Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setelah habis mata pelajaran. Rania gegas memasukan buku dan juga peralatannya ke dalam tas, agar bisa cepat cepat ke luar dari kelas dan pulang menemui sang suami. Karena dia males beramah tamah dengan dosennya itu, dia hanya sebatas dosen dan murid, dia ngak ada kepentingan lain dari itu, dosennya itu selalu saja mencari cari alasan untuk menahannya.
"Rania, bisa ke ruangan saya sebentar" ujar Tian sang dosen.
"Maaf pak, tidak bisa pak, lagian tugas saya udah selesai, dan tidak ada hal hal penting menyangkut perkuliahan saya tidak bisa." tegas Rania, yang sudah tau maksud terselubung dari dosennya itu.
"Saya minta tolong sama kamu, untuk memeriksa hasil ulangan teman teman kamu" ujar dosen beralasan.
"Bukanya sudah di periksa pak, lagian saya bukan asdos, jadi bukan kewajiban saya untuk memeriksa" ujar Rania tegas, dia tidak akan mau di dekat dekatkan temannya.
"Haduuhhh... Ini anak susan banget sih ngedeketin dia, ngak pernah mempan di ancam atau apa lah, pasti ada saja yang membuat dia tidak mau ikut" gerutu sang dosen.
"Apa kamu tidak sopan selalu menolak permintaan dosen kamu!" ujar Tian berusaha mengintimidasi Rania.
"Tidak sopan dari mana pak, saya tidak membangkang dan saya tidak pernah membuat kesalahan, segala tugas tugas saya saya kerjakan dengan baik dan tidak ada yang salah, klau masalah mengenalkan saya dengan teman bapak dan meminta saya menemani teman bapak untuk makan siang, itu bukan urusan saya, tidak ada urusanmu dengan masalah di kampus pak, sekali lagi saya tekankan saya tidak suka dengan teman bapak, dan bapak jangan selalu memaksa saya, saya bisa saja melapor ke dekan atau ke rektor, saya merasa terganggu, dengan tindakan bapak" ancam Rania, terserah lah, dia mau di pecat dari kampus itu dia sudah tidak perduli, kenapa dosennya ini terlalu bersemangat mendekat kan dia dengan temannya, ini sangat menyebalkan buat Rania.
Deg....
"Sialan anak ini" gumam Tian dengan mengetatkan rahangnya, tidak menyangka Rania bisa mengancam dia.
"Permisi Pak, saya duluan" ujar Rania sopan dan mengajukan kepalanya dan berlalu dari dalam kelasnya.
Tian sang dosen, hanya terbengong melihat kepergian Rania, yang semakin anggun dan cantik setelah berhijab, namun semakin sulit untuk di dekati.
"Sory bro. Gue ngak bisa lagi membantu loe, dari pada karir gue yang jadi taruhan, lebih baik gue mundur, berusahalah sendiri jangan libatkan gue lagi" gumam Tian dalam hati, melihat punggung Rania semakin menjauh dari hadapannya.
"Gimana! mana anaknya?" tanya Radit saat Tian baru sampai di dalam ruangannya.
"Hufff..." Tian menghempaskan bokongnya, di sofa empuknya di ruangan itu.
"Loe usaha sendiri aja bro, gue sudah ngak bisa memaksa dia, dia tadi sempat mengancam gue, dia ingin mengadukan gue ke dekan atau rektor, gue ngak mau punya masalah, dan karir gue hancur" ujar Tian.
"Ncek, gitu aja loe takut" cibir Radit, yang sebenarnya dia juga kesal, susah sekali mendekati perempuan itu.
"Klau loe bisa sendiri, usaha sana, bukan nyuruh nyuruh gue" ketus Tian, dia sudah kesal gara gara Rania, yang tidak ada takut takutnya sama dia, dan di tambah lagi sama teman ngak ada akhlak ini, gara gara dia Rania tidak ada hormat, hormanya sama dia, membuat dia menyesal telah mau di suruh suruh sama Radit.
"Ok, ok jangan marah dong, gue minta nomor Rania dong" ujar Radit pada akhirnya, dia ingin menghubungi perempuan itu lansung.
Tian tidak ingin berlama lama berurusan dengan Radit, akhirnya tanpa pikir panjang lansung memberikan nomor Rania.
Dan setelah itu Radit ke girangan dan lansung menelpon Rania dan mengirim banyak pesan. membuat gadis di seberang sana mendengus kesal
Ting....
Sebuah pesan masuk ke dalam hp Tian.
"**Apa kah, bapak tidak terlalu lancang memberikan nomor hp saya kepada orang yang tidak berkepentingan, itu sama saja bapak melanggar undang undang! jangan pernah menyebar nomor saya sama orang lain tanpa persetujuan saya pak!!" **
Bersambung...