Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
"Ibu masak apa, kok kayak mau ada tamu. Masaknya enak enak juga banyak?" Tanya Luna saat memasuki dapur, gadis kecil nan cantik itu terpana melihat keadaan dapur minimalis ibunya yang sudah penuh dengan bahan bahan masakan yang lezat dan banyak.
"Anak cantik ibu sudah bangun. Iya nak, nanti om Wardana mau datang, beliau minta di masakin yang banyak, mau di buat makan bersama dengan semua yang ngekos di sini." Sahut Laras dengan senyuman hangat, di pandangi wajah anak gadisnya yang nampak cantik meskipun baru bangun tidur.
"Oh, kalau begitu Luna mau mandi dulu. Nanti Luna mau bantuin ibu masak." Balas Luna dengan senyuman sumringah. Matanya mengitari bahan bahan yang ada di atas meja.
"Luna sudah gak sabar Bu, kayaknya ibu mau bikin masakan yang enak enak ini. Tuh ada daging, ayam, sosis, telur dan aduh banyak banget ini mah." Kekeh Luna dengan pandangan takjub.
"Iya sayang, yasudah Luna mandi dulu sana, bau asem loh." Goda Laras dengan tawa renyahnya. Luna nampak manyun dan justru mendekat ke arah ibunya lalu mencium perempuan yang sudah melahirkannya dengan gemas.
"Gak papa bau, nih Luna bagi baunya ke ibu." Ibu dan anak itu tertawa Bahagia. Sesederhana itu bahagia mereka, saling menjaga dan saling menyayangi dengan ketulusan.
Waktu terus bergulir, Laras di bantu Luna dan beberapa mahasiswi yang kebetulan tidak ada acara memasak penuh dengan suka cita.
Hari Minggu, anak kos yang semuanya mahasiswa itu tengah libur, namun ada beberapa yang pergi sekedar healing. Pukul sebelas siang, semua masakan sudah matang. Dengan semangat, Laras menata setiap olahan yang sudah selesai di taruh di wadah khusus.
"Wah, akhirnya selesai juga ya Bu. Bu Laras memang jago memasak, segini banyaknya bisa selesai secepat ini. Apalagi rasanya enak banget pas tadi aku incip." Celoteh Cindi yang di iyakan oleh yang lain.
"Kalian bisa saja, semua berkat bantuan kalian. Coba kalau gak di bantu cewek cewek cantik, mana bisa cepat selesai." Elak Laras yang tersenyum hangat menatap beberapa anak gadis di hadapannya.
"Lebih baik kalian makan gih, tuh ibu sudah sisain di panci. Pilih saja mau yang mana, gak usah sungkan sungkan. Ibu mau siap siap dulu, pak bos bilang sudah Deket." Sambung Laras, dan mendapat cie cie dari anak anak kosnya.
"Cie cie Bu Laras, mau ketemu sama bapak ayang nih ya." Kekeh Vivi sambil membekap mulutnya dan terkekeh geli sekali, Luna hanya tersenyum melihat ibunya terus di goda kakak kakak kos.
"Hust, gak boleh ngomong gitu. Gak enak kalau sampai pak Wardana denger, nanti bisa salah paham loh." Balas Laras mendelik, tapi justru anak anak terkekeh, gak ada takut takutnya.
"Tapi serius kok, Bu. Pak Wardana itu kelihatan banget kalau suka sama Bu Laras. Sering loh kamu lihat beliau curi curi pandang ke Bu Laras. Dan tatapannya itu loh, kayak dalam banget, memuja alias bucin yang tak tersampaikan gitu loh, Bu." Sambung Cindy dan di iyakan oleh teman temannya. Laras hanya geleng-geleng kepala dan tidak mau menanggapi.
"Apa sih kalian, yasudah pada makan gih, ibu mau mandi." Laras pergi begitu saja sambil menyembunyikan senyum melihat tingkah anak anak gadis yang sudah dia anggap keluarga.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Pukul dua belas tepat, mobil Wardana berhenti di depan halaman rumah Laras. Laki laki yang punya postur tinggi tegap itu terlihat begitu menawan dengan pakaian kasualnya. Dengan langkah tegap, Wardana berjalan menuju kediaman Laras. Beberapa anak kos yang tengah duduk santai di luar menyapa Wardana dengan hormat.
"Assalamualaikum." Suara bariton Wardana terdengar di telinga Laras, dengan cepat perempuan manis yang memiliki wajah sendu itupun bergerak segera menyambut kedatangan pemilik kos kosan.
"Waalaikumsallam, sudah sampai mas, mari silahkan masuk." Sambut Laras ramah dengan senyum yang mampu memikat hati Wardana.
"Terimakasih, Ras. Maaf ya aku sudah ngrepotin kamu." Balas Wardana dengan senyuman tipis dan pandangan yang lurus menatap wajah ayu Laras yang nampak segar dan bersih.
"Gak kok mas, gak ada yang direpotin, aku justru senang dengan ide yang mas buat. Sebentar ya, aku buatin minuman dulu, mau kopi atau jus?" Sahut Laras yang tetap dengan sikap ramahnya.
"Air putih hangat saja, Ras. Aku tidak minum es, anak anak sudah kamu kasih tau untuk makan siang bersama?" Balas Wardana yang menatap Laras dalam, membuat Laras sedikit salah tingkah.
"Sudah mas, masakannya juga sudah siap semua kok, apa kita mulai sekarang atau mas Wardana istirahat dulu?" Balas Laras membalas tatapan Wardana dengan kikuk.
"Kita makan sekarang saja, aku juga sudah lapar. Panggil saja anak anak untuk makan bareng sekarang, dan aku minta air putih hangatnya ya." Balas Wardana santai dan pandangan yang tak pernah lepas dari wajah Laras yang menurutnya semakin cantik.
"Baik mas, makanannya sudah aku siapin di ruang tengah, mas langsung masuk saja, aku akan buatkan minum dulu." Sahut Laras santun, lalu pergi meninggalkan Wardana yang nampak tersenyum melihat wanita yang sudah mengisi hatinya sejak dulu itu. Sebelum Laras pergi ke dapur untuk membuatkan air hangat pesanan Wardana, Laras masuk ke kamarnya Luna terlebih dahulu.
"Lun, tolong bilangin kakak kakak semuanya ya, suruh datang ke rumah. Kita makan siang bersama dengan om Wardana. Tapi Luna temui om Wardana dulu, kasih salam dulu ya, nak." Perintah Laras yang langsung di iyakan oleh Luna tanpa banyak bertanya.
Acara makan bersama berjalan dengan suasana hangat dan ceria, apalagi Wardana juga membawa beberapa oleh oleh sebagai makanan tambahan. Riuh ramai menghiasi tempat tinggal Laras, suasana kekeluargaan terasa kental diantara mereka.
"Kalau begini sih, aku makin betah kos di sini. Yang sering sering ya pak bikin acara beginian." Oceh Bima yang memang terkenal paling jahi diantara anak laki laki lainnya.
"Iya, asal kalian jadi anak yang baik selama tinggal di sini. Nurut sama aturan Bu Laras dan yang paling penting kalian harus jagain Bu Laras dan Luna dengan baik." Balas Wardana yang langsung mendapatkan sorakan dari anak anak kos, Laras langsung menunduk malu menyembunyikan wajah meronanya.
"Kenapa gak langsung jadikan istri saja sih, pak. Gas pol gitu lah, iya gak teman teman?" Seru Ari yang langsung mendapat dukungan teman temannya.
"Hahahaha, kalian ini. Kalau bapak itu ya iya iya saja, tinggal nunggu Bu Laras nya yang kayaknya belum suka sama bapak." Sambung Wardana yang tertawa namun matanya tertuju ke arah Laras yang betah menunduk. Suara anak anak semakin ramai dengan cuitan cuitan meledek.
"Gimana Laras, apa kamu bersedia menjadi istriku?"
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..