9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Zonya dan Sean segera menuju ruangan Dokter Stephani setelah mendapat panggilan dari Dokter tersebut. Sedangkan Naina sendiri, bayi malang itu tengah berbaring tak berdaya di ranjang bersama Mbok Ijah. Beruntung sesak napas yang kemarin ia alami tidak begitu serius, hingga tadi malam selang bantu pernapasannya sudah dilepaskan
Zonya membuka pintu ruangan Dokter Stephani dan langsung duduk berhadapan bersama Dokter Stephani dan satu Dokter lainnya yang Zonya tahu adalah Dokter spesialis nefrologi di rumah sakit tersebut. Sean 'pun ikut duduk di samping Zonya, demi mendengar lebih jelas mengenai keadaan Naina
"Selamat siang Dokter Zonya" sapa Dokter Stephani
"Siang, Dokter Stephani"
"Menindak lanjuti pemeriksaan kemarin, saya sudah meminta bantuan Dokter Kenan untuk meneliti lebih jauh, karena saya memiliki kecurigaan tertentu dengan penyakit yang dialami Naina, dan untuk penjelasan lebih lanjut, saya rasa Dokter Kenan akan bisa lebih rinci untuk menjelaskannya" ucap Dokter Stephani
Zonya menatap Dokter Stephani dan Dokter Kenan bergantian. Hatinya sudah berdebar tak menentu karena takut untuk mendengar kabar yang sebentar lagi akan ia terima. Namun apapun yang terjadi, akan lebih baik baginya mengetahui segalanya diawal, agar mereka bisa langsung melakukan pengobatan
Dokter Kenan mengeluarkan secarik kertas dari saku jas-nya. Ia membuka kertas tersebut, lalu melihat Zonya dan Sean bergantian "Berdasarkan tes yang sudah dilakukan. Dengan berat hati, saya harus menyampaikan bahwa pasien atas nama Naina Askara mengalami penyakit gagal ginjal akut"
Deg
"Gagal ginjal akut, Dok?" tanya Zonya memastikan dengan air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya
Dokter Kenan mengangguk "Benar, Dokter Zonya"
Zonya menutup wajahnya saat air mata yang tadi mengenang mulai luruh dan membasahi pipinya. Sean yang melihat Zonya tidak lagi mampu berucap, akhirnya memilih meneruskan pertanyaan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit Naina
"Apakah itu masih bisa disembuhkan Dok?" tanya Sean
"Dari beberapa kasus gagal ginjal anak yang saya tangani, gagal ginjal akut yang terjadi pada anak tidak separah gagal ginjal kronis yang dialami orang dewasa. Sehingga anak-anak yang mengalami penyakit ini masih memiliki harapan sembuh sepenuhnya, dengan ginjal yang kembali normal 100 persen. Tapi tentu saja semua itu harus melalui serangkaian pengobatan medis yang memadai" jawab Dokter Kenan
"Demam, gatal dan sesak yang kemarin Nai alami juga merupakan gejala yang ditunjukkan dari penyakit yang ia derita Dok" timpal Dokter Stephani
"Saya percayakan pengobatan Naina pada kalian. Saya mohon, berikan perawatan terbaik untuk Naina" ucap Zonya
"Pasti Dok"
*
Sepanjang hari, Zonya terus menerus berusaha membuat suasana hati Naina tenang. Ia tidak akan membiarkan anak itu menangis, karena takut tangisnya akan memicu munculnya rasa sesak. Sehingga anak itu harus menggunakan alat bantu pernapasan lagi. Mulai sekarang, ia akan memastikan kesehatan Naina dengan lebih jeli
"Nya, Nyonya makan siang dulu saja. Biar Mbok yang menjaga Non Nai" ucap Mbok Ijah
"Tidak Mbok, lebih baik Mbok saja yang makan lebih dulu. Aku belum lapar" tolak Zonya
Mbok Ijah menghela napas lesu. Setiap hari, Nyonya-nya ini selalu melewatkan jam makan. Entah sarapan, makan siang ataupun makan malam, pasti akan Zonya lakukan di waktu yang terlewat. Mbok Ijah jadi kasihan dengan Zonya. Sebagai seorang Dokter, Zonya pasti sangat menjaga pola makannya, tapi semenjak menjadi istri dari Sean dan bertugas untuk menjaga Naina, Zonya jadi sering melupakan waktu makannya
"Zoe..." panggil Sean, membuat Zonya yang tengah duduk di sisi ranjang Naina akhirnya menengok "Kau makan siang 'lah bersama Mbok. Biar aku yang menjaga Naina"
"Aku tidak lapar" Zonya kembali membalik tubuhnya menjadi membelakangi Sean
"Tidak usah keras kepala. Kalau kau sakit, maka aku juga akan kerepotan menjaga Naina dan dirimu"
Hati Zonya memanas. Untuk kesekian kalinya ia mendengar kata merepotkan keluar dari mulut orang-orang terdekatnya. Mulai dari orang tua, keluarga, dan sekarang laki-laki yang berstatus suaminya sendiri. Apa mereka tidak pernah berpikir bahwa satu kata itu sudah berhasil membuat kepercayaan diri Zonya runtuh dan merasa tidak dibutuhkan oleh siapapun
"Aku akan makan" Zonya langsung bangkit dari duduknya dan keluar tanpa berucap lebih
Sean ikut menatap heran pada Zonya. Namun keheranannya itu terpatahkan saat mendengar Mbok Ijah yang pamit untuk menyusul Zonya. Setelah pintu ruangan tertutup, Sean secara perlahan mulai mendekati ranjang dan duduk si sisi pembaringan Naina
Sean meneliti wajah Naina. Mulai dari mata bulat dan bulu mata lentik yang turun secara nyata dari mata istrinya, Nasila. Lalu hidung mancung yang terlihat begitu indah yang juga diturunkan oleh Nasila. Lalu kemudian tatapan Sean turun ke bibir pucat Naina yang terlihat mewarisi bibir tipis miliknya. Tanpa sadar, ia tersenyum saat melihat ada sesuatu yng menggambarkan tentang dirinya pada wajah putrinya
"Cepatlah sembuh agar bisa bermain seperti anak lain" ucap Sean
Ya, siapapun yang mendengarnya pasti akan berpikir hal yang sama. Bahwa seorang Sean Askara adalah laki-laki dingin yang tak memiliki hati. Bahkan ketika putrinya terbaring tak berdaya 'pun, ia masih enggan untuk berkata-kata lembut untuk menyemangatinya
Sedangkan di sisi lain, Zonya dan Mbok Ijah tengah menikmati makan siang di kantin rumah sakit. Kedua wanita itu tidak berniat untuk membuka pembicaraan. Keduanya hanya fokus pada makanan masing-masing
"Nya..." panggil Mbok Ijah. Namun Zonya tidak menjawab sama sekali "Nya..." panggil Mbok Ijah sekali lagi
"Ada apa Mbok?"
"Makanan Nyonya sudah habis"
Mendengar ucapan Mbok Ijah. Zonya lantas menurunkan pandangannya pada piring makannya, dan benar saja makanan dalam piring tersebut sudah habis tak bersisa. Bahkan Xonya 'pun tak sadar bagaiman ia bisa menghabiskan makanannya. Zonya gelagapan karena malu. Ia langsung saja menyeruput minumannya hingga benar-benar habis
"Nyonya kalau mau langsung ke ruangan, duluan saja. Biar Mbok nanti menyusul" ucap Mbok Ijah
"Tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa Nya"
"Baiklah, kalau begitu aku duluan Mbok"
Zonya langsung kembali ke kamar perawatan Naina. Namun entah bagaimana, kepalanya terasa pusing dan penglihatannya memburam. Didetik itu juga, Zonya jatuh tak sadarkan diri
Seorang laki-laki berjalan santai setelah menyelesaikan makan siangnya di kantin rumah sakit. Namun begitu akan kembali, ia justru melihat seorang wanita yang terlihat tak sadarkan diri. Dengan langkah cepat, ia segera menghampiri wanita tersebut dan membalik tubuhnya agar ia bisa melihat wajahnya
"Zonya?" ucapnya terkejut saat melihat wajah wanita yang tak sadarkan diri itu adalah Zonya. Tanpa banyak kata lagi, ia segera menggendong tubuh Zonya untuk selanjutnya ia bawa ke ruang perawatan agar mendapat perawatan terbaik
"Tunggu!"