Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Menyelamatkan Diri
"AAAAAAAAAAAAAAAA!"
CRAANG!
Gelas teh es yang dipegang Ellie terlepas dan jatuh ke lantai teras rumah Clara. Clara tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya.
Ellie bersembunyi di belakang punggung Haikal. Haikal menatap Clara tanpa berkedip. Clara memberikan senyuman termanisnya. Clara malam ini sangat cantik. Clara memakai dress berwarna Hitam dengan rambut yang dikuncir.
"Halo Ellie, bukannya kamu sudah menikah? Dia siapa?" Clara menunjuk Haikal.
"Mas, dia, dia sudah mati," bisik Ellie.
Haikal terpesona dengan kecantikan Clara dan tidak menghiraukan Ellie. "Clara, kenalkan aku Haikal."
"Ada hubungan apa kamu dengan Ellie?" tanya Ellie.
"Aku mantan suami Ellie. Clara kamu sangat cantik,"
Ellie terus mencoba menyadarkan Haikal. Tapi Haikal terhipnotis dengan kecantikan Clara. Haikal melepaskan pegangan Ellie dan menghampiri Clara. Haikal perlahan membelai lembut rambut Clara.
"Mas, sadar, dia setan!"
Haikal tiba-tiba saja mencekik leher Clara. Sambil membaca mantra-mantra Haikal mencoba menghancurkan tubuh Clara. Tubuh Clara perlahan hancur menjadi debu.
"Mas,"
"Sayang, tenang, aku masih sadar. Hampir saja aku tergoda dengan pesonanya. Tapi jujur dia memang cantik," kata Haikal.
"Mas!" Ellie merengut.
"Kenapa? Cemburu?" Haikal memasukkan Ellie ke dalam dadanya yang bidang.
Dan tiba-tiba saja bumi berguncang hebat. Perlahan rumah Clara dan bangunan-bangunan lain masuk tertelan perut bumi. Ellie dan Haikal berlari menyelamatkan diri. Dari arah belakang mereka terdengar suara jeritan kesakitan, kepanasan.
Haikal dan Ellie menoleh ke belakang, terlihat sosok-sosok hitam mengejar mereka. Haikal dan Ellie terus berlari. Dari dalam tanah keluar tangan-tangan yang menarik kaki Ellie. Ellie terjatuh, Haikal dengan kekuatannya berusaha menghilangkan tangan-tangan itu. Haikal juga bertarung dengan sosok hitam yang mengeluarkan asap di tubuhnya.
Tubuh Ellie tertarik, setengah tubuhnya masuk ke dalam tanah. Haikal mengumpulkan kekuatannya menarik Ellie keluar dari tanah. Ellie tidak bisa dikeluarkan, tubuhnya menyatu dengan tanah. Ellie terus berteriak minta tolong.
Haikal semakin panik, dari arah belakang sosok-sosok hitam itu menyerangnya. Haikal melawan dan menangkis serangan setan-setan gosong itu. Haikal membacakan mantra-mantra dan memukulkan telapak tangannya ke tanah.
Terdengar suara benturan yang mengerikan. Sosok setan-setan hitam terpental jauh berterbangan. Haikal kembali membaca mantra dan Haikal dengan kuat menginjakkan kakinya ke tanah.
Kembali terdengar suara gemuruh, permukaan tanah retak, tangan-tangan yang semula mencengkram erat tubuh Ellie terperosok masuk ke dalam bumi. Haikal segera mengangkat Ellie. Mereka berlari sekuat tenaga meninggalkan Desa Ghibah.
Mereka berhenti di sebuah sungai. Haikal memandangi sungai itu. Haikal mengambil batu yang ada di pinggir sungai, mulutnya kembali komat kamit dan Haikal melemparkan batu itu ke dalam sungai. Tidak terjadi apa-apa, merasa aman, Haikal mendorong Ellie masuk ke dalam sungai.
"AAAAAAAAAAAAAAAA!" Ellie masuk ke dalam sungai.
Haikal menyusul Ellie menceburkan dirinya ke dalam sungai.
BRUUUUKKK!
Ellie dan Haikal mendarat di atas tempat tidur Ella. Ella menatap kebingungan Ellie dan Haikal yang basah kuyup di atas tempat tidurnya.
Ellie dan Haikal memperhatikan kamar Ella yang berantakan seperti terjadi gempa bumi. Ellie sempat berpikir, jangan-jangan kamar Ella terhubung dengan Desa Ghibah. Buktinya kamar Ella seperti kapal pecah. Haikal menghela napas, bersyukur karena sudah terbebas dunia yang dibuat oleh Clara.
"Sayang, apakah ini Ella?" Haikal menoleh ke arah Ellie. Dan Ellie mengangguk mengiyakan.
Haikal bangkit dan langsung memeluk Ella yang duduk di lantai dengan berderai air mata.
"Ella, ini Ayah. Maaf sayang, Ayah baru bisa menemuimu. Karena Nenek dan Mamamu melarang Ayah. Kamu sudah dewasa Nak,"
"Maaf, apa buktinya Anda adalah Ayah Ella?" Ella mendorong dada Haikal.
"Ayah berani bersumpah. Tanyakan Mamamu dia lebih tau," jawab Haikal.
"Iya, dia Haikal, Ayah kandungmu. Dia pengusaha, dia pemilik Haikal Company. Puas?" Ellie turun dari tempat tidur Ella dan keluar dari kamarnya.
"Jadi, Ayah pemilik Haikal Company?" Ella membuka lebar mulutnya.
Siapa yang tidak kenal Haikal Company. Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Ella dengan mudah bisa gonta ganti mobil keluaran terbaru. Paling tidak dompetnya terus terisi, karena Ayahnya seorang pimpinan.
"Iya sayang. Dan nanti kamu yang akan mewarisi itu semua," Haikal menoel hidung Ella.
"Jadi, apakah kamu mau mengakui Ayah? Ayah janji akan memberikan semua yang kamu minta. Ayah akan membalas setiap tahun yang Ayah tinggalkan."
Ella mengangguk. Ella memeluk Haikal kegirangan. Di kepala Ella sudah dipenuhi dengan khayalan dan keinginan. Ella pasti akan menikmati kekayaan dari Ulya dan Haikal. Betapa senangnya jadi orang kaya, batin Ella. Ella tidak sabar ingin pamer harta ke teman-temannya. Hanya dengan itu Ella bisa merebut kembali hati teman-teman yang sudah menjauhinya.
Haikal kemudian keluar dari kamar Ella dan di sana nenek Intan sudah menunggunya. Ellie memberikan handuk kepada Haikal. Haikal duduk di kursi tamu sambil menikmati teh hangat yang disuguhkan Ellie.
"Ada apa dengan kalian?" tatap nenek Intan penuh curiga.
"Bu, Clara datang. Dia hampir saja membunuh kami. Untung ada Haikal," Ellie meneguk air mineral yang baru saja dia ambil.
"Bu, jadikan anak Clara sebagai tumbal. Dua hari lagi malam Jum'at," usul Haikal.
"Kenapa harus dia? Apa kalian tidak menemukan orang lain?"
"Ellie mau Clara dan anaknya dikirim ke alam baka!" Ellie meremas botol mineral yang ada di tangannya.
"Ella, Ella," Haikal dengan lembut memanggil Ella.
Ella dengan wajah yang berseri-seri keluar dari kamar. Nenek Intan dan Ellie saling berpandangan. Mereka tidak percaya Haikal dengan cepat bisa menjinakkan hati Ella yang sedang mengamuk. Butuh berhari-hari mencairkan hatinya yang keras seperti es batu kutub.
Haikal secara perlahan bertanya tentang Dilara kepada Ella. Ella marah mendengar nama Dilara. Secara spontan Ella kemudian menceritakan kebenciannya kepada Dilara. Karena Dilara sudah mengambil semua yang Ella suka. Termasuk Dira.
"Dilara, Dilara, selalu saja dia!" Ella mengepalkan kedua tangannya.
Haikal kemudian meminta bantuan Ella agar bisa membawa Dilara ke suatu tempat. Haikal berjanji akan memberikan pelajaran kepada Dilara karena sudah berani mengganggu Ella. Haikal akan membuat efek jera kepada Dilara. Dan jika Ella berhasil membujuk Dilara, Haikal akan mentransfer uang ke rekening Ella tuk shopping sepuasnya. Hati Ella semakin berbunga-bunga.
Mereka akhirnya menyusun rencana untuk Dilara. Haikal meminta Ella kali ini merendahkan dirinya dengan berpura-pura meminta maaf kepada Dilara. Sontak saja Ella dengan tegas menolaknya, di mana harga diri Ella. Bukannya selama ini Ella mati-matian tidak pernah mengakui kesalahannya.
"Sayang, bukannya kamu ingin menyingkirkan Dilara untuk selama-lamanya? Ayolah sayang. Setelah Dilara tiada, kamu yang akan mendapatkan semuanya. Kepercayaan dari teman-teman karena kamu sudah berubah. Bahkan semua cowok yang ada di kampus akan mengejar-ngejar kamu. Percaya deh sama Ayah," Haikal terus membujuk.
"Ayah janji. Semua yang dimiliki Dilara akan jadi milikku?" Haikal dengan penuh keyakinan mengangguk.
"Baiklah, persiapan pesta untuk ku," pinta Ella.
Dilara, kali ini kamu tidak akan bisa lari dari kematian, Ella tertawa di dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...