Kematian sang kekasih membuat Anna memutuskan untuk mengasingkan dirinya di tempat yang sangat jauh dari negaranya. Ia berdiri di ujung tebing curam sambil melihat ke dalam lembah itu tanpa rasa takut sedikitpun.
Sepasang kekasih yang sedang melakukan selfie menangkap gambar Anna sebagai background dari foto mereka karena berada di seberang di tempat mereka melakukan selfie.
Yang menyadari keberadaan Agatha hanya pria tampan sedangkan kekasihnya tidak. Pria tampan yang bernama Wira itu membalikkan tubuhnya untuk memastikan apa yang dilihat di kameranya bukan mahluk jadi-jadian.
Namun sang gadis berjalan pulang kembali ke villanya dan sempat terlihat oleh Wira yang begitu penasaran dengan Anna.
Siapa sebenarnya Anna? mengapa dia selalu mendatangi tebing curam itu? apakah Wira rela meninggalkan kekasihnya demi mencari siapa sosok Anna yang telah mencuri perhatiannya?
"Ayo kita ikuti bagaimana pertemuan Wira dan Anna selanjutnya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Masih Sungkan
Nyonya Eni dan suaminya hanya bisa memberikan waktu kepada putra mereka untuk menyelesaikan permasalahan diantara Zidan dan tuan Aditya.
Mereka ingin menyelesaikan permasalahan rumit itu secara kekeluargaan. Walaupun sebenarnya perbuatan tuan Aditya dan istrinya termasuk pelanggan hukum. Tapi dilihat dari sisi kemanusiaan, kelurga itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya.
Nyonya Eni memeluk tubuh putranya yang sudah kembali lagi dalam kehidupan mereka.
"Sayang. Putraku...!" nyonya Eni terisak dalam pelukan putranya." Terimakasih sudah bertahan sampai saat ini. Jangan menghukum ibu angkat mu karena keegoisannya...! Jika mereka tidak bertindak kamu akan depresi sepanjang hidupmu dengan wajah yang cacat. Semua yang terjadi pasti sudah kehendak Allah," nasehat nyonya Eni bijak saat pelukan mereka terurai.
"Kalau begitu kami pulang dulu, Zidan. Sekarang kamu punya dua keluarga. Mereka juga adalah orangtuamu. Jagalah mereka karena bagian wajah Wira ada dibagian tubuhmu yang menjadikanmu lebih terhormat.
Papa dan mama akan menantikan kepulanganmu, nak," ucap tuan Hendro lalu memeluk putranya untuk pertama kalinya setelah menghilang selama tiga tahun.
Kedua orangtuanya Zidan bersalaman dengan kedua orangtua angkat putra mereka. Tidak ada lagi amarah diantara mereka kecuali rasa syukur karena sama-sama bisa menerima keadaan yang harus memaksa mereka untuk ikhlas karena itu bagian dari rencana Allah.
Makan malam itu akhirnya berantakan karena semua orang sudah tidak lagi berselera untuk menikmati makan malam itu. Tuan Aditya membawa istrinya ke kamar mereka. Sekarang hanya tinggal Wira dan Agam saat semuanya kembali ke tempat mereka masing-masing.
"Sekarang apa yang akan kamu lakukan, Wira? Apakah aku harus memanggilmu Wira atau Zidane?" canda asisten Agam ditengah kemelut yang sedang dihadapi Wira.
"Aku lahir dari rahim ibu kandungku yaitu mama Eni. Itu berarti aku adalah Zidan. Bukan Wira, mendiang sepupumu. Maafkan aku Agam. Semoga kamu tidak sungkan padaku setelah tahu kenyataan tentangku kalau aku bukan Wira yang selama ini kamu kenal. Aku bahkan seperti dokter gadungan yang menyamar sebagai dokter psikiater.
Walaupun aku sempat menempuh pendidikan kedokteran spesialis di luar negeri dengan identitas Wira yang belum sempat menyelesaikan pendidikannya. Bukankah itu gila? Padahal aku adalah seorang pengusaha dengan mengurus banyak bisnis," balas Zidane sambil tertawa getir.
"Lalu. Bagaimana dengan Anna? Apakah kamu akan tinggal kembali dengannya?"
"Entahlah. Mungkin kami harus menikah ulang atau tidak setelah tiga tahun lebih berpisah."
"Sebaiknya menikah ulang saja untuk memantapkan hatimu. Menikah saja di kantor agama biar lebih efisien dan tidak bikin ribet," saran asisten Agam.
"Betul juga katamu. Aku harap kamu mau menjadi saksi ku, Agam."
"Tidak masalah karena kalian hanya menikah lagi secara agama saja. Secara negara kalian sudah mendapatkannya karena baik Anna maupun kedua orangtuamu tidak mendaftarkan kematianmu pada dinas kependudukan di kelurahan, bukan? Karena mereka yakin kalau kamu masih hidup," ucap asisten Agam.
"Masalahnya, apakah kamu tidak lihat Anna sepertinya tidak bisa menerima kenyataan bahwa wajahku sudah berubah menjadi orang lain. Bukan lagi wajahnya Zidan yang selama ini ia kenal, Agam," keluh Wira dengan wajah sendu.
"Semuanya butuh proses Zidan. Anna sedang mencoba menanyakan hatinya, apakah dia harus menerima kamu lagi atau tidak. Jangan putus asa Man. Wanita seperti Anna tidak mudah untuk jatuh cinta saat hatinya terpaut pada masa lalu. Maksudku terpaut pada cinta sejatinya yaitu kamu Zidan," ucap asisten Agam.
"Iya Agam. Aku bersyukur memiliki istri seperti Anna. Menjaga hatinya untuk tidak mudah menggantikan pria lain dihatinya sekalipun aku pernah hadir dalam hidupnya menjadi seorang dokter Wira."
"Zidane. Aku sangat lapar. Apakah kamu tidak menawarkan aku makan?" pinta asisten Agam yang memang benar lapar saat ini.
"Sebaiknya kita makan di luar saja, Agam. Aku tidak berselera lagi makan di rumah ini."
"Ok. Tidak masalah. Yang penting judulnya yah makan," timpal asisten Agam dan keduanya terkekeh sambil melangkah keluar menuju mobil.
Sementara itu, Anna dan ChaCha memilih makan di restoran yang ada di sekitar area pantai Ancol.
...----------------...
Keesokan harinya, Zidan mendatangi rumah keluarga kandungnya. Kebetulan masih hari libur membuat ia memberanikan diri pulang ke rumah kedua orangtuanya. Rumah di mana ia lahir dan dibesarkan penuh cinta oleh kedua orangtuanya.
Namun pagi itu kedua orangtuanya sedang pergi ke suatu tempat. Begitu yang dikatakan oleh para pelayan di mansion mewah itu. Para pelayan di rumah itu tidak mengetahui kalau mereka sedang berhadapan dengan tuan muda mereka sendiri.
"Apakah mama dan papa ada di rumah?" tanya Zidan pada satpam yang bingung melihat wajah Wira dengan suara Zidan.
"Saya baru saja gantian jaga dengan teman saya tuan. Coba saja tuan ke dalam rumah. Mungkin saja tuan dan nyonya sedang beristirahat," ucap satpam itu sambil mendorong pintu pagar agar mobil Zidan bisa masuk.
Pelayan yang sedang bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing cukup kaget saat seorang pria tampan turun dari mobilnya dan menghampiri mereka yang sedang berbenah.
"Apakah mama dan papa ada, mbak?" tanya Zidan sambil berjalan menuju pintu utama.
"Tuan ini siapa?" tanya kepala pelayan sambil menatap wajah Zidane dari kaki hingga kepala.
"Tuan dan nyonya pergi pagi-pagi sekali. Keduanya tidak bilang kepada kami tujuan mereka," ucap kepala pelayan Dita.
"Ok. Terimakasih mbak Dita," ucap Zidan membuat pelayan Dita tersentak.
"Aneh. Kenapa tuan itu bisa tahu nama aku? Kapan kami berdua kenalan? Wah...! Ternyata orangnya ganteng banget. Apakah dia seorang dokter?" tanya kepala pelayan Dita.
Begitu Zidan masuk lagi ke dalam mobilnya, beberapa pelayan menghampiri pelayan Dita.
"Siapa pria tampan itu mbak Dita?"
"Mungkin saja dia adalah dokter pribadi nyonya Eni."
"Tapi kenapa suaranya pria itu sangat mirip dengan tuan Zidan?" gerutu pelayan Dita kembali lagi ke tempat yang tadi ia kerjakan.
Akhirnya Zidan memutuskan untuk pergi ke rumah kedua orangtuanya Anna. Dan lagi-lagi pemilik rumah itu tidak ada di tempat mereka karena sedang olahraga. Zidane akhirnya pergi ke rumah pribadinya sebelum mereka kunci semua.
Setibanya di depan kediaman pribadinya, Zidan dikejutkan dengan mobil milik Anna ketika memasuki halaman mansion mewah miliknya.
"Bukankah itu adalah mobilnya Anna?" gumam Zidane lirih.
Zidane tidak heran jika Anna bisa masuk ke rumahnya itu. Ia justru senang sekali kalau Anna menempati rumah yang dulu ia berikan sebagai mahar.
Ketika memasuki rumahnya itu, Zidan melihat Anna sedang ketiduran di kursi ayunan yang ada di taman mansionnya. Zidane segera membangun Anna.
"Anna. Anna...!" Zidane mengusap perlahan pipi Anna.
Merasa ada yang membelai wajahnya, Anna akhirnya terbangun dan berusaha membuka matanya dengan malas karena ia sedang ngantuk berat pagi itu.
"Dokter Wira....?!" Sentak Anna seperti orang yang ketangkap basah saat sedang menikmati rumah itu.
"Anna. Sayang. Apakah kamu tidak merindukan aku, Zidan suamimu, sayang?" tanya Zidan membuat Anna seakan sedang berhalusinasi saat ini karena kelelahan.
"Tidak. Tolong jangan sentuh aku...!" pekik Anna terlihat takut pada Wira.
memang cinta itu buta bisa membuat orang jadi jahat ataupun sebaliknya menjadi lebih baik.
dan kamu Zidan lebih baik cepat berterus terang kepada anna