingkir begitu saja. Liam jelas tidak tahu betapa kerasnya persaingan di kota Bayangan.
"Cih," Ling berdecak tak peduli.
Liam tampak tak terganggu dengan sikap acuh Ling. Ia justru melanjutkan, "Wuzhou pasti akan memanfaatkan kesempatan ini. Setelah ditolak oleh Chen Company, dia pasti akan lebih fokus mengembangkan Luo Company. Jika ia bisa menarik orang-orang dari kota Bayangan untuk mendukungnya, Luo Company akan menjadi kekuatan yang tak tertandingi di kota Urban."
Chen Company menolak Wuzhou? Menarik, batin Ling.
"Apakah menurutmu Wuzhou bisa mendapatkan dukungan dari orang-orang kota Bayangan? Belum tentu. Kau tidak tahu bagaimana orang kota Bayangan itu," jawab Ling tak peduli.
Liam terkekeh mendengar jawaban Ling. "Kau berkata seolah-olah kau tahu segala hal tentang kota Bayangan," ejeknya, masih merasa bahwa Ling tidak sepenuhnya paham situasinya. "Kau bukan orang dari sana, jadi apa yang kau tahu?"
Ling hanya tersenyum tipis. Sebenarnya, ia tahu lebih banyak dari yang Liam kira.
Dalam dunia seperti ini, kekuatan bukan hanya datang dari bakat, tetapi juga dari aliansi yang dibangun dengan hati-hati. Meski Wuzhou memang bisa diakui jenius di kota Urban. Namun untuk mendapatkan dukungan dari orang kota Bayangan, bakatnya yang seperti itu tak cukup.
*
Di kediaman keluarga Chen, suasana pagi itu cukup tegang. Chen Qi sudah bangun lebih awal dari biasanya dan sedang duduk di meja makan menikmati teh yang disiapkan oleh paman Qian.
"Dimana Chen Ling?" Chen Qi mengerutkan kening saat tak melihat Ling di rumah.
Brak!
Dia menggebrak meja. "Ini tidak seperti yang dia katakan kemarin," ucap Chen Qi marah.
Paman Qian yang tahu kebiasaan Ling bangun siang, segera menenangkan Chen Qi. "Tuan tenanglah. Tuan muda sedikit demam tadi," ucap paman Qian.
Namun, Chen Qi yang sudah terlanjur kesal tidak bisa menahan diri. "Hanya demam?" ucapnya dengan nada tinggi, merasa marah dan kecewa. "Wuzhou yang bahkan masih belum sepenuhnya sembuh saja berjuang mati-matian untuk bisa datang ke arena pelatihan. Sedangkan dia—hanya demam sedikit dan langsung menyerah begitu saja?"
"Tuan, itu tidak seperti yang Tuan pikirkan," jawab paman Qian dengan hati-hati, berusaha meredakan kemarahan Chen Qi.
"Kau terlalu memanjakannya!" serunya, dan hendak segera membangunkan Ling dari tidurnya.
Namun, sebelum langkahnya berlanjut, ia tiba-tiba berhenti dan menoleh ke pintu. Di sana, berdiri seorang pria muda yang baru saja memasuki rumah.
"Selamat pagi, Kakek, dan Paman Qian," sapa Ling yang baru pulang jogging.
kalo MCnya tetep kuat, kayak gk ada halangan sama sekali,, gk asik sih