NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rayuan

Kavi tak langsung membawa Savinna pulang ke rumahnya karena ia ingin mengajak Savinna untuk mampir ke suatu tempat terlebih dahulu. Rupanya, Kavi membawa Savinna ke sebuah taman yang sebelumnya sudah ia hias sedemikian rupa untuk merayakan hari jadian mereka yang jatuh pada hari ini. Tak hanya itu, Kavi juga sudah menyiapkan banyak sekali makanan dengan dominan rasa keju, karena Kavi tahu mereka berdua sama-sama menyukai keju.

“Ya ampun, Kak Fazriel yang siapin semua ini sendirian?” tanya Savinna sambil menatap sekelilingnya dengan tatapan kagum.

“Enggak sendirian juga sih, dibantu sama Vero dan Nauval.”

Savinna pun mengangguk paham. “Makasih banyak ya, Kak. Saya seneng banget hari ini.”

“Kenapa masih pakai saya? Kita kan udah pacaran. Pakai aku kamu aja,” pinta Kavi.

“Oh, i-iya, Kak. Makasih banyak ya, a-aku senang banget hari ini,” Savinna pun mengulangi ucapannya dengan sedikit gugup.

Kavi yang gemas pun mencubit pipi Savinna yang chubby sambil tersenyum kotak, “Lucu banget sih, pacarnya Kak Fazriel,” pipi Savinna langsung memerah, bukan karena cubitan Kavi barusan, melainkan karena ucapan laki-laki itu yang membuat sekujur tubuhnya itu terasa menghangat. “Ayo duduk, kita makan dulu sebelum Kak Fazriel antar Savinna pulang.”

Savinna yang penurut pun langsung mengikuti perintah Kavi setelah tangannya ditarik dan dituntun dengan begitu lembutnya oleh Kavi untuk menduduki kursi yang telah disiapkan. Saat itu hati Savinna benar-benar dikacaukan oleh perlakuan dari Kavi.

Sambil menikmati satu loyang pizza dengan topping full keju, Kavi pun mulai membuka obrolan lagi, “Kalo boleh tau, Savinna kenapa suka main futsal?”

“Aku juga enggak tau alasannya, yang jelas aku emang suka sama hal-hal yang berbau sepakbola dari jaman SMP,” jelas Savinna.

“Berarti Savinna juga suka nonton bola dong? Kalo gitu club bola favorit Savinna apa?” tanya Kavi antusias.

“Real Madrid.”

“Hahaha, kali ini selera kita beda.”

“Oh ya? Emangnya Kak Fazriel suka club bola apa?” tanya Savinna penasaran.

“Barcelona.”

“Hahaha, berarti kita rival abadi dong?”

“Ralat, club bolanya yang rival abadi... kitanya mah enggak.”

Savinna terkekeh geli setelah mendengar protes dari Kavi.

Kavi meraih sekaleng cola lalu membukanya sebelum ia dekatkan pada Savinna, “Apa sih yang buat Savinna suka sama club bola Real Madrid? Pasti karena ada Cristiano Ronaldo ya?”

Savinna pun langsung menggeleng, “Awalnya sih aku cuma ikut-ikutan crush aku waktu SMP aja. Eh malah keterusan sampai sekarang.”

Raut wajah Kavi berubah walaupun tidak begitu kentara, “Maksud kamu gebetan?”

“Iya, cuma gebetan kok. Sebelumnya aku gak pernah pacaran lho, disukain balik sama gebetan aja baru sama Kak Fazriel doang.”

Kavi yang semula cemburu kini jadi tersipu malu, “Jadi, Kak Fazriel pacar pertamanya Savinna nih?” Savinna langsung mengangguk cepat. “Kak Fazriel pastiin, Kak Fazriel jadi yang pertama dan terakhir buat Savinna ya.”

Senyuman penuh harap pun tercetak jelas di bibir Savinna karena gadis itu juga mengharapkan hal yang sama. Menjadi kekasih dari seorang laki-laki yang menjadi pujaannya adalah hal yang tak pernah Savinna duga atau bahkan harapkan sebelumnya. Maka tak heran Savinna juga mengharapkan Kavi menjadi yang pertama dan terakhir baginya.

***

Keesokan harinya, Savinna menunggu kedatangan Kavi di depan gerbang sekolah mereka ditemani oleh Alvero dan Nauval. Savinna menjadi sedikit khawatir setelah Kavi membatalkan janjinya untuk berangkat bersama menuju sekolah pagi ini. Pasalnya, Kavi sama sekali belum memberi tahu alasan mengapa ia membatalkan janjinya tersebut.

"Kayaknya Kavi absen deh hari ini," ujar Alvero membuat Savinna semakin panik dan khawatir.

"Tapi kenapa Kak Fazriel gak masuk, Kak? Apa Kak Fazriel sakit lagi?" tanya Savinna.

"Ya, gue gak tau pasti. Tapi gak biasanya dia datang mepet sama bel masuk kayak gini. Mana nomornya gak bisa dihubungi."

"Udah sih, Ver, jangan bikin anak orang jadi cemas gitu," omel Nauval lirih. Alvero pun hanya mengangguk lalu menutup mulutnya rapat-rapat.

Nauval pun menepuk-nepuk pundak Savinna untuk menenangkan gadis itu, "Santai aja, Sav ... sebentar lagi Kavi pasti hubungi lo kok."

Apapun alasannya, gue harap Kak Fazriel baik-baik aja disana, batin Savinna.

***

Bahkan hingga bel masuk berbunyi, Kavi masih belum juga mengabari Savinna. Selama jam pelajaran pertama berlangsung hingga di penghujung materi, pikiran Savinna yang kalut sama sekali tidak bisa mencerna setiap materi yang masuk ke otaknya.

Kak Fazriel kemana sih? Kalo gak masuk seenggaknya kabarin lah, batin Savinna yang mulai kesal dengan kekasihnya itu.

"Sav?" tegur Katrina yang mulai jengkel lantaran Savinna sudah mengabaikannya sejak jam pelajaran pertama dimulai. "Lo kenapa diam aja sih? Mau ke kantin gak?"

Savinna pun mengerjap, "Oh, i-iya ... ayo kita ke kantin sekarang," ajak Savinna walaupun nafsu makannya terbilang sedang buruk-buruknya.

Dan setibanya di kantin Savinna hanya memesan segelas jus alpukat saja.

"Kok cuma pesen itu doang sih? Emangnya kenyang ya?" tanya Katrina heran.

Savinna pun menghela napas berat, "Gue emang lagi gak laper, Rin."

"Ada apa sih?" tanya Katrina penasaran, "Bukannya lo itu baru jadian sama Kakak Futsal itu ya? Kok udah sedih aja? Apa kalian berdua lagi ada masalah?" tanyanya lagi.

Ya, semenjak kejadian Kavi menembak Savinna di depan umum kemarin sore, berita soal mereka pun langsung tersebar luas dengan begitu cepatnya. Bisa dibilang, keduanya sedang viral sekarang. Kavi dan Savinna pun sampai harus mengunci akun sosial media mereka masing-masing saking banyaknya orang-orang yang mulai penasaran dengan mereka berdua. Yang laki-laki berbondong-bondong untuk mencari tahu tentang Savinna dan yang perempuan sebaliknya. Mereka sibuk berbondong-bondong mencari tahu tentang Kavi, si kapten Futsal yang terlihat semakin memesona setelah resmi menjadi kekasih dari Savinna. Dikarenakan keduanya sama-sama posesif, alhasil detik itu juga mereka berdua memutuskan untuk mengunci akun sosial mereka masing-masing.

"Enggak ada masalah apa-apa kok. Gue emang lagi gak nafsu makan aja," kelit Savinna.

Walaupun begitu, Katrina masih bisa merasakan ada yang tidak beres dengan teman sebangkunya itu. Tapi gadis itu memilih untuk diam dari pada membuat mood Savinna semakin rusak.

***

Disisi lain, Kavi terpaksa bolos sekolah lantaran Rami tiba-tiba saja memaksa Kavi untuk mengajaknya keliling kota menggunakan motornya. Kavi pun heran, mengapa Rami tiba-tiba saja bersikap aneh seperti itu, padahal biasanya, Rami selalu melarang keras Kavi untuk bolos sekolah apalagi jika sedang tidak ada keperluan yang mendesak.

"Kita berhenti di pom bensin dulu, Kav ... Mama mau pipis," pinta Rami pada Kavi setelah hampir lima jam mereka berkeliling kota dengan menggunakan motor Kavi.

"Habis ini kita pulang ya? Kavi belum ngabarin Savinna, Ma. Kalo dia marah sama Kavi gimana? Kavi sama Savinna baru aja jadian lho, Maaa.." rengek Kavi.

"Serius kalian udah jadian?!" tanya Rami dengan antusiasnya.

"Ya serius dong, Ma."

"Wah, cepat sekali ya! Kalo gitu, kita langsung pulang aja deh. Setelah itu kamu jemput Savinna ke sekolah, ajak dia main ke rumah kita."

"Kavi baru aja bolos sekolah, masa langsung disuruh jemput Savinna di sekolah sih, Ma?" tanya Kavi ragu.

"POKOKNYA MAMA MAU KETEMU SAMA SAVINNA HARI INI!" teriakan Rami membuat pengguna jalan lain sontak menoleh ke mereka berdua. Semuanya menatap Kavi seolah ia baru saja melakukan tindak kriminal.

Ya allah, kenapa Mama jadi kayak anak kecil gini sih? Mana permintaannya random semua... batin Kavi.

"KAVI?! KENAPA DIAM AJA?" protes Rami.

"Iya, Mama ... habis ini Kavi langsung jemput Savinna. Jangan teriak-teriak lagi ya, malu dilihat orang," ucap Kavi lembut.

"Asyiiik!"

Kavi tersenyum simpul sambil melirik kaca spion motornya lalu mendapati Rami begitu senang dan sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Savinna.

Selain pintar rebut hati gue, ternyata Savinna juga pintar rebut hati Mama, batinnya.

***

Hari ini, jam pulang sekolah terasa sangat lama. Dan Savinna merasa lega sekali setelah mendengar bel pulang sekolah berbunyi. Gadis itu pun bergegas meninggalkan gedung sekolahnya untuk menuju ke halte.

Suasana di halte sekolahnya masih sangat sepi. Bisa dibilang Savinna adalah siswi pertama yang keluar dari gedung sekolahnya diikuti dengan beberapa siswi lainnya. Selebihnya mereka semua masih berada di area sekolah untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid SMK Catorce.

Kak Fazriel masih belum ada kabar juga, nyebelin banget sih dia, batin Savinna kesal sambil mengantongi ponselnya kembali.

Sejak pagi, Savinna selalu memeriksa ponselnya hanya untuk menunggu kabar dari Kavi, namun tampaknya laki-laki itu sama sekali tidak peduli akan kekhawatirannya saat itu.

Tin

Tin

Savinna menoleh saat mendapati suara klakson motor tak jauh dari tempatnya menunggu jemputan. Disana terlihat jelas seorang laki-laki dengan hoodie hitam dan celana abu-abu tengah duduk di atas motornya.

Loh? Gue gak salah lihat kan? Itu Kak Fazriel? batin Savinna masih belum beranjak dari tempat duduknya.

Kavi pun melambaikan tangannya ke arah Savinna dan menyuruhnya untuk mendekat. Namun saat itu, Savinna masih diam saja saking kesalnya karena hampir seharian ini Kavi tidak mengabarinya sama sekali. Alhasil, Kavi lah yang harus turun dari motornya untuk menghampiri kekasihnya itu.

"Hai, Sav ... setelah ini ada kegiatan lain?" tanya Kavi tanpa basa basi. Kavi sama sekali tidak peka jika Savinna sedang kesal terhadapnya. Saking kesalnya, Savinna sampai mengalihkan pandangannya ke arah lain dan bersikap seolah Kavi tidak ada disana.

"Assalamualaikum, Savinna?"

"Waalaikumsalam," jawab Savinna ketus.

"Savinna kenapa diam aja?" tanya Kavi dengan nada melasnya membuat Savinna tak tega dan spontan menatap wajahnya lagi.

"Kak Fazriel sendiri kenapa gak ada kabar seharian? Aku tuh khawatir tau!" omel Savinna.

"Maaf ya ... seharian ini, Kak Fazriel sibuk ajak Mama jalan-jalan. Handphone Kak Fazriel pun ketinggalan di rumah. Hari ini, permintaan Mama benar-benar gak bisa ditolak," ucap Kavi memberikan penjelasan.

Dari ekspresi melasnya, Savinna bisa menyimpulkan jika laki-laki itu sudah bicara jujur padanya. Tapi tetap saja masih terselip rasa jengkel dalam hati Savinna.

"Savinna hari ini ada kegiatan lain selain sekolah?" tanya Kavi untuk yang kedua kali.

Savinna pun menggeleng membuat Kavi merasa senang sekaligus lega.

"Kalo gitu, Savinna bisa ikut Kak Fazriel dulu gak? Mama Rami kepingin ketemu Savinna lagi katanya."

"Mau ngapain, Kak?" tanya Savinna sedikit panik.

"Cuma mau ketemu aja kayaknya, mungkin mau ngobrol-ngobrol gitu."

Savinna malah terlihat semakin ragu, "Kak Fazriel udah cerita soal hubungan kita ke Tante Rami?"

Pertanyaan itu langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Kavi.

Duh, apa gue mau diinterogasi sama Mamanya Kak Fazriel ya? Gimana ini? Gue belum siapin materi apa-apa buat jawab semua pertanyaannya.

"Sav? Kamu gak mau ya?" tanya Kavi lembut, "Gapapa kalo Savinna gak mau, Kak Fazriel langsung antar Savinna pulang ke rumah aja ya?"

"A-aku mau kok, Kak. Tapi, aku mau izin sama Mama dulu ya?"

"Mau izin langsung atau—"

"Mau izin lewat telepon aja biar gak bolak balik."

"Oke, Kak Fazriel tungguin."

***

Di sepanjang perjalanan menuju rumah Kavi, keduanya sama-sama diam. Savinna bahkan enggan untuk berpegangan pada Kavi padahal Kavi sudah menyuruhnya untuk berpegangan.

"Savinna, kenapa diam aja?" tanya Kavi.

"Emang harusnya aku ngapain?" Savinna malah balik bertanya dengan nada yang masih ketus.

Gila, dia jutek banget kalo lagi marah. Dia pasti masih kesal karena gue gak ada kabar dari tadi pagi.

"Savinna suka coklat gak?" entah apa yang membuat pertanyaan random itu keluar dari mulut Kavi.

"Biasa aja," jawab Savinna singkat.

"Kalo ice cream?"

"Lumayan."

"Suka rasa apa?"

"Vanilla."

Setelah itu, Kavi hanya mengangguk paham dan suasana pun kembali hening.

Apa sih? Random banget pertanyaannya, batin Savinna.

Sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di kediaman Kavi bersama keluarganya. Disana, Rami sudah menunggu kedatangan mereka dan langsung menyambut Savinna saat gadis itu turun dari motor anaknya.

"Savinnaaa!" sapa Rami begitu senangnya menyambut kedatangan Savinna.

Savinna pun tersenyum sambil mengulurkan tangannya, "Assalamualaikum, Tante," Savinna memberikan salam sambil mencium tangan Rami.

"Waalaikumsalam, cantik. Ayo kita masuk ke dalam," ajak Rami yang langsung dibalas anggukan oleh Savinna. "Kamu mau sampai kapan duduk disana? Gak mau ikut masuk juga?" tanya Rami pada Kavi.

"Kalian masuk duluan aja deh, Kavi mau keluar dulu sebentar."

"Mau kemana lagi sih?" tanya Savinna dengan ekspresi wajah yang terlihat kesal.

"Mau ke depan dulu, sebentar aja kok ... boleh ya?"

Savinna sama sekali tidak memberikan respons apa-apa pada Kavi, agar Kavi peka jika ia tidak mengizinkan Kavi untuk pergi. Tapi kenyataannya, Kavi tetap saja menitipkan Savinna pada Rami lalu pergi entah kemana.

"Apa benar Kavi Kak Fazriel gak masuk sekolah hari ini karena Tante ngajak Kak Fazriel jalan-jalan?" tanya Savinna pada Rami yang tengah sibuk membuatkan minuman untuknya.

Rami pun terkekeh pelan, "Benar kok. Hari ini Kavi bolos sekolah karena Tante."

Ternyata Kak Fazriel jujur sama gue, batin Savinna.

"Tante dengar, kalian berdua baru aja jadian ya?" tanya Rami antusias.

Savinna pun tersenyum salah tingkah, "Iya, Tante. Kemarin sore kita baru jadian."

"Tante senang sekali dengarnya, kebetulan kamu dan Kavi memang kelihatan cocok lhoo," ungkap Rami terang-terangan. "Tante juga suka sama kamu, jadi sudah pasti Tante merestui hubungan kalian."

Savinna tentu saja mendengar ungkapan tulus dari Rami saat itu. Savinna dan Rami sama-sama merasa nyaman saat mereka sedang berbincang bersama. Walaupun keduanya baru bertemu dua kali, namun rasanya mereka berdua sudah sangat akrab seperti dua insan yang sudah saling mengenal satu sama lain dalam waktu yang cukup lama.

"Sebelum aku, apa Kak Fazriel pernah ngajak perempuan lain ke rumah?"

"Sama sekali belum."

"Masa sih, Tant? Kak Fazriel kan ganteng," jawab Savinna tidak percaya. Ekspresi polosnya justru membuat Rami gemas dengan anak itu.

"Tante serius lho, Sayang. Emang baru kamu aja yang pernah Kavi ajak kesini. Beberapa minggu lalu, Tante memang sempat tanya kenapa Kavi gak pernah ajak pacarnya main kesini, tapi dia bilang kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan," jelas Rami panjang lebar. "Dan sepertinya, kamu sudah berhasil buat dia keluar dari masalahnya itu."

Savinna pun mengangguk paham akan penjelasan dari Rami barusan, pasti cewek yang Tante Rami maksud ini Kak Amia deh, batin Savinna.

"Terus, apa Kak Fazriel pernah cerita tentang perempuan lain ke Tante Rami?" tanya Savinna lagi. Rami yang paham jika gadis itu sedang ingin tahu banyak tentang Kavi pun berusaha untuk menjawab semuanya dengan sejujur-jujurnya.

"Sepertinya, dulu pernah. Waktu Rania masih ada disini, Tante pernah dengar Kavi bercerita pada Rania tentang pacarnya itu."

Oh, jadi gue bukan yang pertama buat dia ya? batin Savinna sedikit kecewa.

"Tapi kamu tenang aja, itu sudah lalu sekali. Kavi juga pasti sudah lupa. Dan yang ada di hatinya sekarang adalah kamu."

Ekspresi kecewa Savinna berubah menjadi senyuman salah tingkah. Apa yang Rami bilang ada benarnya juga, Savinna tidak perlu mengkhawatirkan tentang masa lalu Kavi. Karena Savinna pun sudah sepenuhnya percaya jika Kavi tidak akan pernah menduakan cintanya.

Sekitar 15 menit setelah Kavi pamit pergi, akhirnya laki-laki itu pun kembali ke rumahnya dengan membawa sebuah tas belanja yang entah apa isinya.

Dengan ekspresi antusiasnya, Kavi bergegas menghampiri Savinna dan Rami yang tengah asyik berbincang di ruang keluarga.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam," jawab Savinna dan Rami secara kompak.

"Kamu habis beli apa itu, Kav?" tanya Rami yang penasaran akan isi dari kantong belanja yang Kavi bawa.

"Ini ada beberapa cemilan buat Savinna. Sama bakso buat makan siang kita hari ini."

"Wah, kebetulan sekali, Mama memang lagi kepingin makan bakso hari ini. Kalo gitu, Mama mau siapin peralatan makannya dulu ya?"

"Okey, Ma!"

Rami pun pergi meninggalkan mereka berdua untuk mengambil beberapa peralatan makan dari dapur.

Kavi melirik Savinna yang sedang fokus menatap layar televisi. Saat itu, Savinna hanya berpura-pura mengabaikan Kavi karena ia masih kesal lantaran Kavi tidak peka terhadapnya, "Serius banget, pacarnya sampai dicuekin," protes Kavi dengan bibir yang sedikit di majukan.

Savinna melirik pacarnya itu selama beberapa saat lalu kembali mengalihkan pandangannya karena tak kuat menahan rasa gemas.

Baru juga hari pertama pacaran, udah di suguhin sama yang gemes-gemes kayak gini, batinnya.

"Sayaaang," rengek Kavi.

Blush

Rona merah di pipi Savinna langsung muncul dan memberikan efek hangat pada tubuhnya. Savinna sangat tidak tahan dengan semua ini, rasanya ingin sekali menarik tangan Kavi lalu mengigitnya kuat-kuat saking gemasnya.

"Kamu masih marah ya sama Kak Fazriel? Kak Fazriel kan udah minta maaf, Sav. Maafin Kak Fazriel ya ..." ucap Kavi memelas.

"Kenapa beliin aku cemilan sebanyak itu?" tanya Savinna yang mulai tidak tega melihat pacarnya.

"Biar kamu senang dan mau maafin Kak Fazriel," jawab Kavi lugu.

"Tapi kan aku gak minta," protes Savinna.

"Kak Fazriel gak mau nunggu Savinna minta, pokoknya Kak Fazriel mau kasih ini buat Savinna, tolong diterima ya." Kavi sampai memohon pada Savinna untuk menerima pemberiannya itu.

"Yaudah iya, aku terima."

Senyuman Kavi pun merekah sempurna.

"Makasih!" ucap Kavi bersemangat.

"Kok jadi Kak Fazriel yang bilang makasih? Harusnya aku dong yang bilang."

"Oh iya, hahaha. Kak Fazriel lupa, Sav."

"Makasih ya, Kak."

"Sama-sama, Sayangku," balas Kavi disertai dengan senyuman tulus.

Paling gak bisa deh kalo udah dipanggil sayang-sayang kayak gini, eluh Savinna dalam hati.

"Lain kali gak usah repot-repot kayak gini, kan jadi boros juga, lebih baik uangnya di tabung aja, Kak."

"Gapapa kok. Kalo buat Savinna, uang Kak Fazriel gak ada habisnya," ucap Kavi disertai dengan gelak tawa.

"Ish, sombongnyaaa."

"Bercanda ya, maksudnya Kak Fazriel tuh, kalo buat jajan Savinna Insyaallah ada lah."

"Iya, tapi gak boleh boros-boros juga. Nanti aku marah lagi lho, kalo tau Kak Fazriel boros," ancam Savinna.

"Iya deh, janji gak boros-boros. Sewajarnya aja."

Savinna pun langsung mengacungkan jempolnya ke arah Kavi, "Good boy!"

Ungkapan dari Savinna barusan membuat Kavi merasa bangga atas dirinya sendiri.

Di sisi lain, Rami masih berdiri disana dengan beberapa peralatan makan yang sudah ia ambil dari dapur. Wanita paruh baya itu sengaja berhenti disana untuk menguping sekaligus menjaga agar obrolan antara Kavi dan Savinna tidak terganggu karena kedatangannya.

Jujur saja, Rami benar-benar kagum dengan Savinna. Ia tidak pernah menyangka jika gadis yang baru Kavi kenal beberapa minggu lalu itu bisa mengubah sosok Kavi menjadi sangat penurut. Selain itu, Rami juga bisa melihat betapa kuat ketulusan dari keduanya. Pada intinya, Rami benar-benar bersyukur karena Kavi telah dipertemukan dengan Savinna yang sepertinya bisa mengendalikan Kavi menjadi lebih baik.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!