Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Mendengar Sesuatu
Kirana kini bernafas lega, dia sudah melunasi bayar kost yang menunggak juga membayar hutangnya pada Danisa. Kini dia sedang berada di kamar kost Danisa.
"Jadi lo di bayar lima juta untuk tiga hari uji coba itu?" tanya Danisa masih sibuk membalas pesan masuk dari kekasihnya.
"Ya, dan sekarang gue harus jadi gurul les anaknya lagi." jawab Kirana..
"Baguslah, berarti ibu kost lo tidak marah-marah lagi kan?" tanya Danisa.
"Ya, aku tambahkan sedikit untuk tutup mulutnya agar tidak mengomel terus." kata Kirana.
"Hah, manusia memang butuh uang untuk menutup mulut yang comel ya." kata Danisa.
Tuuut
Suara telepon berbunyi, Danisa tersenyum senang lalu dia mengangkat teleponnya itu.
"Halo baby, gimana? Jadi ngga datang kesini?" tanya Danisa.
"Tentu beb, siapkan dirimu sekarang. Kita akan bertempur lagi sampai puas."
"Uugh, kamu nakal ya. Ya udah, sebentar ya aku lagi ada sahabat berkunjung."
"Oke, aku tunggu. Jangan lama-lama ya."
"Iya, sebentar lagi dia pulang kok."
Klik
Telepon di tutup, Danisa meletakkan ponselnya di meja.
"Ada apa?"
"Bruno mau kemari." jawab Danisa dengan wajah senang.
"Kalian mau begituan lagi?"
"Tenang sayang, kita melakukan suka sama suka. Lagi pula dia pacar gue." kata Danisa.
"Lo itu mudah banget jatuh cinta Danisa, lalu setiap pacaran lo sama pacar baru lo selalu melakukan itu?" tanya Kirana.
"Ngga juga, tergantung pacar gue. Gue bikin asyik aja."
"Lo ngga takut nanti hamil duluan?"
"Gue pakai pengaman, Ki. Udah jangan hiraukan masalah gue. Yang penting lo harus jaga diri ya hahah."
"Lo ingetin gue, tapi diri lo sendiri ngga ngelakuin itu."
"Karena melakukan itu sangat menyenangkan sayang. Nanti lo akan merasakannya kalau udah menikah, rasanya sangat menyenangkan dan kita seperti terbawa di awang-awang." kata Danisa.
Kirana mencibir, sesuatu yang salah dan harus di lakukan setelah menjadi halal dan baik. Itu lebih baik. Tapi sahabat Kirana ini aneh, bisa menasehati sahabatnya tapi untuk dirinya sendiri tidak bisa.
"Terserah kamulah."
"Tenang sayangku, Kirana Prameswari. Gue selalu menjaga diri gue sendiri meski gue melakukan itu, tapi gue selalu waspada."
"Ya ya, jangan sampai gue dengar lo curhat ke gue sambil nangis-nangis ya. Biar nanti kakak lo yang urus masalah lo itu." kata Kirana.
"Hahah, jangan khawatir Ki. Gue orangnya santai, tapi gue tetap sayang kok sama lo." kata Danisa memegang tangan Kirana dengan lembut.
"Haish, gue pulang. Lo lama-lama jadi menakutkan ya." kata Kirana.
"Hahaha ....!"
Kirana pun pamit pulang, dia merasa berteman dengan Danisa sangat menyenangkan. Meski Danisa adalah gadis bebas, tapi dia tidak pernahr menjerumuskannya ke hal negatif. Bahkan akan selalu melindungi dan membantu Kirana jika dalam kesulitan.
_
Sudah satu bulan Kirana bekerja jadi guru privat Missel. Lebih tepatnya sih pengasuh yang bisa apa saja, tapi Bryan menyebutnya guru privat.
Missel semakin lengekt dengan Kirana, dia selalu ingin di ladeni oleh Kirana. Awalnya Kirana merasa biasa saja, tapi lama kelamaan Missel sering mengajaknya keluar jalan-jalan.
"Missel, nanti papi kamu marah lho kalau keluar rumah." kata Kirana.
Sebentar aja tante, Missel pengen jalan-jalan di taman dekat kompleks ini aja kok. Papa ngga pernah ajak Missel jalan-jalan karena sibuk, Missel ingin keluar rumah tante." kata Missel sambil merengek.
Kirana bingung, dia melihat Missel masih merengek dan menarik tangannya. Merasa kasihan, Kirana pun mengiyakan.
Dan tentu saja Missel sangat senang dengan di kabulkannya permintaannya itu.
"Tapi jangan lama-lama ya, nanti tante di marahi papi Missel lagi." kata Kirana.
"Iya tante, tenang aja kok."
"Missel harus nurut sama tante jangan macam-macam di taman itu nanti." kata Kirana lagi.
"Iya tante."
Lalu Kirana pun menggandeng tangan Missel, dia berpikir apakah benar Missel tidak pergi kemana-mana selain di rumah terus?
"Mbak Kirana mau kemana ajak non Missel?" tanya Dodi satpam rumah.
"Missel minta jalan-jalan di taman kompleks pak Dodi. Boleh kan ya?" tanya Kirana.
"Emm, tapi ini sudah sore mbak. Nanti tuan Bryan nyari gimana?" tanya Dodi.
"Pak Dodi bilang aja sama papi, kalau aku yang minta. Biar tante Kirana ngga di marahi papi." kata Missel.
"Nanti pak Dodi di marahi juga sama papi non Missel." kata Dodi lagi.
"Ayolah pak Dodi, aku ngga pernah jalan-jalan keluar rumah. Kan perginya sama tante Kirana, ngga pergi semdiri kok." kata Missel lagi.
Dodi mempertimbangkan ucapan Missel, dia melihat Kirana hanya mengedikkan pundaknya saja.
"Tapi sebentar aja ya non, sebelum papinya non pulang. Non harus sudah ada di rumah ya." kata Dodi.
"Iya pak Dodi, beres."
"Mbak Kiran, jaga non Missel di jaga ya. Kita sama-sama menjaga nasib kita juga lho mbak." kata Dodi.
"Iya pak, saya juga tahu. Ya udah, kalau begitu buka dong pintunya."
Dodi pun membuka pintu gerbang besar dan berat itu, Kirana dan Missel keluar. Mereka menuju taman kompleks yang lumayan agak jauh jika di tempuh jalan kaki. Sepuluh menit perjalanan dengan jalan kaki, jika naik motor pasti butuh waktu lebih cepat.
_
Kirana sedang asyik duduk di bangku taman dengan bermain ponselnya. Dia lupa kemana Missel bermain, hingga lama dia baru sadar Missel tidak ada di tempatnya bermain ayunan.
"Missel kemana ya?" tanya Kirana pada diri sendiri.
Pandangannya dia edarkan seluruh penjuru taman, namun dia tidak menemukan Missel. Hari sudah sore dan matahari sudah di ufuk barat. Kirana khawatir, kemana Missel bermain.
"Missel!" teriak Kirana.
Dia berjalan cepat menyurusi setiap sudut taman dan taman bunga rindang, ke pohon-pohon di ujung yang lebat daunnya Membuat tempat itu sangat sepi dan agak gelap. Dia terus menuju pepohonan itu, hatinya mulai cemas jika Missel hilang.
"Missel, kamu di mana?!" teriak Kirana lagi.
Sampai jauh menuju pepohonan yang mulai di jalari semak-semak, Kirana mendengar suara krasak krusuk di belakang semak-semak. Dia mengira Missel ada di balik semak-semak itu.
Kirana berhenti di belakang pohon besar, mendengarkan dengan cermat barangkali memang di balik semak-semak itu ada Missel.
Sayup-sayup terdengar suara seorang perempuan mendengus manja dan berbicara dengan suara kecil samar-samar.
"Aaah, ini nikmat mas. Sssst.!" suara sayup itu terdengar.
Kirana tertegun, apakah Missel memang ada di sana. Antara ragu dan penasaran, Kirana maju perlahan.
"Terus maaaass, ssst. Aaaah!"
Kirana kembali diam, dia seperti mendengar seseorang sedang melakukan sesuatu.
"Mas mau keluar dek, aaaah..!"
"Pegang pentilku maaass, rasanya geli enak maaas. Ssst!"
"Uuh, aaah."
Kirana menelan ludahnya, dia berbalik dan betapa kagetnya dia. Dia terlonjak mundur memegangi dadanya dan menatap pada laki-laki yang ada di depannya tadi.
"Kamu mendengar apa?" bisik laki-laki itu yang ternyata adalah Bryan.
"Eh, tuan Bryan. Itu, saya mencari Missel tadi kemana dia ya." jawab Kirana gugup dan malu.
Dia takut Bryan mengetahui di balik semak itu ada dua orang yang sedang melakukan percintaan di hari petang begini.
Bryan pun menajamkan telinganya karena dia juga merasa terganggu dengan suara lirih di balik semak itu. Tapi Kirana segera menarik tangan Bryan agar jangan mendengar suara di balik semak. Namun Bryan menahan tangan Kirana.
"Uuuh, aaaah. Nikmaaatnya dek. Kamu memang bikin aku puas banget." kata laki-laki itu.
"Iya mas, aku juga menikmati punyamu juga. Sangat puas. Heheh."
Dan Bryan juga menelan ludahnya, dia lalu menarik tangan Kirana. Keduanya saling diam dan wajahnya tegang. Tak ada kata, merasa malu sendiri karena telah memergoki dua orang yang sedang bercinta di balik semak-semak itu sore hari.
"Papi, tante Kirana dari mana?"
_
_
_
************