Memeluk Yudistira
***
Yudistira masuk ke dalam cafe yang sudah ia rintis sejak kelas satu SMA. Setelah pulang sekolah ia sempatkan kesini untuk mengecek. Yudistira membuka jaketnya yang basah kuyup karena air. Diluar hujan sangat deras.
"Bos ada yang mau lamar kerja?" Suara Riski membuat Yudistira mendongak. Ia menatap aneh Riski, dia sudah menyerahkan tugas jika ada yang mau melamar pekerjaan melalui Riski ini kenapa diserahkan padanya.
"Kenapa tidak kamu urus aja?"
"Begini bos, dia masih SMP. Saya tidak tega nolak."
"Dimana dia?"
"Di ruangan bos."
Yudistira menghembuskan napas, kemudian keruangannya. Benar saja ada seorang gadis dengan seragam putih biru diselimuti jaket duduk di sofa. Gadis itu nampak terkejut melihat kehadirannya yang tiba-tiba.
"Kamu mau melamar pekerjaan?" Tanya Yudistira, ia duduk di atas meja.
"Iya." Gadis itu penasaran dengan pria berseragam putih abu-abu di depannya. Apa mungkin pria itu adalah pemilik cafe ini? Rasanya sangat tidak mungkin.
"Sebutkan nama dan umurmu?"
"Naomi Lee umur 14 tahun." Yudistira terdiam mendengar penjelasan gadis itu. Sial! Usianya bahkan belum genap 15 tahun.
"Agama?"
"Rahasia."
"Oke."
"Tunjukkan KTP mu?" Yudistira penasaran dengan gadis itu.
"Saya belum punya." Balasan gadis itu membuat Yudistira sadar akan kebodohannya. Gadis ini belum berumur 17 tahun.
Yudistira menghela napas memijat kepalanya yang tiba-tiba berputar. Gadis ini benar-benar aneh untuk ukuran umur 14 tahun. Ini kali pertama Yudistira menemui anak kecil yang mencari pekerjaan. Mungkin dia memiliki masalah dikeluarganya. Maklum usia remaja masih labil.
"Alasan kamu ingin bekerja disini?"
"Saya butuh uang untuk biaya sekolah SMA."
"Memangnya dimana keluargamu? Sampai kamu harus bekerja."
"..."
Naomi enggan menjawab. Ini masalah keluarganya tidak mungkin ia mengatakan jika ibunya tidak mau membiayai sekolahnya. Sejak kematian ayah, ia dibenci ibunya. Ibunya lebih menyayangi kakaknya. Bahkan ibunya menyuruhnya berhenti sekolah untuk bekerja. Karena kakaknya akan kuliah tahun depan.
Naomi enggan melakukan perintah ibunya. Ia memilih untuk mencari uang sendirimembayar biaya sekolahnya. Disinilah dia sekarang untuk mencari partime. Ia tidak ingin ditindas. Meski oleh ibu kandungnya sendiri.
"Kenapa diam?"
"Saya butuh uang. Jika saya tidak punya uang maka saya tidak akan sekolah."
"Posisi apa yang ingin kamu lamar?"
"Chef."
"Apa?" Gadis ini benar-benar beda dari yang lain. Yudistira lagi-lagi takjub. Umur 14 tahun ingin jadi chef.
Ia kira gadis itu akan melamar sebagai tukang cuci piring atau pelayan.
"kamu bisa masak?"
"Bisa."
"Kalau begitu masakan untukku 3 menu utama dan satu desert, jika makananmu enak. Aku akan menerimamu." Ternyata dia memang bosnya. Untung Naomi tidak macam-macam.
"Baiklah."
Kemudian mereka pergi ke dapur. Yudistira mengamati gadis itu dari belakang. Ia terpesona dengan cara gadis itu masak begitu cepat, rapi dan bersih.Mulai dari memotong bahan, membuat bumbu dan menumisnya. Naomi terlihat
dewasa dari pada umurnya yang masih kecil. Kenapa bisa begitu?
Yudistira menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh tertarik pada gadis ini. Bukan hanya karena masih kecil, tapi juga karena Naomi tidak mengakui Tuhannya. Ia jadi penasaran agama gadis ini sebelumnya?
"Aku tunggu di ruanganku. Kalau sudah selesai kamu langsung saja kesana."
Perkataan Yudistira hanya dibalas anggukan oleh Naomi. Gadis itu bahkan tidak menatap Yudistira sama sekali. Tidak seperti gadis-gadis pada umumnya yang selalu menatapnya penuh minat. Apa dirinya sudah tidak tampan lagi? Kenapa Naomi bisa kaku seperti itu?
Yudistira kembali ke ruangan. Ia berganti pakaian, ia tidak ingin sakit karena memakai baju basah. Ia menyimpan pakaiannya di ruangannya, ada kamar disana. Khusus untuknya istirahat. Nanti ia akan menyuruh pegawainya
untuk membawa pakaian ke loundri. Beginilah enaknya jadi bos diusia dini.
Cafe yang ia dirikan bernama Moment, Yudistira punya moto dimana kita harus menghargai setiap moment yang
terjadi di hidup kita. Agar lebih banyak bersyukur. Konsep desain cafenya lebih ke nuansa monokrom, ada beberapa spot foto, dan fasilitas yang lengkap seperti Wifi.
Ketukan pintu menyadarkan Yudistira dari lamunannya. Ia bangkit dari sofa lalu membuka pintu. Ternyata Naomi yang mengetuk. Gadis itu datang membawa makanan. Baru mencium aromanya saja sudah membuat selera makan Yudistira tergugah, tampilan menu itu juga cantik.
Yudistira melebarkan pintu membiarkan Naomi membawa makanan itu masuk. Ia terpana melihat makanan yang dibuat Naomi. Perutnya bahkan bersorak kelaparan. Gadis itu memasak Beefsteak, Nasi Goreng dan Spaghetti carbonara. Sedangkan desertnya Naomi membuat puding mangga. Cukup cepat dengan waktu satu jam membuat makanan ini. Kenapa gadis ini tidak ikut MasterChef saja? Yudistira lagi-lagi mentertawai kekonyolannya.
"Silahkan makan pak.." Ucap Naomi.
"Kamu sudah makan?"
Naomi enggan menjawab pertanyaan Yudistira. Ia terlalu malu untuk mengatakan tidak. Ia belum makan dari tadi pagi. Ia tidak punya uang untuk membeli makanan di kantin sekolah. Sedangkan tadi pagi ibunya membeli sarapan
namun hanya untuk kakaknya saja.
"Makan bersamaku."
"Tapi pak.." Naomi enggan, ia merasa tidak sopan. Apalagi mereka baru bertemu. Ia takut jika dipandang jelek oleh bosnya.
"Makan tidak ada penolakan." Perintah Yudistira menyerahkan sepiring nasi goreng yang di lengkapi potongan telur, sosis dan siur ayam.
"Baiklah."
"Kamu ini makan saja harus dipaksa."
Naomi tidak membalas. Ia memilih untuk menyendok makanan pelan-pelan. Ia berharap semoga masakan sesuai selera Yudistira. Ia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Ia harus merubah hidupnya menjadi lebih baik. Ia juga
ingin pindah dari rumahnya menjauh dari ibu dan kakaknya.
Yudistira berbinar merasakan makanan Naomi. Rasanya begitu enak, sangat pas di lidahnya. Dagingnya dimasak empuk dan bumbunya meresap rasanya candu untuk terus memakannya. Kenapa dari dulu ia tidak bertemu gadis ini? Ia pasti akan makan enak setiap hari. Ia penasaran darimana gadis itu belajar masak. Bahkan masakan ibunya kalah.
'maaf bun.' bisik Yudistira dalam hati.
"Kamu belajar masak dari mana?"
"Saya belajar sendiri." Dari kecil ia sudah suka memasak. Ayahnya lah yang mengajarkannya.
"Kenapa bisa seenak ini?"
"Tidak tahu." Naomi merasa ia masak seperti orang-orang pada umumnya dengan bahan dan cara yang sama.
"Mungkin keadaan." Gumam Naomi tanpa suara. Keadaan memaksanya untuk tumbuh dewasa di umurnya yang belum dewasa.
"Karena kamu masih SMP. Jam berapa kamu akan bekerja? Aku tidak ingin di teror orangtuamu atau gurumu karena menggangu sekolahmu."
'mereka tidak akan peduli.' balas Naomi dalam hati. Bahkan jika ia mati ibunya akan senang.
"Setelah pulang sekolah pukul 12 sampai jam 18." Naomi sudah merencanakan hal ini matang-matang. Ia menyusun rencana untuk menyambi sekolah dan bekerja. Ia juga akan bilang ke ibunya bahwa ada tambahan les di sekolah untuk ujian Nasional. Sehingga ia akan pulang pukul 6 sore.
Malamnya bisa ia manfaatkan untuk belajar dan mengerjakan PR. Ia harus pintar memanfaatkan waktu. Jika ia memiliki uang yang cukup maka ia akan pergi dari rumahnya. Ia lelah berada disana.
"Besok kamu bisa datang kesini untuk bekerja." Katakan Yudistira sudah gila menerima gadis kecil yang berusia 14 tahun untuk bekerja menjadi chef di cafenya. Semoga saja ia tidak dituntut komisi perlindungan anak seperti
si anjay yang lagi viral.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Damiri
bagus
2024-05-19
0
Binti Masfufah
menarik
2024-04-14
1