Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganti kakaknya
Dua musuh bebuyutan itu duduk dengan sopan di hadapan mama Intan, Regan melirik Aqila dan Naufal bergantian seolah bertanya dalam hatinya, hubungan apa yang terjadi diantara mereka
"Dia siapa Aqila?" tanya Mama Intan
"Dia Kak Auf, senior Aqila di kampus, dia sering nolongin Aqila" Aqila sengaja tak menyebut Naufal dengan nama itu, karena bisa jadi mamanya marah dan langsung mengusirnya
"Kalian berbincang-bincanglah dulu, tante mau masak dulu"
"Regan mau langsung mau pulang tante" ucap Regan meyalami tangan Mama Intan yang diikuti Naufal
"Auf juga, soalnya masih sibuk ngurus skripsi" ucap Naufal yang ikut-ikutan memanggil dirinya dengan sebutan itu
"Cepat sekali, kalau begitu hati-hati ya dijalan" mereka berdua mengangguk dan keluar bersama, dengan tak lupa saling melirik
Dua ketua geng motor yang terkenal sebagai musuh bebuyutan itu duduk bersama tanpa adu mekanik seperti biasanya
"Apa hubungan lo sama Aqila?" Regan langsung bertanya hal yang mengganjal dihatinya pada Naufal
"Apa urusannya sama lo?" Naufal balik bertanya
"Aqila itu udah gue anggap kayak adik sendiri dan nggak bakal gue biarin orang lain nyakitin dia"
"Heh, kalau gitu kenalin gue calon imam dia" ucap Naufal dengan gaya sombongnya
"Lo cinta sama Fadila, terus gimana sama Aqila?" tanya Regan
"Lo salah paham Regan, gue nggak pernah cinta sama Fadila, dia cuma gue anggap saudara sendiri sebagai anak dari teman dekat abi, nggak lebih dari itu"
"Tapi dia cinta sama lo" ucap Regan lagi
"Tapi gue nggak Regan, sedari awal gue tutup telinga dengan berita perjodohan itu entah benar atau salah, walaupun dia cinta sama gue tapi gue nggak" ucap Naufal lagi dengan nada tegas
"Naufal, gue mau damai sama lo, gue mau memperbaiki diri, gue nggak mau kita kembali bermusuhan hanya karena satu wanita lagi" ucap Regan
"Lo pikir gue mau musuhan kayak gini terus? gue juga pengen idup tenang Regan, gue nggak mau kita sering tawuran atau balapan lagi, karena sekarang gue sadar kalau itu cara yang salah demi kesenangan semata"
"Apa lo bener-bener suka sama Aqila?" tanya Regan serius
"Hati gue udah milih dia"
"Sepertinya kita selalu menyukai wanita yang sama" ucap Regan menghela nafasnya
"Berapa kali lagi gue bilang sama lo, gue nggak suka Fadila, jadi datang aja lamar ke rumah dia kalau lo suka" ucap Naufal terdengar ketus karena Regan masih menganggapnya menyukai Fadila walau sudah dijelaskan beberapa kali
"Oke gue tau lo nggak suka sama dia sekarang, tapi cinta gue buat dia juga udah hilang" ucap Regan
"Lo juga suka sama Aqila?" tanya Naufal yang dibalas helaan nafas panjang dari Regan
"Gue udah anggap dia kayak adik, dari kecil gue main sama dia, jadi selebihnya gue ngerti keadaan dalam keluarganya gimana"
Naufal menepuk pundak rivalnya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi sahabat kembali
"Lo suka sama dia sebagai seorang saudara, lo ingin dia didekat lo agar lo bisa ngelindungin dan sebagai penyemangat buat dia, lo ingin berperan menggantikan sosok kakak yang hilang buat dia, itu maksud hati lo" ucap Naufal menunjuk dada Regan
"Lo bener, gue ingin menggantikan sosok kakak yang hilang buat dia" ucap Regan menunduk
"Tapi gue nggak biarin lo deket gitu aja sama adik gue" ucap Regan kembali semangat
"Lo sebagai kakak yang tak pernah dianggap ada melarang gue apalagi mereka yang jelas-jelas punya hubungan darah sama Aqila" Naufal menyugar rambut hitamnya ke belakang
"Mereka nggak suka sama lo?" Regan berusaha menahan tawanya, padahal di ponpes Naufal itu idola para santriwati, bahkan kyai yang sering berkunjung ingin menjadikannya menantu
"Ini semua gara-gara Rian"
"Rian kakaknya Aqila?"
"Siapa lagi?"
"Dari kecil dia emang yang paling jelas bandingin kasih sayang Reyna sama Aqila" ucap Regan menggelengkan kepalanya
Akhirnya ketua geng kobra dan felis catus berdamai, permasalahan mereka yang dimulai dari kesalahpahaman satu wanita namun tak pernah berhasil terselesaikan dengan kepala dingin, mereka lebih memilih cara salah yang bahkan berbahaya
.
Dekorasi berbagai bunga menghias kediaman mewah Radit Bramadja, nampak dekorasi yang megah dan mewah terpasang hampir dipenjuru rumah itu, hal ini dilakukan tentu untum menyambut acara pernikahan putra sulung pemilik rumah sakit terkenal di negara ini, para tamu yang hadir pun bukan dari kalangan biasa, tapi juga para pebisnis dan dokter profesional yang bekerja sama dengan keluarga Bramadja
Antusiasme tercetak jelas di setiap wajah anggota keluarga Bramadja, tak sabar menyambut hari esok, hari dimana salah satu anggota keluarga mereka siap memulai hidup baru dengan pasangan halalnya
"Aqila nanti kita tidur bareng ya, gue kangen cerita-cerita masa kecil sama lo" Kirana merangkul bahu Aqila layaknya saudara yang sudah lama tak bertemu
"Boleh aja sih, tapi maaf ya Kirana gue pengen tidur nyenyak malam ini"
"Emang kalau tidur sama gue lo nggak nyenyak?" Kirana balik bertanya sambil mengambil secangkir teh diatas meja
"Lo tuh kalau tidur nggak bisa diem, pagi-pagi udah ilang kirain bangun tau-taunya lo masih ngorok di bawah ranjang"
"Uhukkk" Kirana yang minum tehnya sontak terbatuk, bisa-bisanya sepupu yang satu itu membongkar aibnya di depan keluarga besar
"Kalau tidur bersama ajak Reyna juga" ucap Mama Rani, ibu dari Davin dan Kirana
"Nggak papa kok tante, Reyna kadang nggak bisa tidur kalau sama-sama" ucap Reyna merasa tak enak
"Bagus kalau gitu, nggak kayak dua saudaramu yang bar-bar itu" ucap Radit menunjuk ke arah Kirana dan Aqila
"Terserah yang penting happy" jawab Kirana acuh
"Iya kan Aqila?" ucapnya menyenggol lengan Aqila untuk meminta dukungan sepupunya
Namun Aqila tak menjawab, ia menunduk memijit pelipisnya saat sakit kepala luar biasa datang disaat seperti ini, Aqila berusaha mempertahankan kesadaran dengan mencubit tangannya walau pandangannya mulai buram dan pendengarannya tak jelas
Aqila tiba-tiba berdiri tanpa kata membuat semua orang menatap kearahnya
"Aqila ngantuk, Aqila izin tidur duluan" ucapnya terus memaksakan kesadaran walau matanya mulai berat
Ia berjalan terhuyung bahkan hampir menabrak perabotan yang ada disana
"Segitu ngantuknya ya?" tanya Kirana
"Kak Aqila emang sering gitu, saat kita kumpul atau makan juga sering gitu, tiba-tiba masuk kamar padahal acaranya belum selesai" ucap Renata
"Mungkin dia terlalu capek ngerjain tugas" Ucap Devano
"Bisa jadi gitu, soalnya kadang-kadang mama liat lampu kamarnya masih nyala padahal udah tengah malam" ucap Mama Intan mengingat ia yang keluar mengambil air jam setengah dua pagi, tapi lampu kamar Aqila masih menyala dan itu bukan satu atau dua kali tapi berulang kali
"Kasihan sekali dia" ucap Mama Rani
Tapi menurut pandangan tiga dokter yang ada disana, Aqila lebih dari sekedar itu, ia seperti menahan sakit kepala yang teramat secara tiba-tiba, padahal awalnya ia baik-baik saja