Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Bab 15: Dunia yang Baru, Masa Depan yang Tak Pasti
Dunia terasa tenang, tetapi di dalam hati Pangeran Leon dan Karin, ada ketegangan yang belum sepenuhnya hilang. Mereka berhasil mengalahkan Mata Bayangan, menghancurkan ancaman yang hampir menguasai segala sesuatu yang mereka cintai, tetapi kini mereka berdiri di ambang dunia yang baru. Dunia yang selamat dari kehancuran, namun penuh dengan ketidakpastian.
Mereka berdiri di atas bukit yang menghadap ke kerajaan mereka, di mana para penduduk perlahan mulai kembali menjalani kehidupan mereka setelah badai yang mencekam. Angin pagi yang sejuk bertiup lembut, menyapu rambut mereka dan memberi sedikit kelegaan di tengah beban yang mereka rasakan.
"Leon..." Karin memulai, suaranya lembut namun penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. "Apa yang akan terjadi sekarang?"
Pangeran Leon memandang ke kejauhan, matanya menatap tanah yang kini bebas dari kegelapan. "Aku tidak tahu, Karin. Kita telah menghancurkan Mata Bayangan, tetapi dunia ini akan membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya." Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya. "Namun, kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus memastikan agar ancaman seperti itu tidak kembali."
Karin menatapnya dengan rasa prihatin. "Kita berdua tahu bahwa dunia ini bukan tempat yang sempurna. Akan ada ancaman lain, kesulitan lain, dan mungkin... pengorbanan lain."
Pangeran Leon mengangguk pelan, menyadari kebenaran itu. "Aku tahu. Tapi yang lebih penting sekarang adalah kita bisa memberikan harapan kepada orang-orang. Kita harus memimpin mereka dengan bijaksana, meskipun kita sendiri merasa kehilangan."
Mereka berdua mulai berjalan menuruni bukit, menuju ke kerajaan yang masih penuh dengan dampak kehancuran yang sebelumnya terjadi. Namun, meskipun banyak yang hancur, banyak pula yang selamat. Orang-orang mulai berkumpul, saling membantu, dan membangun kembali dunia yang mereka cintai. Ada rasa solidaritas yang kuat di antara mereka, sebuah cahaya yang mulai menyinari hari-hari kelam mereka.
Saat mereka tiba di istana, mereka disambut oleh para penasihat dan prajurit yang setia. Namun, meskipun kerumunan itu terlihat bahagia, mereka bisa merasakan bahwa ada banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan banyak kesulitan yang akan datang.
"Pangeran Leon, Ratu Karin..." seorang penasihat senior berkata dengan penuh hormat, membungkuk di hadapan mereka. "Kami sudah mendengar tentang kemenangan kalian. Dunia ini berhutang budi kepada kalian. Namun, kami juga tahu bahwa ini bukan akhir. Kami membutuhkan petunjuk kalian untuk membangun kembali kerajaan ini."
Leon memandang para penasihat itu dengan tatapan yang tajam. "Ini bukan hanya tentang kita. Ini tentang seluruh kerajaan. Kita harus bekerja bersama untuk membangun kembali apa yang telah hilang. Dan kita harus bersiap menghadapi apa pun yang datang."
Karin menambahkan, "Kita harus menjaga agar kedamaian ini bertahan. Meskipun kita telah mengalahkan kekuatan gelap itu, kita tahu bahwa dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang bisa kita prediksi, tetapi kita harus menghadapi semua ini bersama."
Di dalam istana, mereka memulai diskusi panjang tentang langkah-langkah berikutnya. Mereka tahu bahwa dunia ini tidak akan kembali seperti semula. Kehancuran yang mereka alami meninggalkan bekas yang mendalam, dan banyak yang harus diperbaiki, baik secara fisik maupun emosional.
Sementara itu, di luar istana, dunia mulai bergerak maju. Orang-orang yang selamat kembali bekerja, merawat ladang, dan membangun kembali rumah mereka. Namun, meskipun semuanya tampak damai di permukaan, mereka semua tahu bahwa masa depan tetap tidak pasti. "Apakah kita akan berhasil menjaga dunia ini agar tetap aman?" pikir Leon dalam hati, meskipun dia tidak mengucapkannya.
Namun, ketika malam tiba, dan Leon serta Karin berdiri di balkon istana, menatap langit yang dipenuhi bintang, mereka merasa sedikit lebih tenang. "Apa pun yang datang, kita akan menghadapinya bersama," kata Leon pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri dan Karin sekaligus.
Karin tersenyum dan menggenggam tangan Leon. "Ya, kita akan menghadapinya bersama. Kita berdua sudah melewati begitu banyak hal. Dunia ini lebih baik dengan kita, dan kita akan berjuang untuk menjaga kedamaian yang telah kita ciptakan."
Pada saat itu, mereka berdua tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Meskipun mereka telah mengalahkan Mata Bayangan, dan dunia mereka telah diselamatkan dari kegelapan, tantangan baru akan datang. Mungkin mereka akan kehilangan lebih banyak hal, mungkin mereka akan menghadapi lebih banyak pengorbanan, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka tidak sendirian. Selama mereka bersama, tidak ada yang tidak bisa mereka hadapi.
Dan malam itu, mereka berdiri berdampingan, memandang bintang-bintang yang tampak begitu jauh, tetapi kini terasa lebih dekat dari sebelumnya. Mereka tahu bahwa perjalanan ini—meskipun penuh dengan ketidakpastian—adalah perjalanan mereka untuk dijalani bersama. Dunia mereka mungkin belum sempurna, tetapi dengan cinta dan tekad mereka, mereka akan memastikan bahwa kedamaian ini akan terus bertahan.
"Kita akan melindungi dunia ini, apa pun yang terjadi," bisik Leon, dan Karin menjawab dengan senyum yang penuh harapan. "Ya, kita akan melindunginya."
---
Malam semakin larut, namun Pangeran Leon dan Karin masih berdiri di balkon istana, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Langit malam yang penuh bintang tampak damai, tetapi di dalam hati mereka, ada badai yang tak terlihat. Dunia mereka telah berubah, dan meskipun kedamaian terjaga, mereka tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.
"Leon..." Karin berkata, suaranya hampir seperti bisikan, tetapi cukup keras untuk didengar di malam yang tenang. "Apakah kita benar-benar siap untuk memimpin dunia ini?"
Leon menoleh padanya, matanya menunjukkan perasaan yang dalam. "Aku ingin mengatakan 'ya', tetapi itu tidak semudah itu." Dia menarik napas dalam-dalam, menatap ke arah cakrawala yang gelap. "Kita tahu betul bahwa meskipun kita telah mengalahkan ancaman terbesar yang ada, dunia ini tidak akan pernah sepenuhnya aman."
Karin mengangguk pelan, tahu bahwa ini bukan hanya tentang menjaga kedamaian sementara, tetapi juga tentang menjaga harapan. "Dan kita berdua juga tahu bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari kita yang masih mengamati. Jika kita ingin dunia ini bertahan, kita harus belajar untuk bekerja sama dengan mereka, bahkan jika mereka adalah pihak yang sebelumnya kita lawan."
"Aku tidak pernah percaya bahwa kekuatan kita hanya bisa mengalahkan musuh dengan cara kekerasan," jawab Leon. "Tapi sekarang, aku menyadari bahwa kita harus menjadi lebih dari sekadar pejuang. Kita harus menjadi pemimpin yang bijaksana, yang mampu melihat ke depan, dan mempersiapkan masa depan untuk generasi yang akan datang."
Karin menatap Leon dengan penuh pengertian. "Kita sudah melewati banyak hal. Kita tahu betul bagaimana rasanya kehilangan, pengorbanan, dan penderitaan. Namun, aku percaya, justru karena itulah kita bisa lebih kuat. Karena kita memahami betapa berharganya kedamaian ini."
Leon mengangguk, dan dalam sekejap, dia merasa bahwa Karin adalah mitra sejatinya dalam perjalanan ini. Mereka telah melalui begitu banyak cobaan bersama, dan sekarang, di titik ini, mereka tidak hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk seluruh dunia yang ada di bawah tanggung jawab mereka.
Tiba-tiba, pintu balkon terbuka perlahan, dan seorang pengawal masuk, memberi hormat dengan sikap yang penuh rasa hormat. "Pangeran, Ratu, ada berita dari kota."
Leon dan Karin saling berpandangan, kemudian mengangguk. "Apa yang terjadi?" tanya Leon, suaranya kembali tegas, meskipun ada keraguan di dalam hatinya.
"Kerusakan yang disebabkan oleh Mata Bayangan masih terasa, namun ada tanda-tanda pemulihan yang cepat," jawab pengawal itu. "Orang-orang mulai kembali bekerja, namun ada beberapa daerah yang membutuhkan perhatian lebih. Ada banyak keluarga yang kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan mereka. Mereka membutuhkan bantuan segera."
Karin berpikir sejenak, kemudian berkata, "Kita harus segera turun tangan. Kita tidak bisa membiarkan mereka terabaikan hanya karena kita telah berhasil mengalahkan ancaman besar."
Leon mengangguk setuju, "Betul. Kedamaian yang kita bawa tidak akan berarti apa-apa jika orang-orang yang kita selamatkan masih menderita."
Mereka berdua segera memutuskan untuk pergi ke daerah yang paling parah terkena dampak. Mereka tahu bahwa perjuangan belum berakhir—memimpin berarti menghadapi tantangan yang lebih besar, tidak hanya melawan musuh yang tampak, tetapi juga melawan ketidakadilan dan kesulitan yang tak terhindarkan.
Sesampainya di kota yang porak-poranda, mereka disambut oleh penduduk yang masih terlihat cemas, namun ada secercah harapan di mata mereka. Leon dan Karin mengarahkan pasukan mereka untuk membantu membangun kembali rumah-rumah yang hancur dan mengirimkan pasokan makanan dan obat-obatan untuk mereka yang membutuhkan. Mereka bekerja tanpa lelah sepanjang malam, memberikan contoh bahwa pemimpin sejati tidak hanya memberi perintah, tetapi juga turun tangan.
Namun, di tengah upaya mereka untuk memulihkan keadaan, mereka masih merasa ada ketegangan yang menggantung. Keberhasilan mereka dalam mengalahkan Mata Bayangan mungkin telah menyelamatkan dunia, tetapi ancaman baru muncul di setiap sudut. Para pejuang yang pernah mengikuti mereka sekarang menjadi pihak yang lebih mandiri, sementara beberapa faksi yang lebih ekstrim mulai berjuang untuk mendapatkan kekuasaan, mencoba memanfaatkan ketidakstabilan yang tersisa.
"Ini belum berakhir, bukan?" Karin berkata pelan saat mereka beristirahat sejenak di tengah perbaikan yang terus berlangsung.
Leon menatapnya dengan tatapan penuh keprihatinan. "Tidak, belum. Perang yang kita hadapi mungkin telah berakhir, tapi pertempuran untuk kedamaian sejati baru saja dimulai."
Mereka berdua tahu bahwa meskipun mereka telah mengalahkan musuh besar mereka, tugas mereka untuk menjaga keseimbangan dan membawa kedamaian pada dunia ini baru dimulai. "Kita harus lebih berhati-hati sekarang," Leon melanjutkan. "Mereka yang menyimpan kegelapan di dalam diri mereka mungkin tidak akan berdiam diri."
Karin menggenggam tangan Leon dengan erat. "Tidak peduli apa yang datang, kita akan melawan bersama. Ini adalah dunia kita, dan kita akan melindunginya."
Ketika pagi tiba, mereka kembali ke istana, membawa semangat baru untuk memulai tugas yang jauh lebih besar—menjaga dunia dari kegelapan yang mungkin saja kembali menyusup, dan memastikan bahwa kedamaian yang mereka perjuangkan dapat bertahan untuk selamanya.