ASMARA TURUN RANJANG
Di sudut ruangan terlihat seorang wanita yang sedang duduk dengan memeluk kedua lututnya, Ia terdengar menangis sesenggukan, dengan masih memakai pakaian pengantin, sangat jelas wanita itu baru saja melangsungkan pernikahan.
"Mas Panji, kenapa kamu tinggalin Aku, Mas! Kenapa?" ucapnya dengan suara yang mulai melemah, wanita itu bernama Khaira Arandhita, yang biasa dipanggil Aira, wanita berparas manis yang menjadi menantu keluarga besar Nugroho.
Aira menatap nanar seluruh ruangan, bagaimana dirinya harus melewati malam pengantin sendirian, malam dimana setiap pasangan yang baru menikah menunggu kesempatan paling terindah ini. Namun, bagi Aira malam pengantin ini tak ada bedanya dengan kuburan dimana mendiang suaminya dikebumikan.
FLASHBACK ON
"Saya terima nikah dan kawinnya Khaira Arandhita binti Ahmad Baihaqi dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat seratus gram dibayar tunai." ucap Martin Nugroho di saat dirinya mengucapkan ijab Kabul untuk memperistri Aira, wanita yang tidak pernah Ia bayangkan akan menikah dengannya.
Sah sudah pernikahan keduanya, di saksikan oleh seluruh keluarga, tak ada wajah bahagia dalam diri Martin, seolah Ia ingin lari saja dari tempat itu. Apalagi melihat istri yang di nikahi nya, wanita yang tidak pernah Ia cintai, membuat Martin ingin pergi saja dengan segera.
"Martin! Ibu berharap kamu bisa melaksanakan wasiat dari kakakmu, Aira gadis yang baik, Ibu yakin sekali Aira pasti akan membahagiakanmu dan menjadi istri yang baik untukmu. Ibu tahu, kenapa Panji sengaja melakukan ini untukmu, karena Panji tahu jika Aira pasti membantumu menjadi laki-laki yang lebih baik lagi." ucap Bu Asri kepada putra keduanya.
"I-iya, Bu!" jawabnya singkat.
"Aku tidak akan pernah bisa bahagia bersama gadis ini, Aku tidak pernah mencintainya, Aku hanya menganggap nya sebagai gadis panti asuhan, Astaga! Kenapa Aku yang harus mendapatkan wasiat seperti ini!" gumam Martin yang tampak berpura-pura baik-baik saja di depan sang Ibunda.
Demi tidak ingin menyakiti hati orang tuanya, Martin terpaksa menyembunyikan kekecewaannya terhadap keputusan pernikahan ini yang tentu saja membuatnya benar-benar tertekan, apalagi dirinya sudah mempunyai seorang kekasih yang bernama Talita.
Acara resepsi pernikahan Martin dan Aira pun telah usai, kedua mempelai telah beristirahat di dalam kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa dengan bunga-bunga segar.
Aira tampak sedang duduk di atas tempat tidurnya, Ia yang biasa memanggil Martin dengan sebutan nama saja, kini Ia memanggil Martin dengan sebutan Mas. Karena mulai hari ini Aira sudah resmi menjadi istri Martin Nugroho, adik Almarhum Panji Nugroho, suami pertama Aira yang meninggal tiga bulan yang lalu. Seusai masa Iddah, Aira langsung dinikahkan dengan Adik kandung Panji Nugroho, dimana pernikahan mereka adalah permintaan dari mendiang Panji sendiri yang menginginkan Adiknya menikah dengan istrinya saat dirinya wafat nanti.
"Martin! Mas punya satu permintaan untukmu!" ucap pria yang sedang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dengan luka yang sangat parah pada area kepalanya.
"Mas harus banyak istirahat, kondisi Mas masih belum stabil," balas sang Adik yang mencoba menenangkan sang Kakak. Di temani Istri dan kedua orang tuanya, Bu Asri dan Pak Burhan. Panji saat itu mengucapkan sebuah kata yang membuat Istri dan Adiknya begitu terkejut.
"Aku tahu, Aku rasa tidak lama lagi Aku akan pergi menghadap sang Pencipta, sebelum Mas menghadap kepada sang Illahi, Mas mohon kepadamu, berjanjilah untuk melakukan satu hal untukku!" ucap Panji sembari menahan rasa sakitnya.
"Mas! Aku mohon jangan bicara seperti itu, Mas Panji harus sembuh, Mas pasti baik-baik saja," Martin terus berusaha meyakinkan sang Kakak. Sementara Aira dan Asri terlihat tidak tega melihat kondisi Panji yang sangat memprihatikan, dokter memvonis tengkorak kepala Panji mengalami cidera yang cukup fatal sehingga Dokter memprediksi Panji tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama lagi.
"Tidak Martin! Aku tidak punya banyak waktu lagi, Aku harus mengatakannya kepadamu!" ucapnya dengan nada yang mulai terbata-bata. Karena Martin tidak tega melihat kondisi sang Kakak, Ia pun berusaha mendengarkan permintaan kakaknya.
"Baiklah! Aku akan mendengar permintaan Mas Panji, katakan! Apa yang Mas Panji ingin katakan?" Martin terlihat pasrah dengan apa yang akan dikatakan oleh sang Kakak.
"Martin! Mas ingin Kamu berjanji satu hal, tolong! Nikahi Aira selepas kepergianku, Aku ingin kamu menjaganya, Aku sangat menyayangi Aira, Aku tidak ingin Ia sendirian dalam dunia ini, temani Dia! Mas rela jika Aira menjadi istrimu, berjanjilah Martin!" ucapnya sembari menggenggam tangan sang Adik.
Martin menatap wajah kedua orang tuanya, Asri dan Burhan terlihat mengangguk, Martin pun tidak bisa menolaknya, karena dirinya begitu menyayangi kakaknya itu, akhirnya Martin pun bersedia untuk menikahi Kakak iparnya.
"I-iya Mas, Aku akan mengabulkan permintaan mu, tapi Aku mohon Mas jangan bicara seperti itu lagi, Mas pasti baik-baik saja!"
"Aku tidak akan baik-baik saja, sekarang Aku bisa lega sudah mengatakan hal ini kepadamu, dan kamu Aira, kemarilah!" Panji terlihat memanggil gadis yang baru dua hari menjadi pengantinnya itu. Aira mendekati Panji dengan air mata yang menghiasi wajah cantiknya.
"Mas Panji! Aku mohon jangan katakan itu lagi, Aku hanya milik Mas Panji, kamu pasti sembuh Mas!" Aira berkata sembari mencium tangan suaminya yang terpasang selang infus.
"Kamu jangan bersedih, Mas sangat menyayangimu, kamu tidak akan sendirian, meskipun Mas tidak bisa menemani hari-harimu, Namun percayalah cinta Mas padamu akan tetap abadi selamanya, sekarang Mas hanya minta satu hal kepada mu, menikahlah dengan Adikku, Martin! Mas yakin Martin akan menjagamu, seperti Aku yang selalu menjagamu, berjanjilah padaku, Aira! Setelah itu Aku bisa pergi dengan tenang!"
Air mata Aira tidak bisa terbendung lagi, benar-benar gadis itu mengalami nasib yang sangat buruk, baru dua hari ia melangsungkan pernikahan dengan Panji Nugroho, pengusaha muda yang sukses, pria yang sangat mencintai Aira, gadis dari panti asuhan yang Ia kenal saat acara donasi di panti asuhan asal Aira tinggal.
Aira menatap dalam-dalam bola mata sang suami dan Ia terpaksa mengatakan hal itu dihadapan sang suami dengan menundukkan wajahnya yang berhias butiran air mata.
"Iya, Aku janji sama kamu, Mas! Aku akan menikah dengan Martin!" ucapnya di iringi air mata yang terus keluar dari sumbernya.
Panji tersenyum dan setelah mendengar penuturan istrinya, Ia pun mulai menutup mata sembari terbata-bata mengucapkan "Laailahaillaah ... Muhammadur ... Rosulullah." Ucapan terakhir Panji sebelum Ia menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir.
"Mas! Mas Panji! Bangun Mas ...! Jangan tinggalkan aku, Mas!" Aira menangis sejadi-jadinya saat melihat wajah sang suami untuk yang terakhir kalinya.
*
*
Sejenak Martin tersadar dari lamunannya, Pria itu tampak mengganti bajunya dengan baju biasa, Ia pun segera beranjak mengambil jaket warna hitam dan bersiap untuk pergi malam ini juga, sementara Aira terkejut melihat suaminya yang hendak pergi ke luar.
"Kamu mau ke mana, Mas?" tanyanya sembari memperhatikan penampilan Martin yang terlihat rapi. Martin mendekati Aira dan berkata, "Kamu tidak berhak tanya-tanya kemana aku pergi, itu bukan urusanmu!"
"Tapi, Kita sudah menikah, Mas! Aku berhak tahu kemana saja kamu pergi! Apalagi hari ini adalah malam pengantin kita, tidak pantas jika seorang pengantin meninggalkan pasangannya di hari pernikahan mereka." ucapnya kepada pria yang dulu menjadi adik iparnya itu.
"Jangan pernah berharap Aku akan mencintaimu, karena Aku sudah mencintai wanita lain, pernikahan ini ku anggap hanya sebuah wasiat, bukan ikatan. Jadi jangan bermimpi Aku akan menganggap mu sebagai seorang istri, Aku sangat menyayangi Mas Panji, apapun yang Ia minta pasti akan Aku kabulkan, meskipun kini Ia telah tiada, kamu tidak lebih adalah gadis panti yang dipungut oleh Kakakku!" ucap Martin kepada Aira di saat malam pengantin mereka. Martin pergi begitu saja seusai dirinya mengatakan hal itu kepada wanita yang baru saja Ia nikahi.
FLASHBACK OFF
"Mas Panji! Pernikahan apa yang sedang Aku jalani ini, Kamu sudah menyuruhku untuk menikahi Adikmu, tapi apa ini caranya dia memperlakukanku?" Aira berkata sembari membasuh air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya.
...*...
...*...
...*...
...Yuk komen untuk bab 1 yang sudah mengandung bawang 😭. Jangan lupa favorit kan untuk mendapatkan notifikasi bab berikutnya, dan tentu saja jangan lupa like, komentar, beri hadiah dan juga Vote-nya ya, supaya othor bisa update setiap hari. Ingat!othor nggak pernah kasih sad ending, pasti berakhir happy ending 🥰🥰...
...Visual sekalian ya! Biar kalian bisa menghalu🤭...
Khaira Arandhita, 21 tahun, gadis yang berasal dari panti asuhan yang dinikahi oleh Panji Nugroho, dan dua hari juga Ia menjanda. Hingga akhirnya ia menikah dengan Adik iparnya atas permintaan mendiang Suaminya.
Martin Nugroho, 25 tahun. Adik kandung Panji Nugroho, yang diminta untuk menikah dengan Aira, atas permintaan dari mendiang Panji Nugroho, Suami Aira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Juan Sastra
kisahnya pasri mengiras emosi jiwa,, namun visualnya bikin meleleh
2024-06-17
0
Ta..h
mengsedih ini mh 😭
2023-04-13
0
Ria dardiri
mampir
2023-02-03
1