Wanita mana yang sanggup hidup menjanda saat baru dua hari menikah? Di tinggalkan suami tercinta untuk selama-lamanya, membuat kehidupan Khaira Arandhita, gadis yang biasa dipanggil Aira, menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Ia harus menikah dengan adik iparnya sendiri karena wasiat dari mendiang suaminya.
"Jangan pernah berharap Aku akan menyentuhmu, karena Aku sudah mencintai wanita lain, pernikahan ini ku anggap hanya sebuah kesepakatan, bukan ikatan." ucap Martin kepada Aira di saat malam pengantin mereka.
Martin Nugroho, mantan adik ipar yang kini menjadi suami Aira, yang sudah memiliki kekasih yang di pacarinya sejak dua tahun, Martin memaksa tetap akan menikahi pacarnya meskipun dirinya sudah menikah dengan istri dari kakaknya.
Akankah kehidupan rumah tangga Aira berjalan mulus? Mampukah Aira meluluhkan hati suaminya?
Ikuti kisah romantis mereka ❤️❤️
Novel pertama author yang bertema religi, mohon dukungannya ya 😊🥰❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mandi
Adzan subuh telah berkumandang, Aira membuka kedua kelopak matanya, Ia melihat langit-langit kamar yang masih temaram, karena Martin semalam mematikan lampu kamar mereka. Ia berusaha bangkit. Namun, tubuhnya terasa berat karena tangan sang suami melingkar di atas tubuhnya. Dalam keadaan gelap itu, Aira berusaha untuk beranjak ke kamar mandi, Ia akan membersihkan dirinya dengan mandi besar, karena semalam untuk kali pertamanya Ia telah menjadi istri seutuhnya untuk sang suami.
Sejenak Aira mengecup kening sang suami yang masih tertidur pulas, Ia tahu pasti suaminya sangat kelelahan, mengingat semalam mereka melakukannya bukan hanya sekali, tapi beberapa kali, membuat tubuh Aira terasa pegal-pegal dan lelah. Tapi, Ia tetap bahagia. Karena Ia telah ikhlas memberikan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya hanya untuk suami tercinta.
"Terima kasih, Mas! Kamu telah mempercayakan kepadaku untuk merasakan menjadi istrimu seutuhnya, meskipun pernikahan kita bukan karena dasar cinta. Tapi, Aku yakin jika cinta itu mulai bersemi di antara kita, karena Aku merasakannya dalam sentuhan mu yang begitu lembut kepada ku, kamu sangat memanjakan diriku, Aku merasa seperti wanita yang paling berharga untukmu, apapun yang sudah kamu lakukan semalam, tidak akan pernah Aku lupakan sepanjang hidupku." ucapnya lirih, kemudian Aira beranjak pergi dari tempat tidur. Namun, tiba-tiba saja tangan Martin menahan tangan Aira, sehingga Aira kembali duduk di samping suaminya.
"Kamu mau kemana?" tanya pria itu dengan suara parau.
"Kamu sudah bangun, Mas? Aku mau ke kamar mandi, sudah terdengar suara adzan. Kita mandi, yuk! Setelah itu kita sholat subuh berjamaah." ajak sang istri sembari tersenyum. Dalam cahaya yang masih temaram itu, bayangan wajah Aira masih terpantul dengan jelas, bola mata yang memancarkan cahaya itu menggoda Martin untuk bangun dari tidurnya.
Sejenak Martin membawa sang istri ke dalam pelukannya. Sungguh pria itu rupanya begitu ingin selalu bersama dengan wanita yang kini menjadi istrinya, Martin tampak memeluknya dengan mesra dan Ia pun berkata, "Terima kasih atas segalanya, Aku berjanji tidak akan membuatmu istriku bersedih, Aku juga sangat berterima kasih kepada Mas Panji, karena dia sudah memberikan hadiah terindah dalam hidupku, seorang wanita cantik dan shalihah seperti dirimu, tetaplah bersamaku dalam segala hal, temani Aku hingga ajal memisahkan kita ..." spontan Aira menutup bibir Martin dan menggelengkan kepalanya.
"Jangan katakan itu lagi, kita akan tetap bersama sampai ke liang lahat, Mas Panji sudah cukup membuatku bersedih dengan kematiannya. Dan sekarang kamu adalah Suamiku, yang akan ada dan selalu mendampingi ku, Aku akan tetap setia di samping mu, Mas! Apapun yang terjadi Aku akan tetap ada untukmu. Jadi, Aku mohon jangan katakan itu lagi, Aku ingin membina rumah tangga ini bersamamu, karena Aku yakin jika kamu adalah imam yang baik untukku." mendengar penuturan dari sang istri. Martin sangat bahagia, rupanya keputusannya untuk menyetujui permintaan mendiang Panji tidaklah salah, meskipun berat di awal. Nyatanya sekarang Martin mulai bisa menerima kehadiran istrinya.
"Kita mandi yuk, Mas!" Aira kemudian beranjak untuk berdiri. Namun tiba-tiba saja ia merasa ada sesuatu yang membuatnya sedikit tidak nyaman. Martin yang melihat ekspresi wajah istrinya yang sedikit meringis, Ia pun segera beranjak berdiri dan menggendong tubuh sang istri.
"Mas Martin! Nggak usah Mas, biar Aku berjalan sendiri!" pintanya agar Martin menurunkan dirinya.
"Kamu merasakan ini karena ulahku, jadi Aku harus membuat istri ku nyaman, Aku tidak mau melihat istriku sakit, sehingga Ia enggan untuk melayaniku kembali, Aku tidak mau itu terjadi." pria itu membuat pipi Aira benar-benar seperti kepiting rebus, Ia pun menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya.
Martin membawa Aira ke kamar mandi, mereka pun mandi bersama, baru kali ini Martin melihat bodi aduhai sang Istri yang selama ini tertutup dengan gamis panjang, sungguh seperti mutiara yang tersimpan begitu rapat, kulit putih dan bersih sungguh terpampang nyata di hadapan Martin yang tampak sedang menggosok punggung istrinya.
"Subhanallah! Tubuhmu begitu indah, Sayang! Semuanya terlihat istimewa, kamu menutupi keindahan ini dengan sangat sempurna. Balutan gamis panjang itu rupanya melindungi tubuh indah ini dari mata liar laki-laki yang bukan mahram, kerudung panjang itu melindungi rambut mu yang indah, agar laki-laki diluar sana tidak menyentuhnya sembarangan. Dan hanya Aku yang bisa melihat keindahan dan kemolekan tubuh ini, Aku adalah laki-laki yang beruntung. Betapa semua ini adalah anugerah yang paling terindah, rasanya Aku ingin sekali memiliki anak yang banyak dari Ibu yang cantik seperti dirimu, tentunya mereka akan tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah, karena terlahir dari wanita yang shalihah seperti dirimu." kata ucap Martin dari arah belakang Aira sembari menggosok punggung mulus itu.
Tentu saja Martin terpesona dengan kemolekan tubuh Aira, meskipun dirinya telah memiliki sang istri sepenuhnya. Tapi untuk menatap keseluruhan milik Aira, baru kali ini Martin melihatnya secara sempurna. Karena semalam dirinya sengaja mematikan lampu kamar mereka. Sehingga tak nampak lekuk tubuh Aira yang bak model menurutnya. Aira tersenyum mendengar rayuan suaminya, Ia pun mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Martin yang ingin memiliki anak banyak darinya.
"Apa, Mas! Kamu ingin mempunyai anak yang banyak? Memangnya kamu ingin punya anak berapa?" tanyanya balik membuat Martin menatap ke atas dan sejenak berpikir, berapa banyak anak yang akan mereka buat nanti.
"Aku ingin punya anak li ... ma, eh nggak-nggak bukan lima, tapi enam atau tujuh, makin banyak lebih bagus iya, kan?" jawaban Martin membuat Aira menepuk jidatnya.
"Astaghfirullah, Mas! Sebanyak itu?"
"Iya dong! Aku ingin rumah ini rame dengan kehadiran anak-anak kita nanti, apalagi Mama sama Papa tuh pasti mereka Seneng banget, kan! Makanya itu kita harus gencar membuat proyek bikin anak, kalau bisa setiap lahir anak kita kembar, biar cepet banyak tuh!" Martin berkata dengan wajah yang sangat berbinar. Beda halnya dengan Aira yang terlihat pasrah dengan ucapan suaminya.
"Terserah kamu deh, Mas! Kepalaku pusing!" ucap Aira sembari memegang kepalanya. Martin pun tersenyum dan berkata sembari membalikkan badan istrinya yang waktu itu tanpa memakai benang sedikit pun.
"Lihatlah Aku!" titah Martin sembari meraih dagu istrinya, dibawah guyuran air shower mereka berdua saling berhadapan. Aira menatap wajah sang suami dengan malu-malu.
"Aku cuma bercanda, mana mungkin Aku merepotkan istriku dengan mengasuh banyak anak, Aku bertanggung jawab membuat istriku bahagia, Aku tidak akan merepotkan mu karena kehadiran buah hati kita nanti, kalaupun nanti anak kita lahir, Aku tidak akan membiarkanmu bangun tengah malam karena mendengar tangisan bayi kita, Aku yang akan menjaganya." ucapan Martin tentu saja membuat gadis seperti Aira bersyukur memiliki suami yang pengertian dan menyayanginya.
...BERSAMBUNG ...