Sekar mengalami dilema karena didekati oleh Pak Faisal, yang merupakan dosennya sendiri. Hal itu membuat Sekar ketakutan, namun lama-kelamaan Sekar makin menyukai Pak Faisal karena beliau sering membantu Sekar saat ia sedang dibully di kampus.
Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, keseriusan mereka terhalang oleh Pak Faisal yang sudah memiliki istri dan tidak mudah untuk menceraikannya karena istrinya yang merupakan selebgram.
Akankah Sekar mendapatkan cintanya? Atau justru cinta mereka berdua akan kandas dan Sekar dicap sebagai pelakor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harumi Akari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecupan Manis
Setelah hujan sedikit reda, Sekar dibawa ke sebuah restoran oleh Pak Faisal, mereka terlihat
senang dan Sekar juga sudah merasa nyaman kembali berkat pria itu. Entah mengapa
hubungan mereka jadi dekat dan justru semakin dekat hingga membuat Sekar tidak merasakan
canggung lagi bersama dengan dosennya. Saat makan, hari sudah sangat sore dan mereka
makan di tempat di mana mereka bisa melihat matahari terbenam. Hari juga semakin cerah setelah sedari tadi turun hujan yang sangat deras.
Sejujurnya, Sekar cukup asing dengan
daerah yang ia kunjungi sekarang karena memang tidak pernah pergi makan berduaan, apalagi
dengan pria.
Ia hanya tahu jika ini berada di perbatasan jogja dan gunungkidul.
“Gimana hari ini? Apa kamu senang?” tanya pak Faisal sembari melihat ke arah Sekar yang
justru tengah memandang matahari terbenam.
“Seneng sih bisa jalan-jalan sampai jauh gini. Soalnya aku nggak pernah sampai sini,” ujar
Sekar yang tanpa sadar menggunakan bahasa tidak formal.
“Mulai nyaman ya? Dari bicara kamu ke aku,” tukas pak Faisal sembari menyangga dagunya
dan melihat ke arah Sekar.
Sekar yang baru sadar jika ia barusan menggunakan bahasa tidak formal, langsung merasa
malu dan ingin sekali bersembunyi dari dosennya. Sekar salah tingkah dan berusaha untuk
berpaling dari pak Faisal.
“Mas yakin kita nggak bakal ketahuan kalau gini terus?” tanya Sekar yang mengkhawatirkan
reputasi dirinya juga dosennya.
“Nggak peduli sih, aku juga capek pura-pura suka sama orang yang nggak aku sayang.” Faisal
melihat ke arah matahari terbenam juga dan mengutarakan apa yang dia rasakan.
“Kenapa mas nikahin istri mas sekarang?” Sekar mulai penasaran dengan apa yang terjadi di kehidupan pria itu.
“Diminta oleh keluarga aja sih. Bisnis antara keluarga itu udah biasa banget. Aku juga berpikir,
mungkin ini cara bagus buat aku bisa lupa sama istri pertamaku. Ternyata enggak juga. Bahkan
sampai sekarang aku masih menyesali pernikahanku. Tau gitu aku jadi duda aja juga ga
masalah,” ujar pria dengan raut wajah yang terlihat masih muda itu.
Wajar saja jika semua orang mengidolakan pak Faisal, karena kharismanya cukup besar dan meskipun dia dingin di depan semua mahasiswa, tapi paras tampannya itu membuat semua
orang tidak membenci beliau meskipun luar biasa cueknya.
“Padahal mas bisa bicara baik-baik sama istri. Biar seenggaknya hubungan kalian itu baik-baik
aja. Soalnya istri mas juga seorang influencer, dan terkenal banget di sosmed. Temen-temenku
juga sampai ngikutin beliau,” tutur Sekar sembari tersenyum memberikan sebuah saran kepada dosennya itu.
“Cinta itu nggak bisa dipaksakan, Sekar…” Faisal seakan menolak apa yang dikatakan oleh
wanita itu.
Sekar juga sebenarnya setuju dengan dosennya itu, karena mau bagaimanapun juga
pencitraan juga tidak selamanya bisa membuat semua orang bahagia. Justru paling benar jika
sebaiknya jujur dengan perasaan yang sebenarnya dan mengutarakan perasaan sendiri agar
tidak sakit hati.
Mereka menikmati makanan tersebut dengan romantis. Ada banyak sekali hal yang ternyata
bisa mereka ceritakan. Entah perihal masalah di kampus, atau di rumah.
“Mas … kayaknya waktu itu aku belum pernah mendapatkan jawaban yang pas deh.”
“Emang kamu tanya apa?” Pria itu melihat ke arah Sekar lagi.
“Kenapa kamu suka sama aku? Perbedaan usia kita juga jauh, Mas.” Sekar kembali
menanyakan hal tersebut.
“Kalau boleh jujur. Aku seperti melihat sosok istri pertamaku di kamu. Mulai dari sikap, sifat, dan lain-lain. Bisa dibilang, kamu penyembuh luka lamaku.” Faisal mengutarakan perasaannya
kepada wanita di sampingnya itu.
Sekar sedikit bingung dengan jawaban tersebut, tapi berusaha menerima karena ia tidak ingin
membuka luka lama yang sudah berusaha untuk ditutup.
“Padahal kita baru berapa kali ketemu, Mas.” Sekar bergumam sedikit.
“Selain itu, aku juga nggak peduli soal masalah umur sih. Aku lebih mentingin kenyamanan
daripada umur. Meskipun umur kamu jauh dibawahku, kamu terlihat bisa menyesuaikan
pembicaraanku. Itu juga yang bikin aku nyaman dan mau jalan sama kamu,” jawab Faisal
sembari mengusap rambut Sekar dengan lembut.
“Kenapa harus aku?” Sekar kembali bergumam.
“Terus siapa? Siska? Saya nggak suka wanita pembully seperti dia. Aku juga janji bakal lindungi kamu dari perundung seperti Siska. Sifatnya benar-benar kekanak-kanakan sekali, saya ga
suka!” Pria itu menegaskan hal yang membuat Sekar tertawa kecil.
Setelah selesai makan sore, Faisal pun mengantarkan Sekar ke rumahnya lagi agar tidak kena
marah ibunya karena pergi terlalu lama. Faisal juga berusaha mengerti keadaan Sekar yang
sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya.
“Next kalau kamu lagi malas di rumah, hubungi saya aja,” pinta Faisal dengan senyuman.
“Terima kasih untuk hari ini ya, Pak. Eh! Mas!”
“Ha ha ha, hati-hati itu bisa kebawa sampai kampus loh.” Beliau meledek Sekar.
“Sejujurnya saya sudah terbiasa dengan panggilan itu dan saya suka.” Sekar tersenyum kecil
sembari mengutarakan sedikit perasaannya. Hal itu juga membuat pak Faisal tersenyum kecil
dan menarik tubuh Sekar untuk mendekat kepadanya, dan Faisal memberikan kecupan di
kening dan bibir sebelum Sekar keluar dari mobilnya.
Sekar hanya tersenyum kecil dan ia pun keluar dari mobil setelah mendapatkan kecupan itu.
Saat masuk ke dalam rumah, baru saja ia akan pergi ke kamar, ibunya dan juga adiknya sudah
menunggu di meja makan.
“Bagus ya! Disuruh bersih-bersih malah keluyuran!” hardik sang ibu kepada putrinya.
“Tapi aku udah selesai beres-beres, Ma!” Sekar berusaha untuk membela dirinya.
“Halah banyak alasan! Harusnya kamu itu bersyukur masih mama biarin tinggal di sini selagi
papa kamu pergi!” Wanita itu langsung menyerang Sekar dengan kata-kata yang sangat tajam.
“Udahlah, Mah. Ngapain masih diladenin sih? Dia emang kerjanya nggak becus sama sekali
dan cuma nyusahin doang!” imbuh sang adik kepada mamanya. Perkataannya juga semakin
kejam didengar.
“Bersihin dapur sana! Di dapur masih berantakan banget gitu!” hardik sang ibu.
Sekar hanya bisa menuruti apa yang mereka inginkan dan ia langsung pergi ke dapur sembari
mencuci piring dan juga alat masak bekas adik dan mamanya masak. Dapur langsung
berantakan bukan main, seakan mereka sengaja melakukan itu dengan Sekar.
Pada akhirnya, Sekar hanya bisa membersihkan semuanya dan mengikuti apa yang diinginkan
oleh mereka berdua.
Hari itu menjadi hari yang paling buruk, sekaligus menyenangkan bagi sekar. Apakah besok kehidupannya akan terus seperti ini ketika papa sudah cerai? Meskipun sebenarnya Sekar ingin
sekali hidup sendiri dan jauh dari mamanya.
Hingga malam pun tiba, Sekar juga sama sekali tidak dibuatkan atau dibelikan makan malam
sama sekali. Pada akhirnya dia memilih untuk tidur dengan perut yang lapar, sembari
memikirkan sikap manis dosennya tadi. Setidaknya rasa laparnya bisa berkurang karena
kebahagiaan yang sudah terjadi di hari ini.