7
Bara Alfano Dirgantara. Laki laki tampan dengan ke-narsisan tingkat tinggi. Ia adalah seorang pengusaha muda pemilik perusahaan Dirg'Corp. Memiliki wajah tampan, merupakan anugerah terbesar yang ia miliki, karena dengan wajah tampannya ia bisa merasakan dicintai oleh banyak wanita di sekelilingnya.
Tapi hal itu ternyata tidak berlaku bagi Aylin, karena bagi Aylin, Bara adalah sosok laki laki paling menyebalkan yang pernah ia temui. Namun pertemuan antara Bara dengan Karin, putri dari Aylin. Membuat Karin merindukan kehadiran ayah yang tidak pernah ia temui selama ini. Lalu akankah permintaan Karin tentang kehadiran sosok Ayah akan Aylin kabulkan dengan menerima Bara sebagai suaminya? Ikuti kisahnya
Jangan lupa dukungannya, dan jangan lupa follow instagram aku @Ratu_jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Aylin dengan terpaksa duduk di karpet bersama dengan Karin dan Bara. Ia menyodorkan segelas teh kepada Bara yang langsung disambut baik oleh Bara. Setelah itu, ia meminum teh miliknya demi mengurangi kecanggungan yang saat ini melandanya. Sedangkan Bara, laki laki itu menyentil pelan telinga Karin, membuat gadis kecil itu menengok. Begitu Karin melihat kearahnya, Bara langsung mengedipkan sebelah matanya dan langsung dijawab Karin dengan kedipan teratur yang menggemaskan
"Bunda..." panggil Karin
"Ya Sayang, kenapa? Karin ingin teh juga?" tanya Aylin yang langsung dijawab gelengan oleh Karin "Lalu, Karin mau apa?"
"Karin ingin menonton TV" ucap Karin
"baiklah" Aylin langsung bergerak meraih remote kontrol untuk menyalakan TV dihadapan mereka
"Tapi ingin film horor" ucap Karin lagi membuat gerakan Aylin terhenti
"Film horor? Karin yakin?"
"Hm"
"Baiklah"
Aylin menatap Bara sebentar. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang aneh antara Bara dan Karin. Dua orang itu sedari tadi terus menerus tersenyum. Jika bukan karena Karin putrinya, mungkin ia akan berpikiran buruk dan berpikir bahwa Karin dan Bara tengah menertawakannya. Tapi mengingat Karin adalah putrinya, ia yakin putrinya tidak mungkin menertawakan dirinya
"Mmm Sayang, Karin yakin ingin menonton film horor?" tanya Aylin memastikan
"Sangat yakin Bunda"
"Baiklah"
Layar televisi mulai menyala, memperlihatkan bagian awal film yang sudah terlihat cukup menakutkan. Aylin melirik Bara dan Karin yang terlibat biasa saja. Dua orang itu terlihat begitu kompak menonton televisi tanpa berkedip seakan apa yang mereka tonton hanyalah tayangan kartun biasa
Padahal yang tidak Aylin tahu adalah, tangan Karin yang ada dibawah selimut tidak pernah lepas dari genggaman tangan besar Bara. Ya, demi menyalurkan rasa takutnya yang tidak bisa ia ungkapkan, Karin memilih jalan ini. Ia menggenggam tangan Ayahnya tanpa melepasnya walau sedetik 'pun.
Sedangkan Bara, laki laki itu tahu kalau Princess kecilnya pasti ketakutan, dan yang mampu ia lakukan hanya memberi usapan lembut di punggung tangan Karin untuk menguatkan gadis kecil itu. Namun tiba tiba, layar televisi berukuran besar itu dipenuhi oleh wajah sosok pemeran utama dalam film tersebut. Wajah pucat yang memiliki lingkar hitam di kedua bawah matanya itu terlihat begitu menyeramkan. Apalagi wajah itu dipenuhi oleh luka lebam dan darah dimana mana
"Aaaaa....."
Karin dan Aylin menjerit histeris secara bersamaan. Tanpa keduanya sadari, mereka telah saling berdempetan dengan tubuh Bara, bahkan kedua tangan mereka sudah memeluk tubuh Bara, membuat Bara menyunggingkan senyum tipis. Namun tak urung, ia tetap menenangkan kedua wanita itu dengan memberi usapan lembut di kepala mereka
"Ayah, apa hantunya masih ada?" tanya Karin
"Iya Princess, hantunya masih ada di sana" jawab Bara
Bara tidak berbohong bukan? Meskipun sosok hantu itu tidak lagi menampakkan wujudnya. Namun sosok itu pasti masih ada didalam televisi sana. Jadi, Bara tidak berbohong, ia hanya terlalu pintar beralasan
"Bara kau serius hantunya masih ada?" tanya Aylin ikut bersuara
"Iya tadi, tapi sekarang tidak lagi"
Mendengar ucapan Bara, Aylin segera melepas pelukannya. Sedangkan Karin, gadis kecil itu masih tetap memeluk Bara, dan menyusupkan wajahnya dengan nyaman di dada sang Ayah. Bara yang menyadari Karin tengah ingin bermanja dengannya, tanpa sungkan meraih tubuh Karin dan memangkunya
"Sudah Princess, hantunya sudah tidak ada lagi" bisik Bara
"Bunda, matikan saja Tv-nya, Karin tidak ingin menonton lagi" ucap Karin tanpa membalik tubuhnya
"Baiklah"