How To Divorce My Husband

0024. Haine Du Roi Et De Sa Concubine (Kebencian Ratu terhadap Raja dan Gundiknya)

“Marah lah sesuka hatimu, bajing*n. Karena kemarahan itu tidak sebanding dengan kemarahan yang dirasakan keluarga Pexley.”

Kaizen tahu jika kemarahan keluarga Pexley tidak akan bisa ia redam sampai kapan pun. Kemarahan tersebut sudah tumbuh dan berkembang semenjak ia mengambil seorang pelayan muda sebagai selirnya. Katarina adalah bayi tanpa identitas yang ditinggalkan begitu saja di istal kuda milik keluarga Pexley. Kemungkinan besar ia adalah bayi yang lahir dari hubungan terlarang antara helper—pengurus kuda—di istal kuda milik keluarga Pexley dengan seorang pria asing.

Katarina kemudian dibesarkan oleh kepala pengurus istal kuda yang kebetulan tidak bisa memiliki anak. Ia tumbuh dan berkembang dalam ruang-lingkup anak-anak para pelayan, sampai pada akhirnya ia mendapatkan kemurahan hati sang nona muda, yaitu Kayena. Karena pembawaannya yang tenang, lugu, serta polos, Kayena menunjuknya sebagai salah satu pelayan pribadi yang akan ia bawa ke istana untuk membantu mengurus keperluannya ketika kelak menjadi Ratu.

Kayena selalu percaya pepatah ‘kindness is a language wich the deaf can hear and the blind can see’ yang mengandung arti ‘kebaikan adalah bahasa yang bisa didengar si tuli dan bisa dilihat si buta’. Namun, kebaikan yang ia tawarkan dibayar dengan tidak setimpal.

Sekarang pepatah yang Kayena yakini jika bersangkutan dengan mantan pelayannya itu adalah pepatah Genie Of Aladdin, ‘hre’s the thing about wishes; the more you get, the more you want,’ yang artinya ‘ini adalah tentang keinginan, semakin banyak yang kita dapatkan, semakin banyak pula yang kita inginkan’. Dulu Katarina pernah berkata jika ia ingin merasa dicintai sepenuh hati. Sekarang, wanita itu telah mendapatkannya. And then, keinginannya tak berhenti sampai di sana. Pada kehidupan sebelumnya, Katarina juga menginginkan klaim terhadap posisi, anak-anak, serta kebahagiaan yang Kayena dapatkan sebagai Ratu Robelia.

Sekeras apapun Kaizen mengubah status Katarina, ia tetap tidak bisa mengubah masa lalu. Dikarenakan rakyat Robelia sudah tahu bahwa Katarina dulunya adalah pelayan tanpa identitas yang jelas. Ia hidup dari belas-kasihan orang-orang yang ada di keluarga Pexley. Namun, ketika tumbuh dewasa, ia menginginkan semua sumber kebahagiaan Kayena tanpa terkecuali.

“Hormat saya, Pangeran Cesare.”

Pemilik nama itu menoleh ke arah sumber datangnya suara. Seorang pria berpakaian militer khas negeri Venessia—kampung halaman istrinya—berdiri dengan sikap tubuh siap.

“Saya baru saja mendapatkan informasi terbaru jika Ratu Kayena telah kembali bersama Pangeran Kaezar. Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju ibu kota.”

Cesare mendesah lega mendengar informasi yang baru saja disampaikan oleh bawahnya. Sekarang ia bisa merasa tenang, karena adik tercintanya kembali dengan selamat bersama teman dekatnya.

Di sisi lain, ada yang dibuat terkejut kala mendengar informasi tersebut. Dalam benak ia bertanya-tanya, bagaimana bisa ratunya pulang bersama adik tirinya? Bagaimana bisa mereka bertemu dan berakhir pulang bersama? Apa saja yang telah ia lewatkan pasca meninggalkan ratunya begitu saja?

“Bagaimana kondisi Kayena? Apa dia terluka?” Cesare bertanya lebih lanjut. Ia seolah tak peduli dengan kehadiran Kaizen yang bisa saja ia buat babak-belur jika informannya tidak datang tepat waktu.

“Mengenai kondisi Ratu Kayena belum dapat saya pastikan. Namun, di bawah keamanan Pangeran Kaezar, tidak ada satu pun korban jiwa yang gugur dalam insiden perompakan.”

Cesare mengangguk paham. Tanpa sepatah kata pun ia bergegas pergi meninggalkan Kaizen yang masih terdiam di tempatnya berdiri. Perasaannya campur aduk, antara terkejut, senang, juga bertanya-tanya. Wanita yang datang secara terus-menerus ke dalam mimpinya beberapa hari kebelakang, akhirnya bisa kembali dengan selamat. Namun, sebagian hatinya tak mau menerima fakta bahwa wanita itu lagi-lagi selamat berkat … adik tirinya.

💰👑👠

Ibu kota Robelia yang sempat diterpa rumor tak sedap, siang itu tampak menyambut kepulangan ratu dengan suka-cita. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan tangkai bunga segar dilemparkan ke arah kereta yang membawa ratu tercinta mereka. Syukur mereka panjatkan atas keselamatan yang masih menyertai sang ratu. Ibu nomer satu di Robelia itu tampak tersenyum haru di dalam kereta kuda yang akan segera membawanya pulang ke istana.

Sedangkan di depan sana, ada Pangeran Kaezar yang menaik kuda dengan gagah. Memimpin perjalanan pulang sang ratu bersama pasukan bayangan yang hadir dalam mode penyamaran.

“Obtenez votre Bonheur là-bas (Raih kebahagiaan Anda di luar sana)!”

Tiba-tiba Kayena mendengar suara cukup kencang dari arah luar. Kalimat yang diserukan membuat hatinya terenyuh.

“Sortez du Palais sic et endroit vous fait du mal, Sa Majesté I’lmpératrice. Le Roi ne mérite pas une femme aussi bonne que toi (Keluarlah dari istana jika tempat itu menyakiti Anda, Yang Mulia Ratu. Raja tak pantas mendapatkan istri sebaik Anda).

Kayena tersenyum hangat dengan mata berkaca-kaca. Tanpa pikir panjang, ia pun menyibak gorden, membiarkan rakyat melihat langsung wujudnya.

“Merci pour I’accueil (terima kasih atas sambutannya),” kata Kayena, menyapa rakyatnya dengan ramah. “Je vais bien, vous ne vous inquiétez jamais (Aku baik-baik saja, kalian tidak perlu cemas),” lanjutnya meyakinkan. “Votre amour pour moi est incommensurable. Encore une fois merci (cinta kalian terhadapku sangat tidak terukur. Sekali lagi, terima kasih).”

Empati rakyat terhadap Kayena tidak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya, sampa ia kembal mengulang kehidupan. Mereka tetap mencintainya sama besar. semua itu adalah bentuk dari timbal balik yang Kayena dapatkan berkat sikap rendah hatinya.

“Apa ini, Pangeran?” Kayena bertanya ketika keluar dari kereta kuda Kaizen menyodorkan tangan.

“Pegang tangan ku. Kaki mu masih belum sembuh.”

Ah, maksud pria itu pasti memberi Kayena penopang tambahan ketika hendak menuruni anak tangga. Mengingat kakinya masih terasa nyeri ketika digunakan untuk berjalan. Namun, tebakan itu ternyata salah. Alih-alih memberi penopang lewat tuntunan tangan, Kaezar malah membawa Kayena dalam gendongan ala bridal style.

Sontak, para pelayan serta prajurit yang ada di sekitar menundukkan kepala ketika Pendamping Matahari Kekaisaran berada dalam gendongan Elang Muda Kekaisaran. Tidak ada yang berani menatap secara langsung, walaupun di dalam hati mereka sama-sama menyimpan rasa penasaran.

“Little peach of June.”

‘Panggilan itu,’ batin Kayena ketika indra pendengarannya menangkap suara familiar yang sudah sangat lama tidak ia dengar. “Kakak …?” melemparkan pandangan ke segala arah, Kayena berhasil menemukan pemilik suara itu ketika menatap ke arah pintu masuk menuju rumah kacanya berada.

“Kakak!” serunya tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Seolah mengerti, Kaezar pun menurunkan Kayena dari gendongan ala bridal style. Namun, ia tetap memberikan topangan lewat tangan yang sigap melingkari bahu ratu Robelia itu. Sampai ketika pria yang ia panggil “kakak” menghampiri, baru Kaezar melepaskannya.

“Kau baik-baik saja? apa ada yang terluka? Biarkan Kakak melihatnya.”

Kayena menggelengkan kepala seraya tersenyum hangat. “Little peach of June baik-baik saja,” katanya. Little peach of June adalah panggilan kecil yang keluarganya sematkan kepadanya, karena kecintaan terhadap buah persik di bulan Juni yang banyak tumbuh di Sésilia. Kelahiran Kayena sendiri juga bersamaan dengan mekarnya bunga-bunga persik di Sésilia.

“Demi Tuhan, jika sesuatu yang buruk terjadi pada mu, Kakak tidak akan segan membunuh suami mu yang brengs*k itu!”

“Jangan,” respon Kayena seraya tertawa kecil.

“Kenapa? Kau masih mencintainya?” desak Cesare dengan tatapan lekat.

“Justru sebaliknya, aku sekarang membencinya,” jawab Kayena tanpa pikir panjang.

“The opposite of love is not hate, it’s apathy, when you simply don’t bother about that person (kebalikan dari cinta itu bukan benci, itu apati, ketika kamu tidak peduli lagi tentang orang itu)!” Cesare membenarkan. “Jangan pikir Kakak tidak tahu jika belakangan ini kamu sudah bertindak sangat jauh.”

“Maksud Kakak?”

“Kamu telah meminta perceraian bukan?”

Kayena terkesiap mendnegarnya. Begitu pula dengan Kaezar.

“Bagaimana Kakak … tahu?”

“Mata dan telinga Kakak banyak,” sahut Cesare seraya mengelus pucuk kepala sang adik sayang. “Kerja bangus Little peach of June. Perpisahan bukan akhir dari segalanya. Justru dalam kisah mu, perpisahan adalah awal dari segalanya.”

Kayena semakin dibuat terkesiap mendengar apa yang baru saja diutarakan sang kakak. “Kakak … mendukung keputusan ku?”

Cesare tersenyum tipis, kemudian menjatuhkan satu kecupan di kening harta karun berharga peninggalan mendiang ibunya. “Apapun keputusan mu, Ayah, Khayansar dan aku akan selalu menjadi pendukung terdepan mu.”

Senyum di bibir Kayena semakin lebar tercipta. Menular pula pada Cesare dan Kaezar yang sejatinya tipe pria yang irit bicara dan pelit senyum. Namun, senyum itu tak bertahan lama, ketika sepasang iris Kayena menangkap kehadiran Kaizen dan Katarina dari arah … rumah kaca??

Kayena yakn 100% jika mereka datang dari arah rumah kaca. Mengingat hanya ada satu jalan guna menjangkau tempat tersebut, kecuali dari jalan rahasia yang menghubungkan antara istana ratu dan tempat tersebut. Sorot bahagia di matanya langsung surut, berganti dengan rasa benci dan jijik ketika menyadari pasangan haram itu datang dengan jenis pakaian sleep warehouse. Memangnya jam berapa sekarang?

“Apa yang kalian lakukan di rumah kaca ku?” tanyanya dengan suara datar dan berkesan sangat dingin. “Katakan, Yang Mulia Raja. Apa yang kalian lakukan di rumah kaca ku semalam?" desaknya "Apa kalian telah … menodai tempat itu?!”

Raja Robelia tampak semakin mengikis jarak di antara mereka. “Kayena, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kami …”

“Apa, Yang Mulia? Anda mencoba membela diri?” potong Kayena. Walaupun ia tahu itu tidak sopan, sekali ini saja ia membiarkan hawa nafsu mengambil alih kesabarannya. Mengingat rumah kaca adalah tempat yang berharga untuknya. Di tempat yang menjadi rumah bagi berbagai jenis tanaman hias itu Kayena kerap menghabiskan banyak waktu bersama ibu suri—ibu Kaizen—yang sudah seperti ibu kandung Kayena sendiri. Mengingat Kayena tak pernah punya kesempatan untuk merasakan kasih sayang seorang ibu sejak kecil. Iya sangat bersyukur sangat dicintai oleh ibu mertuanya sendiri.

“Apa Anda tahu, Yang Mulia ..." tatapan dingin Kayena terhunus tepat ke arah bola mata lawan bicaranya. "...di tempat itu Ibu Suri meminta saya untuk menjadi istri yang setia dan bijaksana. Walaupun tahu jika putranya punya resiko besar untuk mendua.”

💰👑👠

TBC

Semoga suka 😘 sampai jumpa di part berikutnya. Jangan lupa like, vote, rate bintang 5 🌟 komentar, follow Author Kaka Shan + IG Karisma022 🤗

Tanggerang 07-04-23