NovelToon NovelToon
Tahanan Ranjang Sang Mafia

Tahanan Ranjang Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta Paksa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:40.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Newbee

Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 29

Di tempat yang lain, Daisy perlahan membuka matanya, sinar terang membuatnya silau dan sedikit-demi sedikit dia dapat melihat bahwa itu adalah jendela dengan sinar orange, pertanda jika waktu menunjukkan matahari akan segera tenggelam.

Perlahan Daisy duduk dan melihat ke sekeliling, ia juga melihat tangannya yang terpasang infus, kepalanya seperti berputar namun setelah ia duduk dengan benar, kesadarannya pun kembali sempurna.

Ingatan Daisy kembali merasukinya, pemandangan-pemanandangan mengerikan, dan darah dimana-mana, serta luka yang mereka alami, belum lagi siksaan yang mereka hadapi, hingga membuat mereka seperti zombie hidup membuat Daisy kembali merinding dan memeluk tubuhnya sendiri, perutnya terasa mual dan kepalanya seperti di pelintir lagi.

"Astaga... Aku benar-benar hidup dengan monster biadaapp." Kata Daisy memegang kepalanya.

Daisy melirik telfon yang ada di dekat nya, perlahan ia mengambil gagang telfon dan memencet nomor-nomor yang ada di sana.

Sebuah rangkaian angka-angka yang ia ingat dengan jelas.

CEKLEK!

Tiba-tiba seseorang pun masuk, ia adalah Mena. Daisy terkejut dan sontak melemparkan gagang telefonnya.

"Me... Mena..." Kata Daisy.

"Nona... Anda sudah bangun? Anda berniat menghubungi kami?" Tanya Mena dan kemudian berjalan mendekat membetulkan telponnya.

"Menghubungi kalian?" Tanya Daisy.

"Ya, telepon ini hanya bisa di gunakan untuk menghubungi para pelayan di mansion, anda bisa melihat catatan nomornya di dalam laci." Mena kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan nomor-nomor para pelayan dari dalam laci.

"Telepon ini tidak bisa di gunakan untuk menghubungi orang lain?" Tanya Daisy.

Mena berhenti sejenak, kemudian ia tersenyum pada Daisy.

"Apa anda ingin menghubungi seseorang di luar sana?" Tanya Mena.

"Sejujurnya, aku... " Daisy kebingungan alasan apa yang harus ia buat, karena ia sendiri tidak memiliki kerabat dekat untuk di jadikan alasan bahwa ia merindukan mereka.

Akan aneh jika ia menggunakan, ibu tiri ataupun kakak tirinya, karena mereka bahkan membencinya.

"Sebenarnya saya ingin meminjamkan ponsel saya, tapi atas perintah Tuan Ben saya di larang memberikan alat telekomunikasi apapun kepada anda Nona. Maafkan saya." Kata Mena.

Daisy mengangguk tanda mengerti.

"Saya akan menyiapkan makanan dan memanggil Dokter Gavriel jika anda sudah sadar, agar dokter memeriksa anda lagi." Kata Mena.

Tak berapa lama Mena datang bersama para pelayan yang mengantar makanan, serta dokter Gavriel yang tersenyum pada Daisy.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Gavriel dengan ramah dan mengeluarkan alat periksanya.

"Lumayan. Terimakasih Dokter."

Daisy melihat Mena kemudian keluar bersama para pelayan.

"Ben sangat mencemaskanmu, ini pertama kali dalam hidupku, aku melihat penampakan wajah khawatir bercampur cemas di wajah pria dingin itu."

Daisy hanya diam, dan Gavriel menatap wajah Daisy, ia mencoba membaca apa yang ada dari wajah Daisy.

"Ben memang bukan pria yang bisa mengeluarkan dan mengekspresikan rasa suka atau rasa cintanya pada orang lain, tapi dari caranya dia memperlakukanmu pasti dia sangat menyukaimu." Kata Gavriel.

"Benarkah?" Kata Daisy tersenyum getir dan sinis.

"Banyak wanita di luar sana berlomba-lomba hingga mempertaruhkan harga diri mereka hanya untuk bisa masuk ke dalam mansion ini dan mendapatkan perhatian Ben." Kata Gavriel.

"Ohya? Saya rela jika mereka mau bertukar posisi dengan saya." Kata Daisy.

"Apa Ben seburuk itu? Hingga kau sangat benci padanya?" Tanya Gavriel.

"Entahlah... Saya...." Daisy berfikir apa yang ia benci dari Ben, dia tidak bisa memberikan alasannya, namun ia hanya membenci nya saja.

Sulit baginya menjelaskan alasannya pada dokter Gavriel, itu semua rumit dan sangat memalukan.

Daisy hanya ingin bebas dan tanpa kekangan, bahkan tidak suka menjadi tahanan, apalagi Ben telah merenggut keperawanannya, namun yang paling ia benci adalah karena ia juga menikmatinya.

"Kau hanya gengsi, untuk mengakui, bahwa perlahan kau menyadari bahwa Ben tampan dan memperlakukanmu dengan baik. Hanya karena kau melihat satu sisinya yang kejam jangan pernah berfikir ia juga akan memperlakukanmu seperti itu." Kata Gavriel kemudian sembari mencabut alat infus Daisy.

Daisy menggigit bibirnya menahan sakit.

"Sudah selesai, kau sudah sehat. Makanlah, tubuhmu akan semakin ber energi, jangan lupa untuk meminum obatnya." Kata Gavriel.

Daisy hanya mengangguk pelan dengan perasaan canggung.

"Kalau begitu aku akan pamit." Kata Gavriel.

"Dokter... Tuunggu..." Kata Daisy.

Gavriel kemudian berbalik dan melihat ke arah Daisy.

"Bolehkah... Jika saya... Meminjam ponsel anda? Saya harus menghubungi saudara saya, bahwa saya baik-baik saja. Ini sudah lama sejak saya meninggalkan rumah." Kata Daisy.

Gavriel kemudian tersenyum dan mengeluarkan ponselnya, lalu memberikannya pada Daisy.

Dengan tangan sedikit gemetar Daisy menekan beberapa tombol layar touchscreen ponsel mahal tersebut, kemudian ia meletakkannya ke dekat telinga.

TUUTT... TUUUUTTTT....

Panggilan itu tersambung, namun hingga waktu yang lama tak kunjung ada jawaban, sampai akhirnya panggilan mati.

Daisy merasa sedih.

"Bolehkah saya mencobanya sekali lagi?"

Gavriel mengangguk pelan.

"Silahkan."

Kemudian Daisy memencet nya lagi.

TUUTTT.... TUUUTTHHH....

Dan masih belum ada jawaban.

Pada akhirnya Daisy merasa, bahwa ini sia-sia. Dia mengharapkan apa dari orang yang bahkan baru saja ia kenal lalu memberikan nomor ponselnya untuk menghubunginya jika ada keadaan darurat.

Daisy tahu, pria itu akan dengan sangat mudah melupakannya. Daisy bukanlah orang penting, ia bukan orang dari kalangan atas.

Ketika Daisy hendak ingin memutuskan harapannya dan keyakinannya, ia akan memencet tombol merah, tiba-tiba suara yang ia kenal pun muncul.

"Halo? Siapa?"

Daisy langsung menatap Gavriel yang juga sedang menunggu, Daisy yakin pria itu tidak akan mendengarnya.

"Halo... Aku Daisy..."

"Daisy!!! Bagaimana keadaanmu, aku selalu menunggu kabarmu!!!

Daisy tahu, ia tidak boleh menyebutkan nama Dereck, di hadapan Gavriel, ia mengaku sedang menghubungi saudaranya, kata-katanya harus terlihat akrab.

"Aku... Merindukanmu... Seandainya kita bisa bertemu lagi, aku ingin mengatakan bahwa, aku.... Pastiii akan membuatkanmu americano lagi. Jadi, mungkinkah kita bisa bertemu lagi?" Kata Daisy sembari menangis.

"Aku sedang berusaha Daisy, apa kau memberikan kode bahwa kau ingin aku menyelamatkanmu? Tetap tersambung, Sekretarisku akan segera melacak mu. Aku akan mengatur bagaimana bisa menyelamatkanmu, jika kau bisa keluar maka kau harus keluar, sebentar lagi taman hiburan di pusat kota milikku akan segera di buka, kau pergilah ke sana dan aku akan mengatur semuanya, apa kau bisa? Jika berada di sana, bisa berikan tanda itu di pintu masuk dengan kain merah."

"Aku akan berusaha, sekuat tenagaku agar bisa." Kata Daisy.

Kemudian Daisy mematikan telepon nya, dan tersenyum pada Gavriel.

"Terimakasih Tuan Gavriel, dan maafkan saya."

"Bukan masalah yang besar, kau pasti merindukan saudaramu."

Daisy hanya tersenyum klise.

"Baiklah aku akan pulang, karena kau sudah sembuh. Ohya... Ben sangat khawatir, dan tidak pernah melepaskan tanganmu, jika dia tahu kau sudah sadar pasti dia akan segera pulang."

"Tuan Gavriel, saya mohon untuk tidak memberitahu Tuan Ben, agar menjadi kejutan baginya."

"Aaa.... Aku rasa kau mulai membuka hatimu. Baiklah. semangat!" Kata Gavriel tersenyum dan pergi meninggalkan kamar Daisy.

"Tuan Gavriel... Satu lagi... Apakah saya boleh meminta tolong sekali lagi." Kata Daisy.

"Apa itu?"

"Saya ingin berjalan-jalan melihat keluar, rasanya saya sangat stress karena berada di dalam mansion terus menerus, bisakah anda membantu saya mengatakannya pada Mena?"

Gavriel memikirkan itu dan mengangguk.

"Memang seharusnya kau perlu berjalan-jalan, aku akan mengatakannya pada Mena." Kata Gavriel.

"Terimakasih banyak Tuan."

"Panggil saja Dokter Gavriel." Kata Gavriel sembari tersenyum.

Di luar Mena telah menunggu dan menundukkan kepala pada Gavriel yang akan pulang.

"Mena, sebaiknya ajak Daisy berjalan-jalan keluar, itu akan mengurangi tingkat stressnya, jika di terus ada di dalam mansion maka, akan berbahaya pada mentalnya."

"Tapi Tuan... Jika Tuan Ben..."

"Bilang saja itu rekomendasiku." Kata Gavriel.

"Baik Tuan Gavriel."

bersambung

1
Qianna Khalisa
thor plis jgn ksh cobaan yg memisahkan ben dgn anak dan istrinya,dan jgn hilangkan ingatanya
Cintya Sari
pembalasan dimulai.... huuuuuuuuft 🤪
Widya
Gavriel sangat mewakili hahaha
Widya
sadis banget bang wkwk
Widya
gimana ga mau ngumpat ben kalo kelakuan dirimu aja begitu, kita kalo jadi daisy pasti ya begitu juga xixixi
nofriyatinnur _20
Luar biasa
Ressa Oktamella
Kwreennnn
Naysvaa_29
Biasa
Naysvaa_29
Kecewa
Cintya Sari
dag Dig dug🤪🤪🤪
Aditya
menarik banget
Cintya Sari
lanjutkan 😂
Cintya Sari
huuuuuuuuft.... semangat Daisy 💪
Cintya Sari
nyimakkkkkkkk dl perjalanan membaca awal 😂
Hana Syafa Zoey
agus sedih banget
Sandra Almeida
rkrk
Sandra Almeida
ahhh
Sandra Almeida
menarik
Sandra Almeida
Awee😷
Sandra Almeida
kasian
Ika Sanger: Wow menakjubkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!