NovelToon NovelToon
Anak Rahasia Sang Ceo

Anak Rahasia Sang Ceo

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Lari Saat Hamil
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Fafacho

Follow IG=> Fafacho88


Gibran Montana Sinaga harus mengalami penyesalan yang teramat sangat menyiksa dirinya. Penyesalan yang membuat hidupnya tak berarti lagi setelah kepergian perempuan yang telah ia jadikan budak dalam hidupnya, perempuan itu pergi membawa anaknya membuat dirinya cukup menderita..

Lima tahun kemudian ia melihat seorang perempuan yang begitu mirip dengan istrinya membuatnya begitu penasaran apakah itu istrinya atau bukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 33

“Naina buka pintunya, Naina aku mohon buka pintunya aku ingin bicara padamu. Naina..aku mohon” Gibran mengetuk-ngetuk kaca mobil sambi terus memanggil nama Naina.

Satpam rumah itu langsung berlari kecil dari belakang rumah menuju pagar rumah dimana anak majikannya sudah pulang dan terus membunyikan Klakson sedari tadi.

“Naina...Naina buka pintunya Nai” Gibran terus berusaha memaksa Michel untuk membuka pintu mobilnya.

Perempuan tersebut tak mengindahkannya, dia tetap di tempatnya sambil menunggu sang satpam membukakan pagar untuk dirinya. Tak terlalu lama akhirnya pintu pagar tersebut dibuka dan mobil yang dikemudikan Michel langsung masuk kedalam mengabaikan Gibran yang berusaha mengejar.

Langkah Gibran terhenti, karena dia di hadang oleh satpam itu yang melarangnya masuk kedalam.

“Maaf mas, masnya nggak boleh masuk” ucap satpam itu.

“minggir saya ada perlu dengan bosmu,” sentak Gibran memaksa masuk. Dia berlari cepat menuju mobil yang terparkir tepat di depan rumah itu. Michel belum turun dari dalam mobil, dia masih melihat Gibran yang nekat menyusul dirinya.

“Apa yang harus aku lakukan,” bingungnya, kegugupan mulai melanda dirinya saat ini. tangannya kembali bergetar secara tak sadar, Michel yag menyadari tangan kanannya bergetar memegangnya dengan tangan kiri.

“Jangan takut, kamu bisa Michel kamu bisa. Ingat kamu bukan Naina, kamu Michel..lawan Michel lawan” Michel mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Nai, tolong buka pintunya. Aku mohon buka Nai..Naina” Gibran yang sudah berada di samping mobil itu terus mengetuk kaca mobilnya.

Michel langsung keluar dari mobilnya, dia berusaha mengatasi ketakutannya itu. dia ta mungkinkan terus menghindari malah pria tersebut bakal semakin mengira dirinya adalah Naina.

“Kau mau apa? sudah aku bilang aku bukan Naina. Masih saja memanggilku Naina” kesal Michel yang sudah keluar dari mobil menatap dingin Gibran.

Gibran terdiam, dia sedikit terkejut dengan tatapan tajam nan dingin dari perempuan didepannya. itu bukan tatapan Naina, Naina tidak pernah berani menatapnya seperti itu dan sorot matanya tak cukup tajam.

“malah diam, hei tuan kau siapa sih. Kau penguntit sampai datang kerumahku” tukas Michel dengan sarkas.

Gibran mengabaikan itu, dia berjalan mendekati perempuan tersebut,

“Kau mau apa hah?” Michel refleks mundur saat Gibran mendekat.

“Nai, ini kamu kan. kamu Naina kan? ayolah jangan begini..aku tahu aku salah” ucap Gibran sambil memegang tangan Michel.

Michel langsung menepis tangan itu, dia melipat kedua tangannya di dada.

“Sudah berapa kali aku bilang kalau diriku bukan Naina, aku Michel Hendrajit kau dengar” sinis Michel.

“Nggak, kau bukan Michel tapi Naina” Gibran kembali akan memegang tangan Michel, tapi perempuan itu langsung mundur.

“Kau sepertinya pria tidak waras, kau mau pergi secara baik-baik atau perlu aku panggilkan satpam”

“Oke, jika kau bersikeras kalau bukan Naina. Tapi bakal aku buktikan kalau kau memang Naina, kau istriku” tegas Gibran, dia akhirnya memutuskan pergi daripada membuat keributan dirumah orang.

Michel diam saja, dia menatap cemas bagaimana kalau Gibran sampai bisa membuktikan semua itu. dan kenapa juga pria itu terlihat seperti seorang yang terpukul dan kehilangan dirinya.

.....................................

Tengah malam Gibran menggedor-gedor pintu rumah orang tua Naina, dia datang dalam kondisi mabuk entah bagaimana bisa dia sampai di rumah itu tak terlihat mobil dii depan rumah tersebut.

“Bu..Ibu..” lirihnya sambil menggedor pintu rumah berlantai dua itu. dia langsung luruh kelantai karena kakinya yang seperti tak bisa menopang tbuhnya. Dia cukup mabuk saat ini,

Pintu terbuka dengan cepat, nampak tiga orang menatap terkejut apa yang mereka lihat didepannya saat ini.

Gibran terduduk dengan baju berantakan dan dalam kondisi mabuk.

“Ayah, Ibu, dan adikku tercinta..” senyumnya dengan raut sedih ia berbicara seperti melantur.

“Gibran, ada apa denganmu sayang. Kenapa kamu mabuk-mabukan begini,?” Nurma langsung menghampiri Gibran.

“Gibran ada apa kau malam-malam datang kesini dengan kodisi seperti ini” tanya Agus pada pria yang pernah menjadi suami anaknya.

“Yah, mending kita bawa kak Gibran masuk dulu nggak enak nanti ada orang yang lihat” pinta Nada pada ayahnya.

“Iya yah, bawa Gibran masuk saja dulu kedalam” sahut Nurma.

Agus langsung menghampiri Gibran begitu juga dengan Nanda yang membantu ayahnya membawa Gibran masuk kedalam.

Nurma langsung berdiri, dan berjalan mengikuti suami dan anaknya yang membawa Gibran masuk kedalam rumah. Ia menutup kembali pintu rumahnya tersebut.

Gibran sudah di rebahkan di sofa oleh agus dan juga Nanda,

“Dia bukannya tidak bisa minum, tapi kenapa malah minum coba” Agus tak habis pikir dengan menantunya itu.

“Nanda tolong ambilkan air putih sayang buat kakakmu” peritah Nurma pada anak bungsunya.

Nurma duduk disebelah Gibran, dia menatap sedih pada pria yang tengah mabuk tersebut.

“naina..Naina itu kamu kan” Gibran menyebut nama Naina membuat kedua orang itu saling tatap.

Gibran tiba-tiba saja terbangun dan duduk ia menatap Nurma yang ada disebelahnya.

“Bu Naina masih hidupkan, Naina masih hidupkan” tangisnya memegang tangan perempuan paruh baya itu.

“Ayah, ayah bilang Naina masih hidupkan” lanjut Gibran dan kini menatap ayah mertuanya.

Kedua orang itu saling diam, tak menjawab.

“Aku ketemu Naina bu, aku etemu dia. tapi..”

“Tapi dia tidak mengenaliku, aku ketemu Naina bu hikss hikks dia masih masih hidupkan” Gibran menangis sambil menciumi tangan Nurma.

Nurma dan juga Agus kebingungan dan mereka menatap iba kearah Gibran yang menangis sesegukan seperti ini. Mereka tiga tahun begitu dekat dengan Gibran tak pernah melihat pria itu mabuk dan juga menangis sesesak ini.

“Bu ini ai..” Nanda terdiam seketika saat melihat kakak iparnya menangis pilu seperti itu didepan ibu dan ayahnya sambil menyebut-nyebut kakaknya.

“Nanda mana airnya, berikan pada ibumu” ucap Agus.

Nanda langsung memberikan segelas air putih itu pada sang ibu,

“Gibran tenangkan dirimu, jangan seperti ini. minum air putihya dulu sayang” ucap Nurma sambil mengelus bahu Gibran yang bergetar karena menangis.

“Bu..aku mohon panggilkan Naina bu” Gibran mendongak dengan matanya berlinang.

“Minum dulu” Nurma memberikan air minum itu pada Gibran.

“Gibran sadarlah, Naina sudah tiada dari lima tahun lalu” ucap Agus pada Gibran. Nanda hanya diam sambil melihat kearah ayahnya dan ia sesekali menatap sedih saat melihat Gibran yang begitu terpuruk.

“Nggak yah dia ma..”

“Gibran minum” paksa Nurma karena Gibran tak kunjung meminum air putihnya. Pria itu tidak bisa minum beralkohol makanya harus di netralku dulu dengan air putih.

Sebelum Gibran minum dia sudah jatuh pingsan terlebih dahulu karena terlalu mabuk saat ini. Nurma langsung minggir dan menaruh kepala Gibran yang tadi jatuh di pangkuannya di atas bantal.

“Ibu sama ayah sampai kapan mau bantu kak Michel nutupin ini semua, nggak kasihan lihat kak Gibran begitu” Nanda tiba-tiba berucap seperti itu pada kedua orang tuanya. Dia begitu tak setuju dengan jalan pikiran kakaknya dan juga kedua orang tuanya yang seakan bermuka dua.

“Nanda kau tahu sendiri kalau Gibran du..”

“Aku nggak tahu kak Gibran dulu bagaimana, yang aku tahu dia kakak yang baik buatku selalu ada buat ku bermain denganku, mengajakku kemana-mana. menemaniku dan mengarahkanku. Oh iya, dan dia juga selalu ada buat ibu saat kerumah sakit buat berobat”

“Aku nggak tahu dia kayak mana dulu pada kak Naina, tapi yang aku tahu sekarang dia sudah berubah. Dia orang yang baik” lanjut Nanda sambil melihat Gibran yang tak sadarkan diri tetapi mulutnya terus bergumam menyebutkan nama Naina. Nanda langsung pergi begitu saja menuju kamarnya di lantai atas, dia tak tega melihat Gibran seperti itu.

Kedua orang tua Naina hanya saling padang, mereka terlihat bingung sekaligus sedih. Mereka jelas bingung disisi lain anaknya dan sisi lain lagi orang yang baik pada mereka.

°°°

T.B.C

1
安呢
Luar biasa
Borahe 🍉🧡
Erlan adik tirinya Gibran yah?
Borahe 🍉🧡
Nanda cewe apa Cowo thor? kok manggil Om nmnya kek nama cewek
Borahe 🍉🧡
makanya kalau mau dapat anak, sayangi juga Ibunya. bru tau rasakan kamu kehilangan keduanya
Borahe 🍉🧡
lah sdh tau egois. masih dipertahankan
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
bagus khalif. biar nyesel. klo bisa bercerai aj biat tau rasa tu kutukupret gibran
Julia Juliawati
hamidun mgkn
Julia Juliawati
laki2 durjana km gibran
Firgi Septia
perempuan egois kentara perempuan yg TDK baik laki2 nya bodoh TDK bijak
Firgi Septia
dasar suami kejam TDK punya perasaan ajak nikah pacar padahal istri sdh ada 😡😡
gah ara
bangunin singa tidur anda paaakkkkk
Suriani Lahusi Lajahiti
Luar biasa
Datu Zahra
ini mark dokter macam apa sih..? emosian kalau urusan naina. Udah tau pasien hilang ingatan. Dokter gila
Datu Zahra
Kasihan Alisha, dia dulu juga enggak salah² amat. Tega bener semua jadi pada jahat sama dia dan anaknya
Datu Zahra
Mark dokter macam apa, inget sumpah dokter. Mengabaikan pasien cuma karena urusan pribadi
Datu Zahra
Mantan pacarnya Gibran, Alisya
Datu Zahra
Nangis mulu setiap baca dibeberapa part, kaya ikut ngerasa sakitnya
Datu Zahra
punya pacar nikahin orang lain, maksa tapi diperlakukan enggak manusiawi. Dasar lelaki gila
maria handayani
/Shy/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!