Rahim Sewaan

Berita pernikahan Raina tersebar hingga ke seluruh kompleks perumahan ini. Mereka lalu berbondong-bondong mengucapkan selamat pada wanita itu.

Makanan semua datang sendiri tanpa Raina memesannya. Rupanya ada orang suruhan dari Adry yang di suruh menjaga rumah ini dan memberitahu apa yang terjadi di sana.

Semua orang terlihat senang namun entah apa yang mereka bicarakan di belakangnya. Rumor dia menikahi pria beristri itu sudah tersebar dengan begitu cepat, secepat mengirimkan pesan di handphone masing-masing. Hanya saja rupa Adry belum ada yang tahu selain dari Ina dan petugas KUA sendiri.

Tidak boleh ada foto untuk dijadikan kenangan dan Ina yang sempat memfoto Adry pun harus mengigit jarinya karena handphonenya langsung di sita dan foto pernikahan itu dihapus dari handphone wanita itu oleh pengawal Adry. Sebenarnya Raina menikahi siapa, Ina tidak tahu yang pasti pria itu pasti punya pengaruh besar dan orang kaya yang tidak habis harta kekayaannya tujuh turunan.

Raina benar, jika dia jadi Raina mungkin akan menerima lamaran Adry. Secara pria itu sangat tampan dan mapan. Mobil keluarannya saja bisa berubah bentuk sendiri tadi dan dia sempat melihatnya. Ina sudah punya mobil hanya saja bermerk sejuta umat itupun Second.

Ina mendesah. Dia sempat mendengar cibiran tetangga tentang Raina. Dia hanya tersenyum saja tanpa mengiyakan ataupun membela adiknya. Dalam hatinya bertanya mengapa adiknya selalu lebih unggul darinya?

***

Dua hari kemudian Raina benar-benar dijemput oleh sebuah mobil mewah yang membuat tetangga iri dan berdecak sebal padanya. Mereka hanya bisa mencibir di belakang tetapi mencari muka didepannya. Raina sudah hafal dengan karakter seperti orang-orang ini.

"Eh, Neng Raina pagi-pagi seperti ini mau kemana? Sudah rapih dan cantik," tanya Bi Mirah tetangga sebelahnya yang usil.

"Wah, bukannya ini mobil keluaran terbaru yang kemarin di pakai oleh pengacara kondang itu lho yang suka hilir mudik di televisi."

Raina hanya tersenyum saja sembari menyisir rambut Leon dengan jarinya.

"Ini hanya milik suami. Saya hanya ikut menumpang saja," ujar Raina.

"Nah ini Dek Leon mau kemana?"

"Sementara waktu kami akan pergi, tidak tinggal di daerah sini," ujar Raina berpamitan pada mereka.

"Apakah Neng Raina mau meninggalkan rumah ini?"

"Tidak... tidak ... ini hanya sementara waktu saja," potong Raina cepat.

"Oh, apakah Neng Raina mau pergi bulan madu dengan suaminya? Kalau boleh tahu mau kemana?"

Roy yang berdiri di sebelah pintu mobil hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar celoteh Mak-mak itu.

"Nyonya Muda Tuan mungkin sudah menunggu di bandara," sela Roy yang mulai sebal dengan tingkah ibu-ibu ini yang mau tahu urusan orang lain saja.

"Maaf ibu-ibu saya pergi dulu. Titip rumah ya, kalau ada apa-apa hubungi saja kakak saya."

"Apa Neng Raina mau keluar negeri?" Raina hanya tersenyum. Lalu menyalami semua yang ada di sana dan masuk ke dalam mobil membuat semua mata menatap iri padanya walau di luar mereka menghujatnya.

Mobil mulai berjalan menjauh dari pemukiman itu. Raina menghela nafasnya ketika melihat rumahnya semakin menjauh dan mengecil lama kelamaan tidak terlihat lagi.

Rumah tempatnya tinggalnya dari lahir ke dunia hingga sekarang. Meninggalkan rumah itu seperti meninggalkan separuh hatinya.

***

Paris.

Nita berdiri di depan sebuah balkon kamar hotel yang menghadap langsung dengan menara Eiffel. Snifter glass berisi vodka diapit oleh dua jarinya yang lentik. Tatapan matanya kosong ke depan. Setetes air mata tiba-tiba turun dari pelupuk matanya membasahi pipi. Nita langsung menyekanya. Dia lalu menegak vodka itu hingga tandas.

Nita membalikkan tubuhnya dan meminta Angel untuk menuangkan Vodka itu ke dalam gelasnya lagi.

"Sudah cukup, kau sudah terlalu banyak minum."

"Katakan, jika aku tidak minum, aku harus apa untuk mengatasi kesedihan ini?"

"Aku paham dengan penderitaanmu. Kau tersenyum seolah kau tegar menghadapi semuanya seharusnya kau katakan pada Adry agar dia mengerti jika kau tidak bisa melalui semua ini!" ujar Angel kesal. Ya, dia marah ketika mendengar bahwa ibu pengganti yang dia Nita sewa meminta di nikahi. Ini suatu tindakan licik menurutnya tetapi Nita dengan polos menerima permintaan itu.

"Kau tahu, aku ingin sekali memberikan suamiku seorang penerus, hanya saja aku tidak bisa hamil. Kenapa Tuhan harus menghukum ku seperti ini?" teriak Nita penuh emosi. Dia membungkukkan tubuhnya dan menangis.

"Sabarlah Nita, mungkin kehadiran wanita itu adalah jawaban atas semua doamu!" ucap Anggun berusaha menenangkan Nita.

"Yah mungkin apa yang kau katakan itu benar. Adry itu cintaku dan hidupku... kau tahukan!" Kata-kata Nita terdengar seperti orang yang frustasi.

Anggun menganggukkan kepalanya.

"Aku takut jika Adry akan berpaling dariku. Kau tahu jika dia itu adalah segalanya bagiku. Tanpanya apalah aku, semua kesuksesan ini karena dukungan dari Adry, jika tidak, aku mungkin sudah tersingkir di dunia hiburan yang penuh gemerlap tetapi gelap."

"Kau itu cantik dan menarik tidak mungkin Adry akan berpaling darimu," kata Anggun.

"Cantik bisa dibuat, 'menarik' itu hanya karena apa yang melekat di tubuh kita." Angel menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Nita. Wanita jika diberi uang dan melakukan perawatan lebih akan terlihat cantik dan menarik.

"Raina itu masih muda dan cantik. Hati orang kita tidak ada yang tahu. Apalagi hati pria. Mereka juga telah menikah? Sungguh aku takut walau dalam pikiranku selalu berkata bahwa dia tidak sekelas denganku dan aku berada di atasnya. Ini sungguh menyiksa dan aku seperti orang gila jika memikirkannya!" ungkap Nita.

"Kau itu ratu bagi Adry aku yakin tidak akan ada wanita yang bisa menyingkirkanmu," ujar Angel.

"Ratu jika tidak mempunyai keturunan bagai sampah dan tidak dihargai."

Angel lalu memeluk Nita. "Kau pasti bisa melalui ini. Hanya sembilan bulan saja dan kita akan mengambil anak itu lalu semua beres."

"Delapan bulan itu akan terasa lama Angel, aku seperti tidak sanggup untuk melaluinya."

Nita lalu berjalan sempoyongan dan duduk di kursi balkon.

"Kita akan melalui ini bersama, aku akan membuatmu sibuk sehingga kau lupa akan waktu karena harus mengurus banyak job yang menarik."

Nita mengusap air matanya dan tersenyum menatap Angel.

"Jangan pikirkan Adry untuk sementara waktu, biarkan wanita itu hamil anakmu terlebih dahulu setelah itu kau datang dan mengawasi semuanya," ujar Angel lagi.

"Adry mencintaimu dan dia tidak akan pernah menduakanmu, percaya padaku!"

Bukannya senang dengan ucapan itu, tangisan Nita malah semakin keras.

"Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan dia juga tidak apa yang sebenarnya terjadi. Jika tahu maka hancur semua masa depanku karena kehilangan Adry. Sedangkan aku sangat mencintainya," ungkap Nita.