Suatu kesalahan besar telah membuat Kara terusir dari keluarga. Bersama bayi yang ia kandung, Kara dan kekasih menjalani hidup sulit menjadi sepasang suami istri baru di umur muda. Hidup sederhana, bahkan sulit dengan jiwa muda mereka membuat rumah tangga Kara goyah. Tidak ada yang bisa dilakukan, sebagai istri, Kara ingin kehidupan mereka naik derajat. Selama sepuluh tahun merantau di negeri tetangga, hidup yang diimpikan terwujud, tetapi pulangnya malah mendapat sebuah kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpisah
Kara sangat bersemangat mengurus surat-surat keberangkatannya. Elno cuma bisa melihat dan mendukung apa yang ingin istrinya lakukan. Selain itu, Kara mendapat panggilan kerja di minimarket dekat rumahnya.
Cukup dengan sepuluh menit berjalan kaki, maka Kara sampai di tempat kerjanya. Elno kira istrinya mengurungkan niat ke luar negeri setelah mendapat pekerjaan, tetapi malah kerja itu dijadikan semangat untuk Kara. Gajinya bekerja akan dipakai untuk keperluan mengurus surat serta bekal selama di sana nanti.
Hari-hari cepat berlalu. Semakin dekat keberangkatan Kara ke Hongkong. Pihak agen juga datang memberitahu jika Kara harus bersiap-siap. Melihat itu, Kara malah tidak sabar untuk segera berangkat. Ia selalu mengatakan impiannya setelah mendapat pekerjaan di sana.
Namun, Elno sendiri merasa waktunya semakin singkat dengan sang istri. Ia ingin Kara tidak pergi, tetapi sudah terlanjur memberi izin. Semua butuh proses. Pengorbanan harus dilakukan demi tujuan hidup mereka.
Satu minggu kemudian, agen datang memberi kabar kepada Kara. Wanita paruh baya itu yang akan membawa Kara pergi ke negara Hongkong. Sekitar ratusan orang akan berangkat bersama istrinya.
Kara mulai berbenah. Ia membawa pakaian dan segala kelengkapan dokumen. Elno tidak menolongnya untuk berberes. Kalaupun Elno membantu, maka pakaian di dalam tas itu akan Elno keluarkan dari sana.
Kara juga sudah berhenti bekerja sebagai kasir. Karena wajahnya yang cantik, ia ditempatkan di bagian depan. Meski sudah dibujuk dengan kenaikan gaji, Kara sama sekali tidak berminat untuk melanjutkan pekerjaan. Kara tetap bersikukuh ingin pergi ke Hongkong.
"Sayang, beberapa hari ini aku lihat kamu sering melamun," kata Kara.
"Sudah selesai berberesnya?" tanya Elno.
Kara mengangguk. Ia hampiri suaminya yang duduk di depan pintu kamar. Kara memeluknya erat. "Sayang, ikhlaskan kepergianku. Jika kamu begini, maka aku khawatir. Beri aku jalan untuk mencapai cita-citaku."
Elno mengangguk. "Aku ikhlas, Kara. Aku mengizinkanmu pergi."
"Tapi kamu sedih."
"Pasti sedih. Istriku akan pergi ke negara yang jauh sana. Aku akan merindukannya selalu," ucap Elno.
Kara mengecup pipi suaminya. "Sayang, ini ujian dan pengorbannan kita. Aku janji bakal pulang setelah semua impian kita terwujud."
Elno mengangguk, kemudian menatap lekat Kara. "Kamu janji bakal pulang, kan?"
"Tentu saja. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Sayang."
Elno membawa Kara ke atas kasur lantai. Satu per satu pakaian Kara dilepas dan mereka melakukan kegiatan suami istri dengan cinta dan sayang.
Detik-detik menjelang hari keberangkatan, Elno selalu meniduri istrinya. Seakan tidak pernah puas, setiap kesempatan Elno membawa Kara bergelut di atas tempat tidur.
Sayangnya Kara tidak hamil ditiduri terus seperti itu. Istrinya selalu tidak lupa mengonsumsi pil pencegah kehamilan.
"Ini malam terakhir. Kumohon, biarkan aku sepuasnya menikmatimu," ucap Elno.
Kara mengangguk. "Iya, Sayang. Lakukan apa pun yang kamu inginkan."
Malam itu menjadi malam terpanjang yang dilalui keduanya. Elno sengaja bolos kerja demi menghabiskan waktu bersama istrinya. Besok, hari terakhir dirinya bisa melihat wajah cantik dari Kara.
...****************...
Pagi-pagi, Elno mengantar Kayla ke kantor penyalur tenaga kerja. Sudah ada banyak calon pekerja serta sanak keluarga di sana. Kara dan lainnya akan menumpang bus yang telah disediakan oleh badan penyalur tenaga kerja.
"Aku akan ikut kamu ke Bandara," kata Elno.
"Iya, Sayang. Aku gabung sama mereka dulu."
Terlihat Kara sama sekali tidak sedih. Ia bahagia dengan kepergiannya. Lain hal dengan Elno yang ingin waktu berhenti agar istrinya tidak jadi berangkat.
Keberangkatan diumumkan. Para calon tenaga kerja wanita naik ke dalam bus. Sekitar empat bus penuh yang akan berangkat ke bandara. Kara berada di bus kedua dan duduk di tepi dekat jendela. Ia melambaikan tangan pada Elno.
Ketika bus berangkat, Elno mengikuti dari belakang. Ada juga sanak saudara lain, tetapi itu berasal dari daerah sekitar Jakarta. Kebanyakan dari luar kota yang berangkat mengadu nasib ke negeri tetangga.
Sesampainya di bandara, Mereka semua disuruh menunggu sampai waktunya tiba menuju pesawat. Kara mencuri waktu untuk bersama suaminya.
"Semuanya sudah lengkap, kan? Enggak ada yang ketinggalan lagi?" kata Elno.
"Tadi subuh sudah aku cek. Semuanya lengkap."
"Yang penting dokumen kamu, Sayang. Jangan sampai hilang. Kalau kamu tidur, tas punggung kamu jangan dilepas," pesan Elno.
"Jangan khawatir. Bukan aku sendiri yang berangkat," kata Kara.
"Tetap saja aku khawatir. Kalau majikan kamu galak, lekas kasih tau orang-orang terdekat. Jangan berbuat aneh-aneh selama di sana."
Kara tersenyum. "Kamu juga. Tunggu aku pulang. Kita akan bersama lagi."
Elno memeluk istrinya. "Aku akan merindukanmu."
"Aku akan selalu telepon."
Elno kecup kening Kara dalam waktu yang cukup lama. Ia harus rela ketika istrinya melepaskan diri untuk bergabung bersama lainnya.
Keberangkatan itu tiba. Kara akan pergi dan Elno tidak kuasa menahan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Sang istri pergi demi meraih mimpi. Mewujudkan kehidupan rumah tangga untuk masa depan mereka nantinya.
Kara menoleh ke belakang. Ia tersenyum melihat suaminya. Lambaian tangan ia berikan sebagai tanda perpisahan. Baik Kara dan Elno tidak ingin mengucapkan selamat tinggal. Kara tidak pergi selamanya. Ia akan kembali lagi dengan membawa kesuksesan.
"Tunggu aku, Elno. Aku akan kembali," ucap Kara.
"Selamat jalan, Sayang. Semoga impianmu terwujud," balas Elno.
Meski keduanya tidak mendengar ucapan itu, Kara dan Elno sama-sama tahu. Mereka saling menyemangati dan berharap kehidupan lebih baik setelah berpisah.
Elno mengusap air matanya dengan kaus yang ia pakai. Satu senyuman terakhir dari Kara ia lihat, lalu pandangan itu lenyap. Kara telah pergi untuk waktu yang lama. Yang pasti Elno yakin, Kara akan pulang setelah impiannya tercapai.
Bersambung
penuh makna
banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
sampai termehek-mehek bacanya
😭😭😭😭🥰🥰🥰
ya Tuhan.
sakitnya