"Menikahlah dengan saya, Alara." Ucap Alderio seraya menggenggam tangan Alara.
Alara Sinta Pramudito, seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki wajah cantik dan sangat manis harus rela melepas kegadisannya akibat kejadian satu malam yang tidak disengaja.
Kejadian yang enggan untuk diingatnya itu justru tidak direstui takdir, ia kembali dipertemukan dengan sang pria sebagai dosen pembimbingnya.
Alderio Gautam Haiyan, pria tampan dengan sejuta pesona yang berprofesi sebagai seorang dosen di universitas bergengsi di kotanya.
Tak menyangka akan bertemu kembali dengan wanita yang menjadi pasangannya malam itu apalagi sebagai mahasiswanya.
Sifat Alara yang tidak menye-menye dan spontan berhasil membuat sosok Alderio jatuh dalam pesonanya.
Lantas bagaimana kisah keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya suka bibir kamu
Alara mengaduk makanan yang sudah dingin sejak tadi, ia melamun memikirkan tentang keputusannya untuk membatalkan pernikahan dengan Alderio. Ada kebimbangan di hati Alara, ia tak tahu harus memulainya dari mana nanti.
Lamunan Alara buyar saat Reina melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Alara. Sontak gadis itu tersenyum lalu meminum jus pesanannya.
"Lo kenapa sih, Ra. Melamun aja kaya banyak pikiran?" tanya Reina menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Nggak apa-apa, gue cuma lagi mikirin nanti kerja dimana." Jawab Alara aneh.
Reina mengerutkan keningnya, ia memicingkan matanya, meniti raut wajah sang sahabat dengan tujuan dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Alara.
Alara yang sadar sedang diperhatikan oleh Reina hanya bisa mendengus, ia menutup wajahnya sendiri lalu melayangkan tangannya ke bahu Reina.
"Apaan sih, jangan lihatin orang kaya gitu deh." Tegur Alara kesal.
"Ya lagian lo aneh, kan gue curiga lo lagi sembunyikan sesuatu." Timpal Reina tak kalah kesal.
Alara menggelengkan kepalanya. "Nggak ada yang gue sembunyikan." Pungkas Alara lalu meminum jusnya hingga tandas.
Sampai saat ini Alara belum memberitahu bahwa sosok pria yang menghabiskan waktu dengannya malam itu adalah Alderio, dosen mereka. Terlebih lagi pernikahan mereka, bahkan tidak ada yang mengetahui selain pihak keluarga.
Setelah selesai makan dan mencari buku, Alara dan Reina pun sama-sama pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.
Alara mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang, saat sampai dirumah ia melihat ada mobil Mama Mira terparkir di depan rumahnya.
Alara memarkirkan mobilnya, ia keluar dari mobil lalu segera masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamualaikum." Salam Alara saat masuk ke dalam rumah.
"Nah itu dia anaknya, Alara sini." Pinta Mama Dania menjentikkan jarinya.
Alara memasang senyum, ia mendekati sang Mama lalu duduk di sebelahnya.
"Sayang, dari mana saja. Mama kesini mau tanyakan dekorasi pernikahannya, kamu suka yang mana?" tanya Mama Mira menunjukkan sebuah buku yang berisi banyak pilihan dekorasi gedung.
Alara mengambilnya, ia membolak-balik dan menatap satu persatu gambar, setelah beberapa saat akhirnya ia letakkan kembali bukunya di meja.
"Tante, apa nggak sebaiknya aku pilih ini bersama Pak Al, siapa tahu dia juga memiliki pendapat." Ucap Alara lembut.
"Tidak perlu, Rio sudah bilang, untuk urusan dekorasi gedung kamu bebas memilihnya, dia pasti akan suka. Anak itu sedang tidak ada di sini, dia ikut sang Papa ke kantor." Sahut Mama Mira menjelaskan.
Alara mengangguk paham, ia akhirnya memilih satu dekorasi gedung dan pelaminan yang tidak terlalu mewah, dengan dominasi warna putih.
"Besok, kalian pergi ke toko mas 'ya. Cari cincin pernikahan." Ucap Mama Mira yang begitu antusias dalam pernikahan Alara dan Alderio.
Alara hanya bisa menganggukkan kepalanya, ia tak tahu harus mengatakan apa, apakah ia harus langsung bicara bahwa dirinya ingin pernikahan ini batal.
"Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu. Waktu juga sudah semakin sore, besok jangan lupa ya Sayang." Tutur Mama Mira mengusap kepala calon menantunya dengan sayang.
Alara tersenyum, ia meraih tangan Mama Mira lalu menciumnya. "Hati-hati di jalan, Tante." Tutur Alara lembut.
"Kenapa buru-buru sekali sih, Nyonya. Tapi ya sudah tidak apa-apa, anda hati-hati ya di jalan." Tutur Mama Dania cepika-cepiki dengan calon besan nya.
Setelah kepergian Mama Mira, Alara langsung pergi ke kamarnya tanpa bicara apapun pada Mama Dania. Ia butuh waktu untuk beristirahat sebelum mengambil keputusan yang benar.
***
Keesokan harinya, Alara sudah bersiap untuk pergi bersama Alderio. Seperti yang Mama Mira katakan kemarin, ia akan mencari cincin pernikahan bersama Alderio.
Alara duduk di teras rumahnya, menekuk kedua lututnya lalu menunduk malam. Hari ini ia benar-benar tidak semangat, rasanya ia ingin tiduran saja diatas ranjang.
"Mana sih pak Al." Gumam Alara melirik ke gerbang rumahnya.
Alara memilih untuk memejamkan mata, jika bukan karena permintaan Mama Mira kemarin, maka ia tidak akan mau mencari cincin pernikahan bersama Alderio, lebih baik ia tidur saja.
"Pak Al, anda lama sekali." Gumam Alara dengan mata terpejam.
Tanpa Alara sadari, di depannya sudah berdiri sosok pria tampan yang tersenyum mendengar suaranya. Pria itu duduk di sebelah Alara lalu mengusap wajah cantik gadis itu dengan lembut.
"Astaga, Pak!!!" tegur Alara terkejut saat merasakan usapan di wajahnya.
"Selamat pagi, Sayang." Sapa Alderio dengan lembut.
Alara tak menjawab, ia mencari dimana mobil Alderio. Ia mengerutkan keningnya saat tidak kedapatan mobil pria itu.
"Pak, mobil anda mana?" tanya Alara dengan wajah polosnya.
"Nggak bawa, saya kan mau ajak kamu ke mall jalan kaki." Jawab Alderio bergurau.
"Pak, yang bener-bener aja. Masa iya ke mall jalan kaki, kalau ke warung depan sih wajar!!" protes Alara dengan sewot.
Alderio terkekeh, ia mencubit gemas pipi calon istrinya, ia sangat suka melihat Alara yang marah-marah begini. Wajahnya yang cantik, terlihat jauh lebih cantik.
"Bercanda, Sayang. Mobil saya di depan, sengaja nggak masuk, makanya kamu nggak sadar saya datang." Celetuk Alderio merangkul pinggang Alara tiba-tiba.
"Pak." Tegur Alara penuh penekanan.
"Hmm." Sahut Alderio berdehem, ia tarik tangan calon istrinya itu untuk bangun.
Dengan masih merangkul pinggang gadis itu, Alderio mengajak Alara masuk ke dalam mobilnya.
"Alara, kamu pasti tidak pernah insecure." Ucap Alderio menatap dalam mata Alara.
"Pak, nanti dilihat orang." Timpal Alara memejamkan matanya saat wajah keduanya begitu dekat.
Alderio mengecup cepat bibir Alara, ia tersenyum melihat mata gadisnya melotot tak suka.
"Saya suka sama bibir kamu, setelah menikah maka tidak ada hari tanpa mencium bibirmu." Celetuk Alderio diakhiri tawa kecil.
JADI NIKAH APA NGGA NIH??
To be continued