Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.
Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.
Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.
Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Naomi masih ingat dengan
jelas bahwa buku tugasnya ia letakkan di kolong meja. Bagaimana bisa
hilang? Apa ada orang yang mengambilnya? Setahunya ia tidak memiliki
musuh di kelas.
“Cari apa?” tanya Leo melihat tingkah aneh Naomi.
“Buku tugasku hilang.
Kamu lihat tidak?” Leo tersenyum senang karena baru kali ini Naomi
berbicara panjang lebar dengannya. Biasanya gadis itu lebih
menganggapnya seperti patung yang tidak layak diajak bicara.
Belum sempat Leo
menjawab Pak Arkin lebih dahulu masuk. Seperti biasa kelas dimulai
dengan salam dan doa. Lalu Pak Arkin mulai mengabsen satu persatu murid,
setelah selesai barulah guru matematika tersebut meminta untuk
mengumpulkan tugas sehingga bisa dicocokkan bersama.
“Kamu tidak mengumpulkan
tugas Naomi?” tanya Arkin bingung melihat Naomi hanya diam saja tidak
mengumpulkan buku di barisan depan. Anak paling pandai di kelas tidak
mengerjakan PR bukankah itu suatu hal yang aneh?
“Buku saya hilang pak.”
“Bagaimana bisa hilang?”
anak-anak jadi menatap ke arah Naomi penasaran. Ini kejadian baru di
kelas. Bagaimana bisa buku PR hilang, biasanya itu yang hilang kalau
nggak uang, pulpen, buku paket atau ponsel. Ini buku PR orang bodoh mana
yang mengambil buku itu?
“Tadi pagi masih ada
pak. Saya sempat ngecek beberapa nomer yang tadi malam saya kerjakan.
Lalu saya ke kantin jadi bukunya saya taruh di kolong meja Pak.” Naomi
menjelaskan dengan detail.
“Saya tahu kamu murid
paling pandai disini Naomi. Jadi saya harap kamu jujur bagaimana mungkin
buku kamu hilang atau kamu tidak mengerjakan PR. Jangan gunakan alasan
yang tidak masuk akal seperti Leo.” Arkin seolah tidak percaya dengan
perkataan Naomi. Guru matematikanya itu ia hanya beralasan sama seperti
Leo ketika tidak mengerjakan PR.
“Pak selama ini Naomi
selalu jujur, seharusnya bapak percaya sama dia. Kecuali jika orang itu
saya baru bapak tidak boleh percaya.” Leo ikut campur.
“Diam kamu anak nakal!” Leo mendengus tidak suka.
“Bagaimana bapak periksa
seluruh ruangan ini termasuk tas murid-murid untuk membuktikan ucapan
Naomi benar atau tidak?” Meski tadi ditegur untuk diam namun Leo tetap
berbicara. Hal itu membuat Naomi terkesan. Karena Leo membelanya disaat
anak-anak dikelas hanya diam saja.
“Kenapa saya harus membuang waktu kelas saya hanya untuk melakukan itu?”
“Saya setuju pak dengan
usul Leo. Paling tidak kita kasih kesempatan Naomi untuk membuktikan
bahwa dia benar.” Rudi sebagai ketua kelas setuju dengan perkataan Leo.
Arkin akhirnya setuju.
Pria paruh baya itu meminta Rudi dan Rio untuk menggeledah tas
anak-anak. Lain halnya dengan Leo, anak itu mencari di lemari kelas dan
tempat sampah.
“Bagaimana sudah
ketemu?” tanya Arkin pada Rudi. Pemeriksaan sudah berjalan lebih dari
tiga puluh menit. Menyita waktu mengajarnya.
“Belum pak.” Jawab Rudi.
“Naomi saya tidak bisa
mentolerir kamu. Meski kamu anak berprestasi tapi tetap saja saya tidak
suka jika ada anak didik saya yang tidak mengerjakan PR. Jadi kamu harus
dihukum.” ujar Arkin tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi. Ia
tidak peduli jika alasan basi dari anak terpandai di kelasnya tidak
mengerjakan PR. Dia harus di hukum sama seperti murid lainnya.
“Pak saya menemukannya!”
Leo berlari dari balik pintu sambil membawa sebuah buku. Seluruh
penghuni kelas menatap Leo penasaran. Mereka baru sadar jika sedari tadi
Leo di luar.
“Saya menemukannya di
tong sampah kelas sebelah.” ujar Leo dengan napas ngos-ngosan. Buku
tugas Naomi terlihat kotor. Tapi masih bisa dibaca isinya. Leo membuka
lembar tugas matematika milik Naomi. Disana tertulis tugas yang
diberikan oleh Pak Arkin.
“Bagaimana hal seperti
ini bisa terjadi?” Pak Arkin tercengang. Ia bingung kenapa buku tersebut
ada di tempat sampah. Siapa pelakunya?
“Siapa yang melakukan
ini? Siapa yang sengaja membuang buku tugas Naomi ke tong sampah?” Arkin
marah, menurutnya ini konyol. Bagaimana seorang siswa ada yang
mengintimidasi siswa lain dengan cara licik seperti ini. Ia baru tahu
pembulian semacam ini.
Naomi menghela napas
lega, saat bukunya berhasil di temukan. Ia berterima kasih pada Leo yang
menolongnya bahkan rela mengorek tong sampah untuknya. Cowok itu
benar-benar baik. Tidak salah dulu ia menolong Leo.
“Siapa dari kalian yang
melakukan itu? Kenapa kalian pada diam saja? Atau kalian mau saya hukum
membersihkan seluruh kamar mandi sekolah selama sebulan!!!” bentak Pak
Arkin.
“Pak tadi saya melihat
Cintya ke meja Naomi.” Anton angkat bicara. Semua mata sekarang tertuju
pada Cintya. Mereka berbisik-bisik ingin tahu kejadian sebenarnya. Apa
hubungan Cintya dengan buku Naomi? Kenapa Cintya bisa melakukan itu?
“Saya tadi piket pak bersihin meja Naomi. Saya tidak membuang bukunya.” kilah Cintya merasa tidak bersalah.
Pak Arkin memijat
kepalanya pening. Ini masih pagi dan kelasnya sudah membuat masalah.
Ada-ada saja kelakuan anak remaja zaman sekarang. Pasti ini dampak dari
nonton sinetron jadi pada pinter melakukan hal buruk seperti ini.
“Hari ini saya maafkan
kalau lain kali ada hal seperti ini terulang lagi saya hukum kalian satu
kelas tanpa tapi.” ujar Pak Arkin memotong perdebatan ini. Waktu
mengajarnya hilang hanya untuk mencari sebuah buku. Ia tidak mengira
jika murid-muridnya akan kekanak-kanakan seperti ini.
***
Bel
istirahat berbunyi, ketika anak-anak ingin keluar kelas. Leo lebih
dahulu melarang bahkan ia mengunci pintu kelas. Pria itu berdiri di
depan kelas dengan tatapan kesal. Tentu saja mereka menurut, karena
tidak ingin mati oleh Leo yang memiliki tatapan setajam singa.
“Disini
gue cuma mau bilang, jangan pernah ganggu Naomi. Ada yang berani
gangguin dia itu tandanya harus berhadapan dengan gue. Dan lu Cintya
hari ini lu lolos dari gue. Tapi lain kali gue akan habisin lu sampai
mati!” Leo yakin jika Cintya adalah dalang di balik semua ini walau ia
tidak punya bukti. Anton tadi mengatakan bahwa pergerakan Cintya begitu
mencurigakan. Mana ada piket sambil memeriksa laci dan tas Naomi.
Cintya
yang dituduh hanya bisa tersenyum penuh arti. Ia kesal karena orang
yang ia cintai malah menuduhnya. Sialan! Hal itu malah membuat rasa
bencinya pada Naomi bertambah. Ia akan melakukan hal lebih dari ini
untuk melawan Naomi.
****
“Makasih
Leo.” ujar Naomi setelah Leo membubarkan anak-anak. Andai saja Leo
tidak ada pasti ia akan di hukum Pak Arkin karena buku tugasnya yang
hilang.
“Santai aja. Lagipula
gue punya utang nyawa sama lo. Gue akan menebus itu dengan cara
lindungin lo.” Naomi terdiam mendengar itu. Ia merasa tidak enak.
Baginya sikap Leo berlebihan.
“Kamu berlebihan Leo.”
“Menurut gue ini setimpal atau lo mau bayar dengan cara lain?” tanya Leo dengan senyum penuh arti. Ia menatap dalam Naomi.
“Cara lain?” Kening
Naomi berkerut bingung. Apa maksud ucapan dari Leo? Dengan cara apa
Naomi harus membayar. Jujur Naomi sedang tidak punya uang.
“Jadi pacar gue.”