Rara Maharani Putri, seorang wanita muda yang tumbuh dalam keluarga miskin dan penuh tekanan, hidup di bawah bayang-bayang ayahnya, Rendra Wijaya, yang keras dan egois. Rendra menjual Rara kepada seorang pengusaha kaya untuk melunasi utangnya, namun Rara melarikan diri dan bertemu dengan Bayu Aditya Kusuma, seorang pria muda yang ceria dan penuh semangat, yang menjadi cahaya dalam hidupnya yang gelap.
Namun Cahaya tersebut kembali hilang ketika rara bertemu Arga Dwijaya Kusuma kakak dari Bayu yang memiliki sifat dingin dan tertutup. Meskipun Arga tampak tak peduli pada dunia sekitarnya, sebuah kecelakaan yang melibatkan Rara mempertemukan mereka lebih dekat. Arga membawa Rara ke rumah sakit, dan meskipun sikapnya tetap dingin, mereka mulai saling memahami luka masing-masing.
Bagaimana kisah rara selanjutnya? yuk simak ceritanya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Jessi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan Ayah
"Dasar wanita bodoh!" ucap rani
Flashback on.
Saat rara sibuk berbicara dengan bi inah, dengan sigap rani memasukkan obat tidur kedalam jus Milik rara. Dari awal kedekatan mereka hanya dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan semata, Rendra berniat menjual rara kepada salah satu klien hidung belang yang haus akan kepuasan.
Flashback off.
"bu, mobil sudah siap?" tanya rani
"mobil sudah didepan.. Ayok yah angkat rara" ucap kartika
Tidak menunggu lama, Rendra mengangkat tubuh anaknya menuju halaman rumah.
ternyata disana telah menunggu sebuah mobil yang akan membawa mereka pergi jauh dari kediaman wijaya.
Dua pulu menit kemudian, Rara mulai tersadar dari obat bius yang diberikan oleh rani. Rendra menyadari bahwa rara sudah sadarkan diri
"dasar! Rani tidak becus! Seharusnya beri dia obat yang dosisnya lebih tinggi" kesal rendra
Namun seketika amarah Rendra menghilang ketika telah bertemu dengan seorang pria paruh baya.
Rara berusaha untuk mengontrol kesadarannya, suara hiruk pikuk diluar sana seakan akan tertelan jauh dari mendengarnya. Saat ini yang ia dengar hanyalah percakapan ayah dengan seorang pria paruh baya.
Rara tersadar dari tidurnya, ia memperhatikan kondisi disekitarnya, kondisi yang tidak pernah ia lihat selama ini.
"ini bar?" gumam rara sendiri
seorang pria paruh baya dengan jas mahal menghampirinya. Ia memperkenalkan diri sebagai Darmawan Surya, pengusaha kaya yang selama ini menjadi mitra bisnis Rendra.
Darmawan tersenyum lebar, tetapi tatapannya membuat Rara bergidik. “Ayahmu mengatakan kau gadis yang spesial. Aku setuju. Kau sangat cantik,” katanya dengan nada penuh arti.
Rendra, yang berdiri di dekat mereka, tertawa kecil. “Pak Darmawan tertarik untuk menjadikanmu istri, Rara. Kau harus berterima kasih. Dia akan menyelamatkan keluarga kita dari kehancuran.”
Rara membelalak. “Ayah, apa maksudnya? Aku bukan barang yang bisa kau jual!”
Rendra menatapnya dingin. “Kau tak punya pilihan. Ini untuk keluarga kita. Jangan buat malu. Bukankah kamu tadi sudah setuju akan membantu keluarga kita?!”
Rara merasa terjebak. Saat Darmawan semakin mendekat, ia mencoba mencari cara untuk kabur. Dengan panik, ia berdiri dari kursinya dan mendorong dermawan hingga jatuh kemudian berlari keluar bar.
Dengan amarah yang memuncak, Rendra mengejar rara tanpa henti-hentinya dengan berbagai umpatan yang ia lontarkan kepada putri kandungnya.
Rara tidak memperdulikan umpatan sang ayah, ia terus berlari hingga menabrak beberapa orang di jalan. Di luar, kakinya terus melangkah tanpa tujuan, hingga ia tersandung dan jatuh di trotoar.
Rara berusaha untuk bangkit namun kakinya terkilir akibat tersandung tadi, dengan perlahan rara bangkit dan berjalan dengan tertatih.
Air matanya jatuh berderai mengingat kejadian tadi, ia tidak menyangka ayah kandungnya sendiri akan menjual dirinya kepada orang lain.
Kini rara tiba di sebuah halte bus yang terletak tidak jauh dari tempat ia tersandung tadi, rara tidak mampu lagi untuk melangkahkan kakinya.
"bunda.. Rara takut.. ayah tega menjual rara" ucapnya dengan tubuh yang gemetar
Hujan deras mengguyur malam itu, menyisakan dingin yang menggigit tulang. Rara masih setia duduk di halte tersebut meratapi nasibnya. Matanya bengkak dan merah, air mata terus mengalir tanpa bisa ia hentikan. Pikirannya dipenuhi oleh kata-kata tajam ayahnya tadi yang mana keputusan sepihak yang menghancurkan hidupnya.
"Ini demi kebaikan keluarga kita. Kau hanya perlu patuh."
Bayu Aditya Kusuma, yang kebetulan melintasi halte itu setelah lembur kerja, memperlambat langkahnya ketika melihat sosok perempuan dengan bahu berguncang pelan. Rasa iba menyeruak dalam dadanya. Ia ragu sejenak, namun nalurinya mendesaknya untuk mendekat.
"Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanyanya pelan, menunduk sedikit agar bisa melihat wajah Rara di balik rambutnya yang basah.
Rara mendongak dengan ekspresi penuh keterkejutan. Mata mereka bertemu dan Bayu bisa melihat jelas luka di balik tatapan itu.
"Aku nggak tahu harus ke mana," ucap Rara lirih. Suaranya bergetar, entah karena dingin atau ketakutan yang masih mencengkeramnya.
Bayu menarik napas dalam. "Kamu nggak bisa di sini sendirian. Boleh aku antar pulang, atau ke tempat yang aman dulu?"
Rara menggeleng cepat, air matanya kembali mengalir. "Aku nggak punya rumah lagi. Ayahku... dia menjual aku..." Suaranya pecah sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya.
Bayu tertegun, amarah membuncah dalam dirinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang ayah tega melakukan hal seperti itu. Tapi sekarang bukan waktunya untuk bertanya atau menyalahkan. Gadis ini membutuhkan bantuan.
"Oke," kata Bayu, berusaha tenang. "Kalau kamu nggak keberatan, kita cari tempat untuk istirahat dulu, ya? Ada teman yang bisa aku hubungi untuk bantu."
Rara menatap Bayu dengan ragu. Ia tidak tahu apakah ia bisa mempercayai pria asing ini. Tapi, di balik tatapannya yang penuh ketegasan, ada sesuatu yang membuatnya merasa aman.
"Aku... aku ikut," gumamnya akhirnya.
Bayu mengangguk, melepas jaketnya untuk menutupi tubuh Rara yang menggigil. Malam itu menjadi awal pertemuan mereka, dua jiwa yang dipertemukan oleh luka, di bawah derasnya hujan yang menjadi saksi bisu.