NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:989
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32_Parfum

"Anda sedang tidak menipu atau menjebak sayakan, ndan?"

"Saya mengatakan apa yang saya tahu dan sepemahan saya tuan Marcell Albertopraz dan jika di sana Anda terjebak atau terkena masalah, itu di luar kendali saya."

"Maksud Anda?" tanya bingung Albert.

"Berhati-hatilah di sana dan bijak lah dalam mengambil keputusan," berjalan melewati dan meninggalkan Albert sendiri, menuju jalan pulang.

"Ndan," panggil Albert sedikit berteriak, badannya berbalik cepat, berputar melihat Ahmed yang berjalan meninggalkannya di tengah hutan belantara ini.

Ahmed berbalik badan setelah beberapa langkahnya melangkah kala mendengar Albert berteriak memanggilnya ndan "ingat pesan saya ini, tidak semua teman bisa jadi teman, bisa jadi ia adalah musuh, dan juga, tidak semua musuh adalah musuh bisa jadi ia akan jadi temanmu, nanti," berbalik badan dan berjalan lagi, meningalkan Albert kembali.

"Ndan," panggil Albert dengan sedikit meninggikan intonasi suaranya namun tidak digubris Ahmed sama sekali, yang tetap terus berjalan sampai Ahmed menghilang di telan jarak dan juga tertutupi rumput tinggi dan pohon besar yang tumbuh mengelilingi.

"NDAN," teriak panggil Albert berulang kali. "Ndan sialan," lirih Albert akhirnya kala melihat Ahmed benar-benar tidak terlihat lagi di penglihatan matanya.

"Satu kilo, bangunan kayu kosong, bertingkat," ulang kata Albert, merangkum  dan mengulang kata inti yang Ahmed ungkapkan tadi sebagai informasi. "Sialan," desis geram Albert "dari dia punca masalah ini terjadi, malah aku yang harus menyelesaikan," lirih Albert, berbicara pada dirinya sendiri.

Di lain sisi, Anz berdiri berdekatan sekitar satu meter lebih dekat dengan dinding, dua tangannya di ikat dengan rantai besi yang terhubung dan terikat di dinding besi lainnya yang bagaikan jeruji. Anz berdiri dalam keadaan tidak sadarkan diri, kepalanya menunduk dan kakinya juga diikat dengan rantai besi.

Bratokaz duduk di kursi di luar ruang jeruji Anz berada, bibirnya tersenyum tipis dan matanya menatap sinis.

"Bos," panggil ajudan terdekat Bratokaz yang berdiri di sampingnya. "Kita apakan betina itu."

"Bangunkan dia," ucap Bratokaz tanpa mengalihkan pandangannya dari Anz.

Salah satu ajudan Bratokaz itu duduk memperhatikan saja di salah satu sudut ruang, ia sibuk dengan urusannya sendiri namun telinganya fokus mendengarkan. "Bos," panggilnya dan direspon dengan tatapan mata oleh Bratokaz "mau gunakan cara yang mana?" menunjukan satu ember air berwarna hitam dan juga dua kabel di tangannya dan di masing-masing ujung kabel itu, terdapat kawat besi.

"Dalam ember itu isinya apa?" Tanya Bratokaz.

"Parfum kaki empat campuran melata," tersenyum lebar sehingga menampilkan gigi samping bagian atas dan bawah laki-laki itu yang terlihat kosong sehingga terlihat barisan gusinya itu.

Sudut bibir Bratokaz masih terangkat ke atas satu sisi, tersenyum sinis "gunakan dua-duanya."

Ajudan yang menawarkan cara membangunkan Anz itu segera beranjak berdiri dan melangkah dengan membawa serta ember yang berisikan parfum yang ia maksudkan tadi dan kemudian menyiram kasar cairan hitam dari ember tersebut ke wajah Anz.

Anz yang semula tidak sadarkan diri itu, terbangun dan tergagap, napasnya tertahan. Mata Anz perlahan terbuka yang kemudian, pandangan  Anz yang tertunduk dan terangkat perlahan dan melihat laki-laki berbadan besar tanpa ada sehelai kain yang menutupi tubuhnya sedang duduk tenang dan tersenyum menatap dirinya.

Pandangan mata Anz menatap laki-laki itu dengan pandangan mata tajam. Badannya merasakan perih dan nyeri yang luar biasa, terutama bagian lutut, dan bagian belakang badan Anz.

Tidak ada kata yang keluar dari mulut Anz, hanya ringisan akan kesakitan yang terus menggelayutinya. Tidak sampai di situ, Anz merasakan isi perutnya yang terasa teraduk-aduk bagaikan ingin berpamit izin keluar dari tubuh Anz kala indra penciuman Anz, mencium bau darah busuk di tubuhnya sendiri.

"Ah betina cantikku mual ternyata," ucap Bratokaz, berdiri mendekati, memegang jeruji besi yang tersusun rapi, dan berselang itu, berselangnya antara antara sekepal tangan di antara masing-masing jeruji itu. Pandangan mata Bratokaz teralih menatap ajudan yang selalu ada di sampingnya "mandikan dia," ucapnya.

Ajudan itu dengan segera mengisyaratkan perintah tersebut pada ajudan yang lain dan dengan segera ajudan yang di perintahkan itu keluar dari ruangan tersebut dan kembali lagi dengan membawa air putih bersih dalam ember lainnya dan menyerahkan air bersih tersebut pada ajudan terdekat Bratokaz.

Bratokaz mengangkat tangan kanannya ke atas mengisyarat menunggu.

"Kenapa bos? Tanyanya.

"Tunggu. dia lagi menikmati harumnya parfum yang kita berikan," melihat Anz yang sedang mengeluarkan sisa makanan dari dalam perutnya.

"Kurang ajar kalian," lirih Anz di sela-sela memuntahkan isi perutnya itu. Anz masih merasakan perutnya itu bagaikan naik dan turun, tangannya yang terikat ke atas tidak bisa ia gunakan memegangi perutnya yang mulai merasakan kram yang luar biasa.

"Selamat menikmati nona betina," ucap Bratokaz, tersenyum lebar, memperlihatkan wajahnya yang begitu tampan, lengan dan kakinya yang berotot, perutnya yang kotak-kotak bagaikan bata tersusun dan juga inti dari tubuhnya yang besar dan bergenlantungan bagaikan ulat berukuran jumbo.

Anz mengalihkan pandangan matanys dari Bratokaz yang kemudian melihat muntahannya sendiri dan Anz pun kembali muntah-muntah. Entah sudah berapa belas menit berjalannya waktu, Anz melirik-lirik sekilas Bratokaz yang berjalan, duduk dan mondar mandir sendiri tidak jelas.

Anz merasakan badannya yang sudah mulai melemah, muntah makanan yang ia makan sudah habis dan di gantikan dengan cairan putih dan kini muntahannya berbentuk cairan berwarna hijau yang dikeluarkannya dan terasa sangat pahit.

"Apa yang kalian inginkan dariku?" Tanya Anz akhirnya bersuara lirih setelah muntahannya tiada hentinya itu, kini mulai mereda.

"Bimbingan," jawab singkat padat Bratokaz dan pandangan matanya menatap Anz tajam.

"Bimbingan," ulang lirih Anz. Pandangan mata Anz mulai memudar yang kemudian gelap dan akhirnya menghilang. Anz kembali tidak sadarkan diri berdiri bagiakan berlantungan dengan tangannya yang masih terikat ke atas bagaikan huruf Y.

"Halah," ucap tiga orang itu yang melihat Anz pingsan lagi.

"Bawa masuk si krempeng itu ke sini," ucap Bratokaz yang duduk kembali di atas kursinya itu.

Laki-laki yang sibuk keluar masuk itu, sibuk mengambil sesuatu yang di perlukan Bratokaz, kini ia keluar dan masuk lagi membawa laki-laki kurus yang di tolong Anz tadi. Keadaannya juga tidak berbeda jauh dengan Anz, tangannya di pasung dengan pasung kayu panjang sehingga tubuhnya bagaikan huruf T.

Laki-laki itu berjalan perlahan dan tertatih merasakan perih pada telapak kakinya yang baru saja ia dipaksa berjalan di atas bara api.

"Cepat," ucap laki-laki itu dengan mendorong kasar tubuh laki-laki kurus yang di pasung itu.

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!