Muara Cinta

Andara duduk dengan bundanya di tepi kolam ikan yang dulu menjadi tempat favoritnya, tidak menyangka momen ini akan ada lagi di hidup perempuan itu.

Melati terus memperhatikan putrinya yang sesekali menabur butir-butir makanan ikan di atas kolam.

Andara benar-benar sudah berubah, sebagai seorang ibu Melati bisa melihat putrinya tumbuh dewasa, tidak hanya usianya tapi perilaku Andara menunjukkan seberapa matang pikiran putrinya itu.

Diselingkuhi bukan perkara mudah. Apapun alasannya, perselingkuhan tetap perselingkuhan, hubungan tanpa hati itu omong kosong nyatanya istri kedua lelaki itu sudah dinyatakan hamil.

Sikap tenang Andara mencuri kekaguman semua orang termasuk dokter spesialis bedah yang kini bahkan terus termenung di depan jendela kamar pribadi pria itu

Farazt tak bisa menghilangkan bayang-bayang Andara di memori pikirannya. Senyum manis perempuan adik rekannya, ketenangan sikap, serta ketegasannya yang tidak dimiliki semua orang membuat Farazt kehilangan fokus.

Gila saja, pagi ini bahkan Farazt tidak bisa bekerja dengan tenang. Melihat situasi kondusif, ia bergegas pulang saja, dan disinilah lelaki itu berada.

Dilain tempat ada Gavin yang juga sibuk memikirkan Andara. Perempuan itu dengan tidak sengaja menarik simpati lelaki dingin nan sombong seperti Gavin Batavia.

"Aku nggak lapar!" suara Gia menyadarkan Gavin.

Lelaki Itu melirik dengan malas wanita yang menjadi ibu mertua si adik.

Meskipun terlihat perhatian, Gavin bisa melihat ketidak tulusan yang coba disembunyikan wanita paruh baya itu dengan berpura-pura manis dihadapannya.

Gavin juga mulai muak dengan kehadiran Andri yang terkesan tak berguna di ruang rawat Gia.

"Hubungi aku jika butuh sesuatu." ujar Gavin meninggalkan ruangan Gia.

...****************...

Gavin tidak menyangka jika niatnya menemui Andara tidak semudah yang dibayangkan. Dua security menghadang ketika Gavin hendak masuk ke kediaman keluarga Andara.

Entah sejak kapan ada gerbang ini, setahunya semalam Gavin sama sekali tidak melihatnya.

" Mba Andara ada, tapi mohon maaf kami tidak bisa memperbolehkan anda masuk tanpa seizin bos kami." tutur salah satu sekuriti.

Gavin mengatur nafasnya guna menenangkan diri. Di luaran sana mungkin dia orang yang sangat dihormati. Tapi, berada di lingkungan keluarga Andara ia seperti kehilangan muka, jabatannya tak berarti apalagi orang mengenalnya sebagai kakak perebut suami orang. Seumur hidup Gavin tidak pernah merasa terhina seperti ini.

Gavin berjalan kembali menunju mobil mewahnya, tetapi langkah kakinya melambat saat mendengar deru mesin mobil mendekat, Gavin juga melihat 2 security itu bergegas membukakan pintu gerbang untuk mobil yang baru datang.

Saat hendak melewati dirinya, kaca mobil itu terbuka. Gavin bisa melihat sosok laki-laki yang ia kenali sebagai dokter yang tak lain adalah kakak dari perempuan yang hendak ditemuinya.

"Ada urusan apa anda datang ke sini?" pertanyaan itu terdengar normal, Dewa turun dari mobil dan menghampiri tamu yang tidak diizinkan masuk.

Gavin mengatakan keinginannya untuk menemui Andara. Tidak ada perdebatan, sepertinya Dewa juga bukan sosok pria kolot yang memuakkan.

"Hanya tiga puluh menit, jika kamu berniat menyakiti adikku, tidak perduli setinggi apapun jabatanmu diluar sana, aku akan tetap membuat perhitungan padamu." pelan tapi cukup dalam makna dibalik kata tersebut.

Selayaknya keluarga, Gavin juga melindungi Gia sepenuh hatinya, dan kini Gavin melihat hal yang sama pada diri Dewa.

Gavin diijinkan masuk setelah Dewa berbicara pada kedua sekuriti tersebut.

Dan disinilah mereka sekarang. Gavin duduk di depan Andara di ruang tamu keluarga Ezaz yang semalam tampak menegangkan, sedangkan kini tampak luas dengan nuansa abu-abu.

"Bagaimana keadaannya?"

Gavin sangat benci situasi ini, ia tahu siapa yang wanita itu bicarakan.

"Sudah baik-baik saja, hanya terlalu syok."

"Maaf aku tidak bisa melihatnya, kupikir saat ini mungkin dia membenciku." Andara mengungkapkan keinginannya.

Gavin mendengus.

"Saya hanya diberi waktu sedikit oleh kakakmu, Saya harap kamu bisa mengerti situasinya. Saya tidak ingin berbasa-basi, saya hanya ingin menanyakan intinya saja. Mengapa kamu ingin meminta cerai?"

"Maaf saya sudah mengatakan kepada Anda sebelumnya. Alasan saya, jadi saya rasa tidak perlu untuk menjawabnya lagi." tegas Andara.

"Tidak masuk akal!" cemooh Gavin.

"Saya bukannya sombong pak Gavin! Tapi jika saya mau, saya bisa membuat suami saya meninggalkan adik anda. Tapi maaf. Saya bukan tipe wanita akan memaafkan perselingkuhan begitu saja, tidak ada tempat di hati saya untuk laki-laki penghianat, walaupun cinta yang saya miliki pada laki-laki itu jauh lebih besar dibanding cinta saya pada diri saya sendiri."

"Laki-laki bisa tidur dengan wanita lain, tetapi tetap mencintai istrinya. Itu yang membedakan kami dengan wanita. Karena jika wanita tidur dengan laki-laki lain, dia tidak akan pernah mencintai suaminya lagi, terdengar kasar, namun itulah kenyataannya." saut Gavin, ingin mematahkan tekat Andara.

"Anda benar." Andara menimpali dengan tenang. "Jadi terlihat kan, siapa yang munafik dan manipulatif, perempuan terlihat jahat karena kejujurannya, sedangkan laki-laki terlihat sempurna karena kebohongannya." saut Andara dengan tatapan tenang pada lelaki dihadapannya.

Gavin tidak dapat berkata-kata lagi.

"Maaf Pak Gavin, prinsip hidup seseorang itu berbeda. Seperti yang sudah saya ceritakan kepada anda tentang semua pengorbanan saya, ada hal yang tidak perlu Anda ketahui tentang kesepakatan kami sebelum menjadi pasangan suami istri, salah satunya, saya tidak suka dengan kebohongan, dan tentu anda tahu satu tahun belakangan ini itu yang dilanggar suami saya."

"Aku juga tidak bisa membiarkan Gia hidup dengan laki-laki seperti itu." tiba-tiba ucapan Gavin membuat Andara bingung.

"Adikku tidak akan pernah hidup tenang, jika hidup bersama laki-laki yang tidak bisa melupakan masa lalunya." tambah Gavin .

"Bukan tidak bisa, tapi belum." Andara yakin satu tahun hubungan mereka, mungkin saja benih cinta itu sudah tumbuh di hati suaminya untuk Gia.

Gavin terkekeh. Bingung menyikapi perempuan di hadapannya ini, Gavin bisa melihat jika Andara sosok yang tegas dengan tidak memaafkan penghianatan yang dilakukan suaminya adalah mencerminkan wanita berprinsip dan sangat konsisten, tapi dari sisi yang lain Andara juga terlihat lembut serta perduli, dia wanita yang tidak mencampuradukkan perasaan dan hubungan. Soal dendam? Bahkan Gavin jadi meragukan hal itu.

"Apa aku harus berterima kasih atas kerelaan mu ini?"

"Tidak perlu. Saya mengalah bukan karena kalah, yang saya lakukan adalah membuang sampah pada tempatnya."

Gavin terkejut bukan kepalang. Ternyata Andara tak sesederhana itu.

Di balik dinding ada dua pasang telinga yang mendengar percakapan mereka dan tengah tersenyum bahagia. Dewa ingin bertepuk tangan dan bersorak, sementara Melati memegang dadanya dengan penuh kelegaan, putrinya tidak lemah, ia yakin suatu hari nanti Andara akan mendapatkan pasangan hidup yang jauh lebih baik dari Andri. Mungkin masalah ini adalah cara takdir mendewasakan putrinya, memberinya pelajaran hidup yang berharga.