Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Melamar kerja
"Ibu, bu. Kesinilah." Doni berteriak sambil meletakkan rantang yang berisi makanan di meja dapur.
"Ada apa sih Don. Teriak-teriak seperti di hutan saja." ucap Bu Mirna yang baru saja masuk ke dapur melalui pintu belakang, sambil membawa ember. Karena ia habis menjemur pakaian.
"Nih, aku bawakan makanan yang enak-enak untuk ibu." dengan gaya sombongnya, Doni membuka satu persatu rantang dan menyusunnya di atas meja.
"Wah, makanannya banyak banget Don. Enak-enak lagi. Dapat dari mana?" ucap Bu Mirna dengan mata yang berbinar.
Ia segera meletakkan ember nya dan mengambil piring untuk menikmati makanan lezat itu.
"Dari rumahnya Mala. Kan sayang kalau sisa makanan sebanyak dan selezat ini dikasihkan ke pembantunya. Mending Doni bawa pulang, dan di makan bareng ibu."
"Anak pintar yang sayang orang tua kamu Don. Kalau begitu, setiap hari saja kamu ke rumah Mala, bawa pulang sisa makanan dari sana. Jadi ibu tidak perlu capek-capek masak dan bisa menikmati makanan enak."
"Siap bu." Doni beranjak dari duduknya dan mengambil piring. Melihat makanan yang enak, selera makannya bangkit lagi.
"Sudah jam 8, kamu ngga berangkat kerja?" tanya Bu Mirna disela-sela aktivitas makannya.
"Malas ah bu. Lebih enak di rumah, atau menikmati waktu bersama Siska, tapi uang dalam rekening tetap mengalir. Toh sebentar lagi, perusahaan papanya Mala juga akan jatuh ke tangan ku."
"Benar itu. Sudah saatnya kita itu hidup enak. Tidak susah melulu." timpal ibunya. Doni pun menjentikkan jarinya tanda setuju.
"Eh iya Don, ibu mau beli perhiasan baru dong. Masa nanti pas pesta pernikahan mu, ibu ngga pakai perhiasan."
"Bukan kah ibu juga punya perhiasan?"
"Beli juga ngga apa-apa kan. Biar ibu-ibu warga sini tahu kalau perhiasan ibu banyak."
"Baiklah, mumpung Mala belum ke bank, nanti aku bakal minta tambah."
**
"Don, telepon Mala. Segera kabari dia untuk mengambil uang. Takutnya dia lupa lagi. Apalagi hari pernikahan mu sudah semakin dekat." ucap Bu Mirna, pada Doni yang tengah berbalas pesan dengan Siska, sambil rebahan di ruang tv.
"Beres." balas Doni singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya.
Tidak tanggung-tanggung, Doni meminta Mala untuk mentransfer uang sejumlah dua ratus juta. Dengan alasan untuk biaya pengobatan ibunya. Padahal uang itu untuk biaya pernikahannya dan untuk membelikan ibunya perhiasan.
**
Hari berikutnya, Mala dengan di temani asistennya ke bank untuk mengambil uang sekaligus mengecek kenapa mobile banking nya tidak bisa digunakan.
Untuk pertama kalinya ia berada di tengah-tengah keramaian dengan kondisinya yang memprihatinkan.
Dari rumah, sebelumnya ia memang sudah memakai pashmina hitam, kaca mata hitam dan masker. Karena tidak percaya diri dengan penampilannya.
Benar saja, ketika di bank banyak pasang mata yang memperhatikannya dengan seksama, sambil berbisik. Yang tentunya mereka tengah membicarakan dirinya.
"Jangan hiraukan mereka. Kecantikan itu ada dalam hati kita, bukan pada rupa." bisik Ningrum menguatkan Mala. Wanita itu mengangguk dan berusaha tersenyum di balik maskernya.
"Mala, kamu yakin mengambil sebanyak itu untuk suami mu." ucap Bu Ningrum memastikan lagi.
"Yakin lah bu. Mas Doni kan suamiku."
Wanita 40 tahun itu telah mendapat pengaduan dari bibi, asisten rumah tangga di kediaman Mala tentang Dion.
Terang saja wanita itu merasa janggal, karena dengan mudahnya Mala menuruti kemauan suaminya.
Tapi jika Mala sendiri sudah yakin, ia tidak bisa berbuat banyak, selain hanya mendoakan saja. Semoga wanita yatim piatu itu selalu dalam lindungan Allah.
Tak berselang lama, nama Mala terdengar di panggil. Ningrum segera mendorong wanita itu mendekat ke arah teller.
Seorang wanita berseragam serba biru itu menyerahkan bergepok-gepok uang dihadapan Mala setelah masuk ke mesin penghitung uang.
Dengan sigap, Ningrum memasukkan seluruh uang itu dalam tas yang lebih besar. Lalu meletakkan tas itu di pangkuan Mala. Setelahnya ia mendorong Mala menuju mobilnya terparkir.
Sesampainya di rumah. Dengan di bantu oleh pak supir dan Ningrum, Mala turun dari mobil. Mereka terkejut ketika seorang pria terlihat tengah duduk di pos satpam.
Dan dengan berlari kecil, satpam rumah menghampiri Mala dan rombongan. Ia melaporkan jika ada orang yang tengah mencarinya. Mala yang cukup penasaran mempersilahkan orang itu untuk menghadapnya.
Tak berselang lama, pria tersebut telah menghadap di depan Mala dengan ditemani satpam.
"Ada apa kamu mencari saya?" tanya Mala dengan halus dan sopan. Membuat hati laki-laki itu berdesir aneh.
"Maafkan saya jika sebelumnya telah mengganggu waktu nona." ucap laki-laki itu sambil membungkukkan badan sedikit.
"Saya datang kesini berniat untuk mencari kerja. Apapun pekerjaannya saya siap untuk menjalankannya." Mata Mala membulat ketika pria muda itu berkunjung ke rumahnya untuk mencari kerja.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘