Diperebutkan oleh beberapa pria merupakan suatu hal sangat menjengkelkan bagi seorang perempuan . Aleya merupakan wanita cantik yang populer dikalangan banyak pria. Namun ia hanya mencintai satu pria yang belum tentu juga pria itu menyukainya. Apakah Aleya akan mendapatkan feedback dari pria yang dicintainya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BLUEW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Aleya kemudian melirik sedikit Martha yang terlihat sedang bertekuk sedih dan menunggu.
"Aku hanya tidak ingin menahan Martha yang ingin segera pulang untuk menemui putrinya. Apa ibu tidak pernah merasakan perasaan semacam itu?"
Aleya secara tepat dan sangat tepat langsung memberikan alasan yang kuat.
Ika nampak terdengar sedikit merasa tidak enak.
"Oh! Maafkan Mom, sayang. Mom sama sekali tidak sadar dengan waktu dan tidak tahu bahwa sekarang sudah cukup sore. Martha tentu saja harus segera pulang untuk menemui putri kecilnya. Karena Mom sangat yakin, sama seperti ketika dulu Mom begitu tidak ingin berlama-lama pisah darimu hingga kini. Mom juga bisa mengerti bagaimana perasaan Martha saat ini,"
Ika langsung mengungkapkan segala kesetujuannya dan perasaannya yang pernah senasib.
Dari sudut tempatnya Martha sangat berterima kasih pada keduanya karena bisa mengerti perasaannya dengan cukup baik. Walaupun Martha tidak bisa mendengar dengan cukup jelas apa saja yang Ika katakan pada Aleya.
Dari suara samar-samar dan reaksi Aleya, Martha nampaknya bisa paham secara rangkuman apa saja yang mereka bicarakan.
Martha kemudian melihat Aleya menurunkan ponselnya dan menyerahkannya langsung pada Martha sebelum wanita itu menangis di tempatnya. Dan memang tidak akan sampai seperti itu. Namun pada nantinya, Martha mungkin akan mengutukinya hingga merengut kesal dan ngambek padanya jika ia tidak segera mengakhiri pembicaraan mereka.
Dengan sumringah, Martha sudah mengambil ponselnya kembali. Tepat ketika ponsel Aleya yang sesungguhnya berdering.
Aleya dan Martha saling manatap dengan yakin bahwa penelepon tersebut adalah ibunya. Martha segera bergerak dan mengambil langkah seribu untuk pergi dari sana.
"Kalau begitu aku pulang dulu. Dan selamat berpusing ria," ucap Martha tanpa bersikap peduli dan langsung bergegas.
Aleya menanggapinya dengan malas. Kemudian mengangkat teleponnya.
"Yes, Mom." Sapanya kembali pada sang ibu tercinta.
Ika langsung mengomel ketika putrinya sedikit lama menjawab panggilanya.
"Kenapa kau bisa lama sekali menjawab panggilan Mom? Kau baru saja pergi ke toilet lebih dulu?"
Aleya langsung menggeleng dengan tidak percaya ketika ia mendengar semua protes dan alasan yang tidak masuk akal tersebut.
"Bagaimana mungkin aku bisa punya waktu yang sangat sebentar hanya untuk sekedar pergi ke toilet baru menjawab panggilan Mom? Mom pikir memang berapa menit aku tidak langsung menjawab panggilan Mom barusan?"
Ika langsung mengecek ketepatan waktunya dan menghitung.
"Sekitar 30 detik,"
Aleya sudah menimpalinya.
"Dan apakah waktu yang sebegitu singkatnya cukup untukku berpuas diri di dalam toilet?"
Ika sudah memasang wajah polosnya.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan di dalam kamar mandi?" tanya Ika.
Aleya hanya bisa sibuk menahan rasa tertekannya. Ia kemudian membalas dengan tanpa bertenanga.
"Jadi sekarang, apa yang ingin ibu ketahui?" tanya Aleya sembari mengecek ulang isi dari proposal yang baru saja dia dan kliennya tanda tangani.
Kegiatan semacam ini selalu menjadi kebiasaan baginya. Hingga menjadi rutinitas yang harus Aleya kerjakan setiap kali ia selesai melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. Mengecek secara berkala dan sampai berulang kali adalah sebuah kunci utama dari sebuah ketelitian dan pencegahan terhadap masalah yang mungkin saja akan terjadi di kemudian hari tanpa bisa kita duga.
Kontrak yang sudah di tanda-tangani memang telah memiliki ke-sah-an yang akurat untuk tidak bisa diganggu gugat. Namun bila, Aleya secara kebetulan atau sengaja menemukan sedikit saja kesalahan hingga ketidakberesan yang mencurigakan.
Aleya tentu bisa melakukan tindakan darurat lebih dulu sebagai bentuk pencegahan pada masalah besar yang mungkin saja bisa terjadi kapanpun dan bagaimanapun keadaannya.
Ika kemudian mengulang kembali pertanyaannya dengan separuh kesal karena ini adalah ketika kalinya ia harus mengulang dan mengulang?
Memangnya, putrinya ini pikir dia adalah radio rusak yang tidak akan lelah bila harus terus mengulang pertanyaan yang sama dan sedikit membosankan?
Aleya secara sembunyi-sembunyi sudah menyunggingkan sebuah senyum tipis.
"Aku bertanya soal bagaimana kencanmu dengan Arivin? Berjalan dengan baik? Menyenangkan? Dan apakah ada yang kurang?" tanya Ika dengan segala kesabaran ekstra yang sudah ia pupuk.
Ika kemudian memarahi putrinya.
"Dan dibandingkan itu semua, apa kau belum akan pulang ke rumahmu ketika Martha saja sudah kau izinkan untuk pulang lebih dulu?"
Secara cepat dan pintar, Ika sudah bisa mengetahui bahwa Aleya memang telah mengizinkan Martha untuk pulang lebih dulu. Namun di satu sisi, Aleya agaknya berat untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Aku masih memiliki pekerjaan untuk aku selesaikan sedikit lagi sebelum pulang, Mom. Mungkin aku akan pulang sekitar setengah atau satu jam lagi. Jadi kini, pertanyaan mana yang ingin Mom tanyakan lebih dulu?" tanya Aleya.
"Semuanya. Dan jangan menguranginya barang sedikit. Aku tidak ingin mengulangnya kembali," Ika sudah bertingkah angkuh dan menahan kekesalan yang telah mencapai ubun-ubun.
Aleya beruntung karena saat ini dia belum berada di depan ibunya. Karena jika saat ini wanita itu berada di hadapannya. Ika pasti sudah akan memukul pundaknya atau mungkin menarik perlahan namun cukup terasa.
"Aku hanya bisa menjawab bahwa semuanya datar dan biasa saja, Mom." Ucap Aleya akhirnya dengan pendek kata.
Kata-katanya yang monoton tersebut sangat membuat Ika kurang merasa puas.
"Hanya itu saja? Lalu?" tanya Ika meminta penjelasan lebih. Ika tidak bisa menutupi ketidakpuasannya. Ia lalu menambahkan.
"Kenapa hanya jawaban seperti itu yang kau berikan pada Mom?"
Aleya segera membalasnya.
"Ya, tentu saja. Karena itu memang yang aku rasakan. Tidak ada yang menarik dan tidak ada yang spesial. Memangnya, Mom menginginkan adanya hal spesial semacam apa?" tanya Aleya.
Ia kemudian menambahkan.
"Seperti yang Mom tahu, taman bermain bukan tempat yang spesial untukku dan aku tidak terlalu menikmatinya karena beberapa insiden. Lalu kini apa yang ingin Mom tahu?"
Aleya menghilangkan bagian dimana dirinya telah meminta kencannya berakhir tepat sebelum waktu menunjuk dua jam. Waktu yang singkat tersebut cukup membuat Aleya berpuas diri. Walaupun tidak bisa ia pungkiri bahwa sebagian dari dalam dirinya cukup was-was karena Ika pasti tidak akan membiarkannya begitu saja apabila ia mengetahuinya.
Ika sudah membalasnya dengan reaksi yang kurang menyenangkan.
"Jadi kau tidak puas dengan kencan kalian hari ini?" tanya Ika yang sebetulnya secara sadar sudah bisa menduga hal tersebut. Namun dia hanya berusaha berpikiran positif hingga berharap-harap ingin bahwa kedekatan Aleya dan Arivin semakin terjalin karena sebuah kencan yang menyenangkan.
Namun Aleya hanya mengatakn bahwa kencan mereka sangat biasa dan tidak ada yang terlalu spesial?
Ika cukup kecewa dengan kesigapan Arivin dalam membuka hati putrinya. Hingga membuat putrinya tersebut tertarik padanya. Ternyata kemampuan seorang artis yang mampuni tidaklah cukup untuk meluluhkan hati putrinya yang sekeras batu?
"Ya. Sangat tidak puas dan sangat merasa aku menyia-nyiakan banyak waktuku,"