NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24th : Fire

"Halo"

"Apa semuanya sudah siap?!"

"Sudah, nona"

"Kalau begitu, lakukanlah 5 menit dari sekarang!"

"Tapi, bagaimana dengan nona?"

"Aku akan segera keluar"

"Baik, nona"

Orang itu memutuskan sambungan teleponnya lalu memasukkannya kembali pada jaketnya.

"Kau sudah masuk dalam perangkap ku sekarang! Aku tidak akan membiarkan mu lolos kali ini!" seru orang itu lalu keluar dari persembunyiannya dengan sebuah pistol di salah satu tangannya.

Dari tempatnya, orang itu mengarahkan pistol nya pada Alya yang saat ini sibuk melakukan perlawanan dengan beberapa anak buahnya. Selang beberapa detik, orang itu menarik pelatuknya dan disaat yang hampir bersamaan Alya tumbang dengan posisi berlutut. Orang itu menembakkan sebuah peluru tepat di bagian belakang kaki Alya. Alya menundukkan kepalanya saat rasa perih menjalar dari kaki kirinya. Tanpa sadar, Alya menggeram keras dan bangkit dari posisinya dengan bertumpu pada kaki kanannya. Alya membalikkan tubuhnya dan melihat siapa orang yang sudah menembaknya.

"Kau?!" tukas Alya dengan sebuah handgun di tangan kanannya. "Aku tidak akan membiarkanmu lolos dariku!" ucap Alya lalu menarik pelatuknya. Namun, dengan cepat orang itu bergerak hingga peluru itu mengenai tembok. Tidak sampai disitu, Alya kembali menembakkan pelurunya saat orang itu terus saja bergerak. Bukan Alya jika ia mudah menyerah, Alya pun mengeluarkan satu handgun nya lagi dan menembakkan peluru dari kedua handgun nya. Dan membuat orang itu kewalahan jika saja seseorang tidak mendorongnya. Tubuh Alya terhuyung ke depan dan membuatnya terjatuh dengan posisi tengkurap.

Setelah itu, Alya menyipitkan matanya saat semua orang yang menyerang tadi berlari meninggalkan tempat itu. Begitu pun dengan seseorang yang menembaknya. Tetapi, Alya tidak tinggal diam dan kembali mengarahkan handgun nya pada orang itu lalu menarik pelatuknya.

"ARRGGHH..." teriak orang itu saat peluru yang Alya tembakkan berhasil menembus perut bagian kanannya.

"Nona?!" pekik anak buahnya serentak.

"Cepat bawa aku pergi dari sini! Arggh.." titahnya dengan salah satu tangan menahan perutnya yang mulai mengeluarkan darah.

"Ba...baik nona"

Sementara itu, Alya membalikkan tubuhnya dan berusaha bangun. Dengan susah payah, ia bangun dari posisinya lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok. Alya menyandarkan kepalanya dengan kedua mata yang terpejam. Selang beberapa saat, Alya memegang ujung celana berbahan karet yang ia kenakan pada kaki kirinya. Dengan gerakan yang sangat kasar merobeknya hingga sebatas lutut. Sesudah itu Alya mengambil slayer yang sebelumnya ia gunakan untuk menutupi wajahnya dan mengikatnya di kaki kirinya yang tertembak. Kemudian, Alya kembali menyandarkan tubuhnya sejenak.

Tiba - tiba Alya merasa ada sesuatu yang aneh. Ruangan itu mendadak terasa panas, dan asap mulai mengepul di sekitarnya. Mau tidak mau, Alya pun bangkit dari posisinya dan segera melangkahkan tungkainya untuk meninggalkan tempat ini. Alya membelalakkan matanya saat kakinya hendak menuruni anak tangga, terlihat kobaran api yang begitu besar di bawah sana.

"Oh come on!!!" gerutunya lalu berusaha mempercepat langkahnya yang terasa berat karena luka di kaki kirinya. Alya berpegangan kuat pada pinggiran tangga saat ia hendak melangkahkan tungkainya.

Namun, tiba - tiba kaki kirinya terasa sangat kaku dan sulit digerakkan. Alya menggigit bibir bawahnya saat rasa nyeri mulai terasa di kaki kirinya.

"Sshh.." ringisnya tertahan.

Dengan peluh yang bercucuran di wajahnya, Alya mendudukan bokongnya di anak tangga lalu berusaha berpindah menggunakan kedua tangannya. Dengan susah payah, ia memindahkan tubuhnya sedikit demi sedikit hingga membawanya di lantai dua. Alya telah berhasil menuruni satu lantai.

Alih - alih ingin bergegas menuruni anak tangga, Alya merasa sangat lelah. Ditambah dengan keringatnya yang terus mengalir akibat hawa panas yang dikeluarkan oleh kobaran api. Alya menyeka peluh di wajahnya lalu menepuk pelan dadanya berulang kali ketika napasnya seakan memburu.

"Alya?! Kau pasti bisa! Kau pasti bisa keluar dari sini! Come on! Alya?!" seru Alya pada dirinya sendiri. Ketika Alya ingin bangkit dari posisinya sebuah lemari kayu yang berada tak jauh darinya mulai miring saat api membakarnya secara perlahan. Alya pun tersentak dan berusaha menggeser tubuhnya dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Come on!! Alya?! COME ON!!!"  pekiknya. Tetapi, apa daya tubuhnya hanya bergeser sedikit saja. Tanpa sadar, ia menitihkan air matanya saat lemari tinggal beberapa senti lagi darinya. "Siapapun! Please tolong aku!" ujarnya lemah dengan kedua tangan terangkat melindungi kepalanya.

Brukk...

Alya terkejut saat ia menyadari jika dirinya selamat dari reruntuhan lemari kayu itu. Seseorang telah menarik tangannya dengan waktu yang nyaris bersamaan dengan lemari kayu itu yang tiba - tiba ambruk dengan api yang berkobar. Alya membalikkan tubuhnya dari posisinya yang telungkup dan matanya membulat saat seorang pria berpakaian serba hitam sama sepertinya tengah membungkuk ke arah dirinya seakan menjadikan dirinya perisai bagi Alya. Pria itu pun memindahkan tubuhnya saat mata mereka tak sengaja bertemu lalu memalingkan wajahnya cepat, sementara Alya merubah posisinya menjadi duduk.

"Siapa kau?!" tanya Alya saat tidak dapat mengenali pria itu karena penutup wajah yang ia kenakan.

"Kita harus segera keluar dari sini!" tukas pria itu mengalihkan pembicaraannya.

"Tapi--"

"Bangunan ini akan segera runtuh! Apa kau ingin mati disini?!" sergah pria itu lalu beranjak dari tempatnya.

"Tunggu! Aku akan ikut bersamamu!" ceplos Alya akhirnya.

Alya kesulitan untuk berdiri karena di sekitarnya tidak ada yang bisa digunakan untuk menopangnya. Tanpa perlu mengatakan apapun, sebuah tangan terulur di depannya.

"Cepat! Kita tidak punya waktu banyak! Bangunan ini akan runtuh kapanpun!" titahnya. Dan dengan senang hati, Alya menggenggam tangan pria itu dan menjadikannya penopang untuk berdiri.

Pria itu mempercepat langkahnya, tetapi tidak dengan Alya yang justru menggerakkan kakinya dengan sangat perlahan sembari berpegangan pada pinggiran tangga. Pria itu hanya mendengus kesal melihat Alya.

"Kau ini ingin mati yah?!" tukik pria itu. Bukannya takut, Alya justru bergumam tak jelas.

"Jika tidak ingin menolongku, pergi saja sana! Apa kau tidak lihat kaki ku terluka?! Persetan! Selamatkan saja dirimu! Aku bisa keluar dari sini!" tandas Alya dengan bibir mengerucut. Tanpa menjawab perkataan Alya, pria itu pun bergegas meninggalkan Alya.

"Dasar tidak punya hati!" gerutu Alya lalu kembali melangkahkan tungkainya.

Alya sudah berhasil sampai di lantai satu, tinggal beberapa langkah lagi ia bisa keluar dari bangunan ini. Tetapi, pandangannya tiba - tiba berputar dan napasnya yang mulai sesak akibat asap yang sangat pekat bahkan Alya sampai terbatuk - batuk saat ia tak sengaja menghirup asap - asap itu. Alya pun memukul - mukul dadanya, namun apa daya asap itu terlalu pekat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Karena sibuk dengan dirinya sendiri Alya sampai tidak menyadari jika plafon di atasnya akan segera runtuh.

"Uhukk.. Uhukk.."

Brukk...

"Arrgghh.." ringisnya pelan saat sebuah balok penuh api berukuran cukup besar jatuh mengenai punggungnya dan sedikit mengenai keningnya. Hingga mengakibatkan darah segar mengalir di wajahnya. Alya menyeka cairan merah di wajahnya, dirinya sudah tak bisa menahannya lagi. Pasokan oksigen dalam paru - parunya kian menipis dengan pandangannya yang mulai menggelap, Alya berseru, "Help me! Please!."

Sedetik kemudian, tubuh Alya terjatuh ke lantai dan tak bertenaga masih dengan balok yang ada diatas punggungnya.

"Alya?!" seru seseorang lalu menghampiri Alya yang sudah tak sadarkan diri. Dengan susah payah, orang itu memindahkan balok yang menimpa tubuh Alya dan memangku kepala gadis itu. "Alya?! Bangun! Alya?!" ujarnya sambil menepuk - nepuk wajah Alya yang sudah dipenuhi darah segar.

Tanpa pikir panjang, orang itu menggendong tubuh Alya dan membawanya keluar dari bangunan itu. Dengan asap yang begitu pekat dan mengepul, membuat orang itu kesulitan untuk melihat sekaligus bernapas. Tetapi, orang itu berusaha membawa Alya keluar dengan selamat meskipun orang itu sampai terbatuk - batuk karena menghirup asap terlalu banyak.

Dengan waktu yang tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lama, akhirnya keduanya berhasil keluar. Orang itu bergegas membawa Alya ke mobilnya dan meletakkannya di kursi belakang. Orang itu menyandarkan tubuhnya pada mobilnya, saat dirinya terbatuk cukup keras hingga membuat hidungnya terasa perih sembari memukul - mukul dadanya cukup kuat.

Sesudah itu, orang tersebut masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Sesaat sebelum ia menyalakan mesin mobilnya, orang itu melihat ke belakang lalu menggenggam tangan Alya cukup erat.

"Kumohon! Bertahanlah, Alya!"

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!