Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 03
Tak tak tak
Suara sepatu beradu dengan lantai marmer kediaman Gordone. Tuan mereka terlihat lelah setelah pulang dari pekerjaannya. Sebagai count seharusnya dia fokus untuk mengurus wilayah namum dengan dalih dia memiliki kemampuan hebat dalam berpedang, Perion dengan congkaknya bergabung di pasukan ksatria pelindung kekaisaran. Tentu saja tujuannya sebagai komandan ksatria, namun dia tidak bisa smpai di level itu. Kemampuan Perion sangat jauh dari itu.
Pada akhirnya dia hanya ditempatkan di kantor saja sebagai petugas administrasi. Itu pun juga karena Count terdahulu merupakan orang yang terhormat dan keluarga Gordone memiliki sejarah panjang. Jika bukan karena sang ayah, Perion pasti sudah dijadikan ksatria di level bawah yang bersanding dengan ksatria dari golongan rakyat biasa atau bangsawan level bawah.
" Dimana Rubia? Apa dia sedang berada di ruangannya, atau dia sedang melakukan pertemuan dengan para pedagang?"
" Maaf Tuan Count, Nyonya Countess tengah pergi ke pertambangan."
" Aah begitu, ya sudah. Siapkan air mandi, dan makan malam. Aku ingin malam lebih awal karena aku mau keluar lagi ada urusan."
" Baik Tuan."
Sylvester dan pelayan lainnya segera menyiapkan apa yang jadi keinginan sang tuan. Dan ya hanya begitu saja dia menanyakan keberadaan istrinya. Bagi Perion, Rubia hanyalah istri pajangan yang kebetulan pintar dan bermanfaat.
Reputasi Rubia di pasar pernikahan memang sangat baik. Putri tunggal seorang baron yang cantik namun cerdas dan juga kaya. Maka dari itu Perion mengejar Rubia. Namun sikap Rubia yang kaku dan tidak menonjol di pergaulan sosial membuat Perion merasa bahwa istrinya itu sangat kurang.
Rubia memang cantik, tapi bagi Perion cantiknya Rubia itu membosankan. Dia yang sudah menikah kurang lebih selama setahun itu merasakannya. Ia bosan dengan kekakuan Rubia. Perion lebih suka dengan wanita yang menantang dan agresif semacam Daphne yang tidak lain merupakan teman dari Rubia.
" Aku kan pergi, katakan pada Rubia mungkin aku tidak pulang malam ini."
" Baik Tuan, saya akan menyampaikannya kepada Nyonya."
Dengan menaiki kereta kudanya Perion meninggalkan kediaman. Dia sungguh-sungguh tidak peduli dengan istrinya, sudahkah dia makan atau belum, dia pergi dengan siapa, apakah perjalanan menuju tambang aman atau tidak, dan sebagainya. Perion sungguh tidak memikirkan tentang istrinya barang sedikitpun.
" Selamat datang Tuan Count Perion Gordone, Nona Daphne Baimon sudah menunggu Anda di kamar."
Tanpa menjawab sapaan dari pelayan kediaman Baimon, Perion segera pergi ke kamar yang dimaksudkan. Sebuah pemandangan indah tersaji di depannya. Padahal hari masih sore tapi Daphne dengan gaun tidurnya yang seksi sudah duduk diatas ranjang, menggoda Perion.
" Kalian semua pergilah," ucap Daphne kepada semua pelayannya yang membantunya bersiap.
" Anda suka Count, saya sudah lama menunggu Anda," ucapnya lagi.
" Kamu sungguh tahu apa yang aku suka Lady Daphne."
Perion yang ingin mencium Daphne di tahan oleh wanita itu. Hari ini ia tidak ingin terburu-buru. Daphne lalu beranjak dari tempat tidur dan menuju ke meja. Ia mengambil botol wine dan menuangkannya di sebuah gelas. Lalu Daphne menyerahkan gelas itu kepada Perion.
" Tuan, mari kita minum dulu. Ini adalah wine terbaik yang dimiliki oleh ayah saya. Dia dengan senang hati memberikan kepada saya saat saya berkata ingin menjamu Tuan Count."
" Akan ku coba," gluk gluk gluk. " Waah rasanya benar-benar enak. Dan ini sepertinya memiliki kadar alkohol yang tinggi. Kau sengaja ya?"
" Bukan begitu, saya hanya ingin menikmati malam ini bersama Tuan Count yang tampan dan hebat sambil ditemani wine terbaik."
Perion suka-suka saja diperlakukan seperti itu. Dibanding istrinya yang kaku, Daphne sungguh bisa membuatnya senang, Perion pun banyak menenggak wine hingga tubuhnya terasa panas. Matanya mulai kabur, namum tubuh seksi Daphne masih terlihat jelas dan itu semakin membuatnya bergairah.
Perion tidak tahan lagi, dia lalu mendaratkan ciuman ke bibir Daphne. Ciuman itu semakin lama semakin dalam dan intens.
Bluk
Perion menjatuhkan tubuh Daphne di atas ranjang. Hasratnya semakin menggebu ketika Daphne melepaskan gaun tidurnya. Tubuh Daphne yang telanjangg membuat milik Perion semakin menegang. Tanpa ragu dia langsung menyerang. Bahkan dia hanya sedikit melakukan pemanasan dan memilih langsung menyerang pada intinya.
" Ughhh Tuan, pelan-pelan. Anda terlalu cepat," rintih Daphne. Sebenarnya bukan baru sekali ini dia melakukannya bersama Perion tapi kali ini Perion sedikit terburu-buru. Mungkin karena pengaruh wine yang banyak diminumnya.
" Oh maafkan aku Daphne. Aku sungguh tidak sabar untuk menikmati tubuhmu. Aku akan lakukan secara perlahan. Naah bagaimana, apa kau menyukai ritme ku."
Aaahhhh ...
Daphne mengerangg panjang. Kali ini dia baru bisa menikmati permainan Perion dan itu sungguh luar biasa.
" Tu-tuan ... Euuughh."
" Panggil aku Perion. Jika kau tengah mengerangg nikmat di bawahku seperti ini, aku ingin kau memanggil namaku. Euuugh Daphne, aku mau sampai."
" Perion erghhhh."
Keduanya mencapai puncak bersama. Matahari yang masih bersinar itu menembus kamar Daphne. Dan mereka melakukannya hingga malam.
Daphne sungguh tidak punya pikiran yang sehat. Keinginannya naik ke posisi yang lebih tinggi membuatnya melakukan banyak cara, termasuk menggoda Perion yang mana dia adalah suami sahabatnya sendiri.
Sama halnya dengan Daphne, Perion juga tidak tahu terimakasih. Istri yang ia abaikan itu tengah berjuang keras untuk nama baiknya sebagai pemimpin wilayah County Gordo, namum ia menganggap bahwa Rubia adalah wanita kaku yang membosankan sehingga dia mencari kesenangan ditempat lain.
Bukan hanya itu, Daphne memprovokasi Perion dan memberi usul untuk menyingkirkan Rubia.
" Jadi maksudmu orag-orang berkata bahwa aku suami tidak berguna begitu? Waah dasar sialan."
" Iya seperti itu, bahkan setiap jamuan pesta teh banyak yang menjelekkan Anda. Di sana padahal ada Rubia, tapi Rubia hanya diam seolah-olah ia membenarkan rumor yang beredar."
" Brengsek, wanita itu sudah ku beri gelar Countess Gordone, tapi malah menginjak-injak ku di luar."
Daphne menyeringai, usahanya benar-benar berhasil dalam memprovokasi Perion. Pria itu marah. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Daphne sudah menyerahkan tubuhnya, dia tidak ingin dibuang oleh Perion, maka dari itu dia harus bisa menyingkirkan Rubia dan posisi Countess Gordone akan jadi miliknya.
" Saya kunya ide Tuan. Mari kita singkirkan Rubia."
" Jangan gila, aku tidak bisa membunuh Rubia. Orang-orang akan semakin mengecam ku."
" Hohoho, kita tidak akan melakukan itu Tuan. Kita akan membuatnya mati karena sakit. Yakni dengan ini. Ini adalah racun yang tidak berbau dan berwarna, jika kita mencampurkan ini sedikit demi sedikit, dalam jangka waktu yang panjang racun ini akan melemahkan organ tubuh orang yang meminumnya dan dia akan sakit lalu mati. Tuan, Anda tidak ingin kan wilayah Gordon ini dikuasi oleh Rubia? Jadi mari lakukan itu."
Perion tersenyum, ia mengakui bahwa ide Daphne sungguh luar biasa dan juga cerdas. Wanita yang seperi Daphne lah yang ia rasa cocok dengan dirinya.
" Baiklah, ayo lakukan itu. Kita singkirkan wanita itu. Tapi sebelumnya aku akan menikmati tubuhmu lagi."
Euuughhh ....
TBC