(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan rahasia
Malam semakin larut, Marcel berdiri di balkon rumah, menatap bintang yang bertaburan. Ingatannya kembali terarah pada Mendiang tunangannya, Shanum.
Kepergian Shanum meninggalkan luka yang mendalam bagi Marchel. Rasanya Marchel tidak sanggup lagi berpura-pura tegar di hadapan semua orang, menutupi kesedihannya dengan sikap dinginnya.
"Bagaimana aku bisa menjalani ini, Shan... Aku benar-benar tidak bisa," gumam Marchel.
Matanya telah berkaca-kaca, merasa takdir begitu tega mempermainkannya. Bukannya menikah dengan gadis cantik dan sempurna seperti Shanum, Marchel malah menikahi seorang gadis remaja culun yang usianya jauh di bawahnya. Dan atas permintaan Shanum, pernikahan Marchel dan Sheila pun dirahasiakan dari semua orang. Hanya segelintir orang yang mengetahui tentang pernikahan diam-diam itu.
Marchel kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menjatuhkan tubuh di pembaringannya. Jika saja kejadian naas itu tidak menimpa Shanum, mungkin saat ini, lelaki itu tidak akan tenggelam dalam kesedihannya yang mendalam, menangisi seseorang yang tidak akan pernah kembali lagi.
**************
PRANG!
Terdengar suara pecahan kaca yang berasal dari arah dapur, mengagetkan ibu yang sedang sarapan di meja makan. Penasaran, wanita paruh baya itu segera beranjak menuju dapur.
Tampak si gadis culun Sheila yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya, sedang memunguti sisa-sisa pecahan kaca yang baru saja dia pecahkan. Gadis itu sedang membuat susu untuk dirinya sarapan, namun tanpa sengaja gelas itu terjatuh dari tangannya.
"Ya ampun, apa yang kau lakukan?" tanya ibu dengan suara nyaris membentak.
"Ma-maaf, Bu... Aku tidak sengaja menjatuhkan gelasnya." Suara Sheila terdengar lirih, ada perasaan sakit di hatinya mendengar bentakan keras itu.
Ibu menarik napas dalam, lalu membuangnya kasar. Semakin besar rasa tidak sukanya pada sosok gadis remaja yang telah berstatus menantunya itu. "Kau benar-benar tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan benar. Marchel telah melakukan kesalahan besar dengan menikahi anak tidak berguna sepertimu."
Sheila masih di bawah sana, memungut sisa pecahan itu, sekilas melirik wanita yang berdiri di hadapannya dengan tatapan takut. "Maafkan aku, Bu... aku tidak sengaja."
"Tidak sengaja? Cepat kau bersihkan itu!"
"Ba-baik!" Suara gadis polos itu mulai bergetar seiring tangannya yang gemetaran. Air mata seolah memaksa keluar dari kelopak matanya yang sudah sembab itu.
Rasanya gadis itu ingin tinggal di rumah lamanya saja. Dimana tidak seorang pun akan berteriak padanya. Dulu, Shanum sangat memanjakan adiknya itu, bahkan Shanum memperlakukannya bagai seorang putri raja.
Kak Shanum, kenapa kakak meninggalkanku sendirian? Lihat apa yang kualami sekarang. Dan kenapa kakak meminta kakak dokter menikahiku? batin Sheila.
Setelah puas memaki-maki Sheila, ibu kembali ke meja makan, meninggalkan Sheila yang masih duduk di lantai. Seorang pelayan yang bekerja di rumah itu kemudian menghampiri Sheila dan membantunya berdiri.
"Maafkan aku, Bibi... Aku benar-benar tidak sengaja memecahkan gelas itu," ucap Sheila pada pelayan itu.
"Tidak apa-apa, Sheila. Apa kau mau dibuatkan susu lagi? Kau kan belum sarapan," ucap Bibi Yum lembut.
Sheila menerbitkan senyumnya sekilas, lalu mengusap ekor matanya yang berair, kemudian membetulkan posisi kacamata tebalnya. "Tidak usah, Bibi! Aku mau berangkat ke sekolah."
Wanita yang telah bekerja selama puluhan tahun di rumah itu mengusap rambut panjang gadis malang itu dengan perasaan iba. "Apa kau sudah merasa lebih baik? Bukankah kau baru beberapa minggu lalu menjalani operasi?"
"Aku sudah merasa lebih baik, Bibi! Terima kasih."
Sementara itu, Marchel baru tiba di meja makan. Laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya di kursi dan mengambil sepotong roti tawar lalu mengoleskan selai cokelat di atas roti itu.
"Sheila dimana? Kenapa dia tidak ikut sarapan?" tanya Marchel pada ibu yang sedang menikmati sarapannya. Wanita paruh baya itu tidak menjawab pertanyaan anaknya.
Marchel pun dapat melihat raut wajah tidak suka ibunya saat menanyakan keberadaan istrinya.
Seorang pelayan kemudian datang membawa segelas jus untuk Marchel dan meletakkannya di meja.
"Dimana Sheila, Bibi? Apa dia tidak turun sarapan?" tanya Marcel pada pelayan itu.
"Sheila sudah sarapan di dapur," jawab Bibi Yum.
Marcel mengerutkan alisnya mendengar jawaban wanita itu. "Apa? Kenapa dia tidak ikut sarapan di sini?"
Bibi Yum melirik nyonya besarnya sekilas, lalu terdiam. Tidak menjawab pertanyaan Marchel. Dia hanya dapat menundukkan kepalanya ketika melihat raut wajah majikannya yang terlihat kesal itu. Marchel dengan cepat mengerti keadaan, namun laki-laki itu memahami jika ibunya belum bisa menerima keberadaan Sheila di rumah itu, terlebih dengan status sebagai istri dari anak lelaki satu-satunya.
Sebagai anak lelaki satu-satunya, tentu ibu menginginkan seorang menantu ideal yang bisa dipamerkan pada teman-temannya. Sebagaimana dulu ibu memamerkan Shanum sebagai calon istri Marchel.
Tidak lama kemudian, Sheila datang dari arah dapur melewati meja makan dengan kepala menunduk. Berjalan di belakang Marchel dan melewatinya begitu saja. Gadis itu mempercepat langkahnya menapaki tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada.
Begitu memasuki kamarnya, dia mengambil tas sekolahnya lalu segera keluar kembali dari kamar itu.
"Sheila!" panggil Marchel saat melihat Sheila hendak keluar rumah.
"Kau naik apa ke sekolah?" tanya Marchel.
"Naik angkot, Kak!" jawabnya dengan kepala menunduk.
"Jangan! Aku antar saja." Marchel berjalan keluar menuju mobilnya yang terparkir di halaman depan. Sheila mengekor di belakangnya, mengikuti langkah kaki panjang itu, memperhatikan punggung pria yang telah menjadi suaminya itu.
Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut ke dua orang itu. Mereka saling diam, entah memikirkan apa.
Marchel yang dulu sangat berbeda dengan Marchel yang sekarang. Dulu, laki-laki itu sangat ramah dan perhatian pada Sheila. Namun, kini semuanya telah berubah. Marchel menjadi sangat dingin dan kaku. Kepergian Shanum untuk selamanya meninggalkan luka mendalam dan telah merubah laki-laki itu.
Mobil berhenti di depan gerbang sebuah sekolah, Sheila mengulurkan tangannya hendak mencium punggung tangan suaminya itu.
"Kau pulang jam berapa? Aku akan minta sopir menjemputmu."
"Tidak usah, Kak. Aku bisa naik bus atau angkot saja."
"Hubungi aku saja. Nanti aku akan meminta sopir menjemputmu! Kau bawa obatmu, kan?" tanya Marcel diikuti anggukan kepala oleh gadis kecil itu.
Marchel meraih dompet dari saku celana bagian belakangnya, mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan, lalu memberikannya pada Sheila . "Ini uang sakumu! Jangan jajan sembarangan!" kata Marcel dengan nada datar.
Gadis polos itu hanya mengambil selembar uang, lalu memasukkan ke dalam saku kemejanya, "Terima kasih, Kak!" ucapnya lalu membuka pintu mobil itu.
"Ambil semuanya!" seru Marchel.
"Tidak usah, Kak! Aku juga tidak jajan di sekolah." Setelah itu, Sheila turun dari mobil, berjalan dengan langkah tidak bersemangat menuju gerbang sekolah.
Dari kejauhan, tampak seorang siswa laki-laki menghampiri Sheila. Mereka kemudian berjalan beriringan memasuki gerbang itu. Entah mengapa, Marchel menatap dengan perasaan tidak suka. Walau bagaimana pun Sheila sudah menjadi istrinya, melihatnya dekat dengan teman laki-lakinya bukan sesuatu yang menyenangkan walaupun dirinya sama sekali tidak mencintai dan menginginkan gadis itu.
Sheila sudah tidak terlihat lagi, namun Marcel masih mematung di dalam mobilnya. Beberapa saat kemudian, laki-laki itu tersadar dari lamunannya. Marchel pun segera memutar balik arah, lalu bergegas menuju rumah sakit tempatnya praktek.
****
BERSAMBUNG
Resiko emak berdaster gabut hobi rebahan sambil baca novel...
ulang" trus novel yg favorit tp gak prnah bosan😁😁
blm bisa move on kk 🤭🤣🤣🤣🤣
nihh kudu balik baca lg 😁😁
/Ok//Good/
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/