Olivia baru pertama kali berpergian tanpa pantauan kedua orang tuanya yang sangat posesif. karna rasa penasaran akan seperti apa dunia malam membuat Olivia masuk dalam penjara tawanan gairah pemuda impoten, Keenan Pradipta.
Percintaan panas yang terjadi satu malam menjadi alasan kuat Keen untuk menjadikan Olivia sebagai istrinya.
“Gairahku hanya ada padamu, cantik. Lalu kenapa aku harus melepaskanmu?” tanya Keen dengan tangan yang melingkar mesra dipinggang Olivia.
“Gairah-gairahmu kenapa juga aku yang menderita, ha? dasar pria gila impoten lagi!” umpat Olivia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCPI 6
Sebenarnya ini semua posisi yang membingungkan, kemungkinan Keen kalau menunjukkan Oliv pada keluarga maka akan memancing kemarahan lagi. Dan Raga tidak mau melihat Keen kesulitan nantinya, pasti semua ini akan terselesaikan dengan baik.
“Tapi tenang saja, Tuan. Karna bagaimana pun Tuan besar berada di Amerika dan kemungkinan tidak akan ke Indonesia,” ucap Raga yang mana sebenarnya Keen juga berpikir sampai sana.
Raga langsung menghentikan ucapan selanjutnya karna kedatangan Oliv yang sepertinya sedang kelaparan. Wanita itu menatap kearah Keen yang sedang sama juga menatapnya.
“Ada apa, sayang?” tanya Keen yang mana mengarahkan Oliv untuk duduk di pangkuannya.
Tentu saja Raga merasa geli melihat Tuannya itu, lama menjadi seorang impoten setelah mendapatkan juri kunci gairahnya malah menjadi berlebihan seperti ini. Raga tidak mau melihat hal-hal yang lebih lagi, pria itu langsung melangkah pergi untuk kembali ke Apartemen miliknya.
“Aku lapar..” ucap Oliv dengan suara yang sangat lemah membuat Keen menjadi tidak tega mendengarnya. Keen meraih tangan Oliv untuk duduk di pangkuannya, ya meskipun Oliv sedikit memberontak.
“Aku sudah besar, tidak mau di pangku begitu!” tolak Oliv, ia tetap memaksa bangkit. Tapi, Keen tetap bersikukuh agar Oliv duduk manis di pangkuannya.
“Tapi kau bayi dimataku, sayang. Bayi yang selalu ingin aku cium dan aku manjakan setiap harinya,” ucap Keen berbisik di telinga Oliv.
Tentu saja Oliv langsung merinding kala Keen mulai mengecup lehernya, salah satu hal yang membuat Oliv selalu tidak nyaman adalah perilaku mesum Keen.
“Kak, sudahlah!” Oliv menjauhkan wajah Keen dari area wajahnya, ia risih tentunya.
Keen tersenyum saja, ia melingkarkan kedua tangannya dipinggang Oliv. “Aku lapar bukan mau saling tatap seperti ini denganmu!” ucap Oliv dengan sangat ketus, ia kesal setengah mati melihat Keen yang aneh itu.
“Sayangku mau makan apa?” tanya Keen sambil mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja. Ia membuka aplikasi penjual makanan online, menyerahkan ponsel itu kepada Oliv.
“Atau kau ingin masak sendiri? Ada semua bahan-bahan di lemari pendingin, kau bisa memasak sesukamu,” ucap Keen.
Oliv menggelengkan kepala saja. “Tidak, aku tidak ahli dalam memasak karna tidak pernah diberi izin oleh Daddy,” Sungguh Oliv mengatakan semua itu dengan jujur tanpa malu sedikitpun.
Sifat itulah yang Keen sukai dari Oliv, selalu mengatakan semuanya dengan jujur. Terkadang wanita jaman sekarang lebih suka dilihat sempurna, hingga selalu mengakui segala hal dengan sangat angkuh padahal sebenarnya tidak mampu untuk melakukan itu. Tapi, Keen tidak menemukan sifat seperti itu dari sosok Oliv.
Oliv memilih nasi goreng seafood sebanyak dua bungkus, dan tidak lupa jus jeruk sebagai pelengkapnya. Keen hanya diam memperhatikan wajah cantik itu sepuas-puasnya, Keen tidak pernah bosan sedikitpun memandang wajah Oliv terus menerus.
“Besok setelah aku bekerja akan menemani dirimu berbelanja berbagai barang yang kau butuhkan,” ujar Keen sambil meletakkan kembali ponselnya di meja.
Oliv tidak merespon apapun hanya diam saja. “Aku memikirkan Daddy dan Mami yang mungkin sedang khawatir sekarang,” ucap Oliv dengan wajah yang menyedihkan.
“Nanti kita akan menemui orang tuamu, aku akan meminta izin dan meminta maaf. Tapi, tidak sekarang karena banyak hal yang harus aku lakukan,” ucapan Keen tidak membuat Oliv senang sedikitpun.
Melihat Oliv yang sedih itu ntah kenapa membuat Keen tidak tega, tapi melepaskan Oliv begitu saja akan membuat kehidupan Keen menjadi hancur. Keen sangat terikat dengan Oliv, mengingat hanya bersama wanita itu ia merasakan gairah yang sesungguhnya. Dan Keen tidak mau mencari wanita lain lagi, memiliki Oliv sudah sangat cukup baginya.
Keen yakin jika Oliv hanya belum terbiasa saja, ia pun lebih memilih untuk menenangkan Oliv dari pada membawa wanita itu menuju kedua orang tuanya. Keen menggendong Oliv bagaikan koala, menenangkan wanita yang mulai menangis itu.
“Menangislah sesukamu jika itu yang membuatmu lega, sayang..” ucap Keen sembari mencium pucuk kepala Oliv terus menerus.
Sebenarnya tidak pernah Keen memperlakukan wanita seperti ini, ia termasuk pria yang jarang berinteraksi dengan para wanita. Kalau Keen mau banyak wanita yang selalu siap memberikan tubuhnya hanya saja Keen merasa hal seperti itu hanya menghabiskan waktu saja.
Oliv terus menangis dalam pelukan Keen, hingga lama-lama ia sudah lebih tenang. Dan kini menikmati gendongan sang suami yang selalu membawanya kesana-kemari. Oliv bagaikan sosok bayi yang tidak tahu apa-apa, Keen benar-benar memperlakukan Oliv selayaknya bayi.
“Sudah lebih baik?” tanya Keen sembari menurunkan Oliv diatas meja makan.
Oliv menjawab dengan anggukan kepala saja, ia menatap penuh kearah Keen yang memiliki tubuh yang kekar dan tinggi jangkung. Oliv mengalihkan pandangan matanya kala bertemu dengan tatapan mata Keen.
“Jangan sedih lagi ya..” ucap Keen sembari mengelus pipi bulat Oliv.
Perlahan elusan itu menuju bibir, Keen menyentuh bibir ranum milik Oliv yang sangat menggoda. Perlahan wajah Keen mendekat, ia meraih tengkuk Oliv lalu melakukan pagutan bibir secara sepihak. Oliv tidak tahu cara membalasnya, ia pun enggan melakukan itu dan tidak akan menikmati hal itu.
Tapi semua prinsip Oliv itu runtuh kala Keen mengigit bibir bagian bawahnya hingga terpaksa Oliv mulai mengikuti pergerakan bibir Keen yang sangat lihai. Tangan Keen menggerayangi dibawah sana, meremas dengan lembut dua bongkahan yang menggoda itu. Bersama dengan Oliv mudah sekali Keen terpancing dan selalu menginginkan hal lebih.
Pagutan bibir itu terlepas kala mendengar suara bel, pasti delivery makanan yang mereka pesan tadi. Keen menyeka bekas pagutan itu di bibir Oliv, tersenyum sangat manis kepada Oliv yang terlihat berantakan.
“Kau semakin cantik sehabis aku cium seperti itu,” ucap Keen dengan senyuman smirk nya.
Sungguh menyebalkan bagi Oliv, ia mengalihkan pandangannya kearah lain karna kesal. Keen pun menuju pintu masuk karna suara bel terus berbunyi, disaat itulah Oliv melihat kearah Keen yang berjalan.
“Ck, pria gila!” umpat Oliv tentunya dengan suara yang pelan.
Berulang kali Oliv mengusap usap bibirnya untuk menghilangkan rasa bibir dari Keen. Ia tidak akan membiarkan terus-menerus Keen sesukanya seperti ini, hanya saja memberontak akan percuma. Keen selalu memiliki cara yang fantastik untuk membuat Oliv menjadi patuh sepatuhnya.
“Kenapa bibir itu terus kau usap, sayang? Mau aku bungkam lagi dengan lumatan yang lebih hot dari tadi?” Pertanyaan itu membuat tubuh Oliv seakan membeku tidak berani bahkan melihat kearah Keen.