Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. NICHOLAS RAIN WILSON
Seluruh kota Ohio, masih diguyur hujan deras malam itu. Jalanan ibu kota mulai sepi. Hanya satu atau dua kendaraan yang lewat di depan Rumah Tahanan Kota itu. Suasana sepi juga menyelimuti ruang sel blok A nomor 10, setelah suatu peristiwa yang luar biasa terjadi dalam kamar tahanan mereka.
Sementara para narapidana yang ada di sel itu kembali menghuni tempat tidur mereka masing-masing. Bergelung dibalik selimut penjara yang tipis dan dingin. Lain hal nya dengan Deborah, seorang wanita terpidana kasus pembunuhan terhadap selingkuhan suaminya.
Deborah dengan rela membersihkan tempat tidur Zee, yang kotor oleh darah. Selama ini, Deborah adalah seorang narapidana yang dingin dan tidak memiliki empati terhadap orang lain.
Namun, setelah mendengar kisah Zevanya dari Marilyn, Deborah merasa kesakitannya dikhianati suami, tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami Zevanya.
Hatinya terluka saat melihat wanita malang itu merintih kesakitan. Dirinya pun tidak tega melihat raut wajah Zee yang tampak lelah dengan penderitaan.
Seharusnya, seorang wanita yang akan melahirkan itu, ditemani oleh suami mereka, untuk memberikan kekuatan dan cinta.
Namun tidak dengan Zee. Selama hampir satu tahun wanita muda itu menjalani hukumannya didalam penjara. Tak seorang pun saudara atau pun kerabat yang datang mengunjunginya. Begitu pula dengan ayah dari bayi yang dilahirkannya. Wanita itu benar benar sebatang kara.
"Sungguh malang sekali nasibmu, Zee." Gumamnya.
Sementara itu di rumah sakit tempat Zee dirawat. Tubuh pucat dan kurus itu masih tergolek lemah di ranjang rumah sakit, dia baru saja mengalami pendarahan hebat.
Marilyn masih setia menemani bayi kecil nan tampan milik Zee, diruang perawatan bayi. Makhluk kecil tak berdosa itu berada di dalam sebuah kotak kaca dengan lampu kecil didalamnya.
"Bocah tampan, aku jatuh cinta padamu nak, siapa ya namamu? Marilyn bicara sendiri sambil meletakkan tangannya dikotak kaca itu.
"Bagaimana kalau aku memberimu nama RAIN, karena kau lahir saat hujan turun dengan deras tadi malam." Kata Marilyn tersenyum.
"Aku akan memberitahu mommy mu nanti, dia pasti akan menyukai namamu,” bisik Marilyn.
Makhluk kecil itu menggerakkan tubuhnya, seolah menyetujui ucapan Marilyn.
"Sayang sekali mommy mu belum juga bangun. Apa kau tidak merindukannya?" Sahut Marilyn lagi. Bayi tampan itu menggeliat, namun matanya masih setia terpejam.
"Jika suatu saat aku bebas nanti, aku akan membawamu bersamaku, Nak. Aku akan merawat mu dengan baik. Aku janji!" ujar Marilyn tersenyum haru.
Dikamar perawatan Zee, wanita muda itu baru saja tersadar dari pingsannya. Matanya menatap ke sekeliling ruangan. Dia tidak menemukan siapa-siapa disana.
Ruangan itu berukuran kecil, hanya ada satu tempat tidur dan kursi tamu. Seluruh dinding ruangan berwarna putih. Zee mengenali bahwa sekarang dia berada dirumah sakit. ,
Zee meraba perutnya yang sudah kembali rata, Zee ingat, bayinya telah lahir tadi malam di kamar tahanannya yang dingin. Zee tersenyum getir.
"Maafkan mommy, seharusnya kau tidak lahir ditempat seperti ini, nak,” Batinnya.
"Kamu sudah bangun, Sayang," Marilyn masuk keruangan tempat Zee dirawat sambil menggendong bayi tampannya.
Marilyn duduk disamping ranjang dimana Zee masih berbaring lemah.
"Zee, lihatlah bayimu dia sangat tampan!" puji Marilyn. Marilyn mendekatkan bayi mungil itu didada Zee. Zee menoleh sesaat, air mata mengalir dari sudut matanya. Wajah itu mengingatkan Zee pada seorang pecundang yang pernah menjadi kekasihnya, Reynald Wilson.
Ya, bayi mungil itu sangat mirip dengan Reynald, hatinya sakit. Zee memalingkan wajahnya keluar jendela kamar .
Marilyn kembali mengangkat Rain dari tubuh Zee, dan menyerahkannya pada perawat.
Wanita itu memahami apa yang berkecamuk dalam hati dan pikiran Zee. Sudah cukup banyak penderitaan yang telah dia jalani. Belum lagi ancaman hukuman mati yang cepat atau lambat akan dia hadapi.
Marilyn menggenggam tangan Zee perlahan, dan mengusapnya lembut.
"Zee, dengarkan aku!" Ucap Marilyn
Zee menoleh kearah Marilyn.
"Zee, Mommy tahu, hidup yang kau lewati tidak mudah, tapi kau masih bisa bertahan sampai detik ini, itu sudah sangat luar biasa." Marilyn menguatkan.
"Aku bisa bertahan karena ada anda Marilyn,” jawab Zee tulus.
"Mommy tahu, ...tapi, bayimu tidak bersalah. Dua tidak mengharapkan untuk dilahirkan. Dia layak mendapatkan kasih sayang dan cinta darimu, mommy nya. Kamu tidak mau dia hidup sendirian, bukan?"
Zee menangis, Marilyn benar, bayi kecil itu tidak bersalah, yang bersalah adalah Daddy nya, Reynald Wilson.
"Sekarang kamu tidak akan sendirian lagi, Zee. Ada bayimu yang akan menemani. Kalian bisa saling melengkapi, saling menyayangi. Maka dari itu, cintai dia Zee. Rain membutuhkanmu." Kata Marilyn lagi.
"Rain....!" Zee menyebut nama itu.
"Maaf, tadi mommy memberinya nama Rain, kalau kamu tidak suka, kamu bisa mengganti nya,” Kata Marilyn lagi.
"Tidak Mom, aku suka nama itu, ...Anda berhak memberinya nama, karena anda adalah orang tuaku," Kata Zee kemudian.
"Untuk nama lengkapnya, kamu saja yang nentuin, kamu mau memberikan nama belakang ayahnya?” Tanya Marilyn.
Zee menggeleng.
"Aku tidak mau nama laki-laki pecundang itu menyertai nama Rain, Mommy,” ucap Zee kesal.
"Tidak boleh begitu, sayang. Bagaimana pun, dia adalah ayah biologis Rain. Suatu saat nanti jika kamu tidak ada, Rain bisa menemukan ayahnya.” Nasehat Marilyn.
Zee diam sejenak. “Terserah Anda saja, Mom!” Ujar Zee kemudian.
“Baiklah, aku akan memberinya nama NICHOLAS RAIN WILSON. Laki-laki yang akan menjadi pemenang, tangguh dan kuat, serta mempunyai hati yang lembut, memberikan kesejukan seperti hujan," Tutur Marilyn penuh semangat.
Zee hanya mengangguk lemah.
"Nama yang bagus, Mom" Zee tersenyum.
"Sekarang kau mau melihat bayi mu?" Kata Marilyn.
Zee mengangguk. Marilyn memanggil perawat untuk membawa Bayi Rain masuk ke dalam ruangan tempat Zee dirawat.
Marilyn membaringkan bayi Rain disamping Zevanya yang masih terbaring ditempat tidur. Tangan Zee meraba wajah tampan itu dengan lembut. Tiba-tiba dadanya bergetar, hatinya menghangat.
"Maafkan Mommy, Rain. Mommy berjanji akan merawat mu dengan baik, walau mungkin waktu kita hanya sebentar saja," ucap Zee menahan sesak didalam dadanya.
Bayi mungil itu menggeliat dan perlahan membuka matanya yang bening. Mata berwarna hijau gelap, seperti mata Reynald.
"Menggemaskan sekali kamu, Rain. Kenalkan, aku grandma mu, ..." Marilyn menggenggam tangan mungil itu dengan hati-hati.
"Mommy, bantu aku duduk ya!" Zee menggerakkan tubuhnya, Marylin mengangkat Zee duduk bersandar di kepala ranjang kecil itu, dan meletakkan bantal diatas pengakuan Zee, untuk memudahkan Zee mengendong putranya.
"Kamu mau menyusuinya, Zee?” Marilyn menatap wajah Zee penuh harap.
"Iya mom, aku akan mencobanya,”
Marilyn tersenyum senang, melihat kecerahan di wajah wanita muda yang telah menjadi anak angkatnya.
"Itu akan menambah ikatan yang kuat antara kau dan Rain, Nak,”
Zee mengangguk.
"Terimakasih banyak, Marilyn, kau sangat baik padaku. Aku dan Rain berhutang banyak padamu." tutur Zevanya.
"Kau bisa membayarnya nanti, jika kau sudah bebas dari penjara ini." Canda Marilyn sambil tersenyum penuh arti.
"Aku tidak yakin, aku bisa membayar semua kebaikanmu, Mom. Umurku tidak panjang lagi. Aku mohon, jika aku telah mati nanti, kau mau merawat Rain untukku. Bawalah dia bersamamu!" Kata Zee sedih.
"Jangan bicara seperti itu, takdir Tuhan siapa yang tahu, anakku! Berdoalah pada Tuhan, agar kau bisa selalu bersama dengan anakmu,” Marilyn mengusap pundak Zee lembut.
“Tanpa kau minta pun, aku akan dengan senang hati merawat anakmu, jika aku sudah keluar dari tempat ini nantinya. Kamu jangan khawatir, ok!” Marilyn membulatkan ibu jari dan telunjuknya,membentuk simbol ok.
Marilyn memeluk Zee dengan penuh kasih sayang, Zee merasa dirinya sangat beruntung, bertemu dengan seorang wanita berhati malaikat seperti Marilyn.
Zee tidak bisa membayangkan hidupnya, jika tidak ada Marilyn disampingnya. Jika wanita itu tidak ada, Zee tidak akan mudah bertahan menghadapi kerasnya kehidupan dipenjara.
Bagi Zevanya, Marilyn adalah malaikat pelindung yang dikirim Tuhan untuknya.
Bersambung.
Pingin nangis/Sob//Sob/