MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
BAB 16
Mereka tiba di ruang kerja dokter residen, ruangan yang berukuran lima kali sepuluh meter itu, nampak tidak terlalu rapi, wajar karena ini ruang kerja sekaligus ruang diskusi dan belajar bagi para dokter muda, meja besar di tengah ruangan adalah poros dari ruangan tersebut, lima meja lengkap dengan komputer, disediakan rumah sakit sebagai fasilitas penunjang, sekaligus untuk mereka menulis hasil penelitian, serta laporan medis pasien.
"Perhatian semua!!" Kalimat Arjuna mencuri atensi semua yang ada di ruangan tersebut.
Emira pun menatap satu persatu wajah wajah lelah yang kini ada di hadapannya.
"Ini dokter residen baru yang akan bergabung bersama tim kita, namanya Emira,"
"Hai semua… aku Emira, mohon bantuannya…"
"Itu, dokter Nadia, dokter Tommy, dokter Rebeca, dan dokter Frans, Mereka seangkatan denganku." Arjuna memulai perkenalan.
Emira mengangguk hormat pada keempat senior tersebut.
"Dan ini, dokter Emil, dokter Gaby, dokter Milea, dan dokter Roby, mereka tahun kedua."
"Dan yang di sana, dokter Kenan, dan dokter Ricko, mereka seangkatan denganmu, sebenarnya ada satu lagi, sepertinya…"
"Eh maaf… lagi ngumpul yah, aku baru selesai memeriksa pasien…" Suara seorang gadis setelah pintu ruangan kembali tertutup.
"Febiola…"
"Febiola…" Emira menggumam pelan.
Ujar Arjuna dan Emira bersamaan, tentu hal itu membuat Arjuna terkejut, "kamu mengenalnya?" Tanya nya pada Emira.
Emira kebingungan, begitupun si pemilik nama, "tidak, memang aku bilang apa?" Bohong Emira dingin.
Arjuna memalingkan kepalanya. "Emira bergabung dengan tim kita mulai senin depan, ada pertanyaan?"
Kenan mengangkat tangannya, nampak sekali jika dia sedang kelelahan, setelah menyelesaikan shift malam, dan setengah hati nya. "sekarang kan sudah ada personil tambahan, jadi tahun pertama tidak wajib jaga malam 3 kali seminggu kan?"
"Sepertinya begitu."
"Yeeess…" Jawab Kenan senang seraya mengepalkan kedua tinjunya ke udara, walau wajahnya nampak lelah dan mengantuk, "pacarku sudah minta putus karena satu bulan ini kami tak bertemu," Gerutunya dengan wajah memelas.
Arjuna dan yang lainnya hanya tersenyum mendengar gerutuan Kenan.
"Sama lah, dulu aku juga gitu," Seloroh dokter Gaby, "pacarku malah lebih posesif, Dia sampai menggeledah isi ponselku, hanya gara gara aku selalu ngantuk tiap kali pergi nonton, dia pikir aku punya profesi esek esek."
"Yaaaa…!!!" Seru sebagian besar isi ruangan.
"Gila pacar lo." Nadia
"Tu laki gak ada otak nya." Rebeca
"Bantai aja." Milea
"Emang laki gak ada otak, gue kick out seketika itu juga, mending jomblo, daripada makan ati."
"Jadi pacarku aja kak…" Seloroh Kenan mrmohon dengan jahilnya.
"Ogah… gak doyan brondong," Tolak Gaby.
"Hahaha…" Seisi ruangan tertawa.
Sementata yang jadi obyek, hanya menggaruk kepalanya.
Emira hanya diam menyimak obrolan santai tersebut, Febiola mendekat dan mengulurkan tangannya.
"Hai… selamat bergabung." Dia mengulurkan tangannya, ada kelegaan tergambar di wajahnya, mengingat biasanya ia menjadi satu satunya gadis dalam tim satu.
"Thanks…" Jawab Emira.
Febiola adalah satu satunya gadis yang memperlakukan Emira dengan baik ketika masih menjadi gadis culun, yah Emira, Febiola dan Arjuna pernah satu sekolah.
Febiola sering diam diam membantu Emira menyalin catatan, karena buku buku Emira kerap kali rusak akibat ulah para gadis yang iseng, dan hobi membully.
Satu satunya yang membuat Febiola menjaga jarak dengan Emira adalah, karena larangan dari Emira sendiri, jika geng Voni dan yang lainnya tahu, Febiola dekat dengan Emira, maka Febiola akan bernasib sama dengannya, dan Emira tak ingin hal itu terjadi.
Briefing usai, seluruh anggota tim Kembali ke pos masing masing, kecuali Kenan, Gaby dan Milea yang baru menyelesaikan Shift malam mereka.
Tinggallah Emira dan Febiola yang tersisa di ruangan.
"Lo kenal gue?" Tanya Febiola yang sejak tadi tak henti mengawasi gadis berpenampilan modis dan cantik di hadapannya.
"Ya iya lah… lo aja yang lupa." Emira menarik kursi yang ada di dekatnya.
"Emang kapan kita pernah kenalan?" Febiola masih keheranan.
Emira mengeluarkan ponselnya, kemudian menunjukkan pada Febiola foto lamanya yang mengenakan kacamata dan tompel besar.
"Nih… sekarang udah inget?"
Febiola membola kan kedua matanya, "Mira!!!" Pekiknya dengan suara keras, kemudian memeluk erat kawan nya yang menghilang sekian lama tanpa kabar.
"Gue kangen banget tau gak?"
"Eh jangan ngomong lo gue lo gue di lingkungan rumah sakit, bisa dapet SP kita."
"Iya… lupa, tapi bodo amat, gue kangen banget, lama gak jumpa, lo berubah, lo cantik banget sekarang, gue iri,"
"Panjang ceritanya…"
.
.
Pemuda itu bersandar di mobil, menikmati udara sore, kedua tangannya nampak sibuk dengan game online di gawai nya, sore ini seperti biasa ia menjemput sang kakak yang baru menyelesaikan shift jaga di rumah sakit.
BRAK!!!
Terdengar suara gebrakan pintu mobil.
Pemuda itu menoleh ke sumber suara, rupanya yang ditunggu sudah duduk manis di kursi penumpang seperti biasa.
"Ayo… mas Juna ngantuk nih."
"Siap mas…" Jawab Bisma bersemangat.
Masih seperti dulu, Bisma senantiasa mengawal kemanapun Juna pergi, termasuk ketika Arjuna menyelesaikan shift jaga di rumah sakit, jika Bisma tak ada kegiatan di sekolah, maka dengan senang hati ia menawarkan jasa antar jemput.
"Mas… bulan depan ayah dan mama pulang." Lapor Bisma.
"Hmmm…"
"Mas yang jemput yah?"
"Bulan depan mas ada acara reuni."
Bisma cemberut, jika sudah begini pastilah dia yang lagi lagi bertugas menjadi sopir.
Sebenarnya tak masalah sih, hanya saja Bisma malas mendengar semua yang keluar dari lisan sang mama, sebenarnya mama baik, hanya saja, terlalu over protect, dan selalu menanyakan serta menilai semua hal dengan detail, bahkan kadang hal hal yang menurut dua lelaki ini tak penting, cara bicara, atau sikap ketika sedang mengunyah makanan, seakan beliau tak peduli bahwa kini Arjuna dan Bisma sama sama sudah besar, tapi perasaan seorang ibu, tidaklah demikian, bagi ibu, sedewasa apapun anak anaknya, ia tetaplah anak kecil di mata seorang ibu, begitulah kira kira gambarannya.
"Ayolah mas Juna saja yang jemput," Bisma masih mencoba membujuk Arjuna. "Nah setelah jemput, baru deh pergi reuni."
Arjuna kembali membuka mata nya, ia menatap wajah sang adik yang terlihat santai di depan kemudi, "nyampe lokasi, udah kelar reuni nya," Semprot Juna. "ada ada aja, udah biar om panji aja yang jemput."
"Hiii ini malah lebih parah, mama bisa ngamuk kalo bukan anak anak nya yang jemput." Sanggah Bisma.
"Maka nya, kamu yang jemput, itu udah paling bener."
Bisma cemberut, lagi lagi ia harus mengalah dengan padatnya jadwal Arjuna, tapi mau bagaimana lagi, Arjuna satu satunya saudara yang ia punya, betapa bersyukurnya Bisma ketika Arjuna memutuskan untuk serius belajar, tidak lagi ngeyelan, tidak lagi membangkang nasehat mama dan ayah mereka.
Kejadian itu bermula selepas Bisma lepas dari kondisi kritis setelah tanpa sengaja menjadi korban tawuran, yang mana Arjuna menjadi salah satu pelajar yang terlibat kerusuhan kala itu, Eyang kakung yang saat itu sedang berada di Bandung, begitu murka mendengar kabar bahwa Bisma dalam kondisi kritis di rumah sakit, malam itu juga para ajudan eyang Suryo Dewanto, membawa Arjuna ke London, tempat Ayah mereka berada.
Eyang Suryo adalah pemilik DENt PHARMATION perusahaan Farmasi terkemuka di negeri ini, lima belas tahun terakhir DENt PHARMATION mengadakan riset dan pengembangan obat obatan di London, karena itulah, kedua orang tua Arjuna dan Bisma tinggal di sana untuk jangka waktu yang belum ditetapkan.
Dan sejak hari itu pula, nama Kevin memiliki tempat spesial di hati nya, dokter yang malam itu menyelamatkan Bisma, pada Kevin pula ia berjanji akan berubah menjadi anak yang baik, jika adiknya bisa di selamatkan, syukurlah Kevin berhasil menyelamatkan Bisma kala itu. Bahkan kini adik kecilnya sudah memasuki tahun akhir masa SMU nya, tak ingin ikut campur urusan perusahaan, Arjuna memilih Dokter sebagai jalur karir nya, dan ia sudah berpesan pada Bisma, bahwa kelak Bisma lah yang akan mengambil alih kendali DENt PHARMATION
.
.
.
💚💚💚