Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bebas
“Sebenarnya siapa Isabel itu? apakah dia ada hubungan lebih dengan suami? “ Gumamku dalam hati.
Setelah mereka pergi akupun keluar dari tempat persembunyian ku, dengan hati yang hancur aku masuk kembali kedalam namun, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi .
Tepatnya saat jam sepuluh lewat beberapa tamu ada yang sudah pulang dan ada juga yang masih berbincang-bincang dengan pemilik rumah itu namun tak terlihat sama sekali Evan.
Sudah sepuluh menit aku menunggu agar cepat pulang namun entah apa yang tengah Evan lakukan, sama sekali ia tak terlihat.
Aku keluar dari rumah besar tersebut dengan duduk dibagian tangga rumah itu, sesekali aku melihat siapapun yang keluar tetapi sama sekali Evan tidak terlihat.
Rasa penasaran dan perasaan yang tak enak dihati itu muncul kembali saat tengah memikirkan suamiku Evan apa yang sebenarnya telah terjadi kepadanya mengapa sampai saat ini belum juga keluar dari rumah besar ini.
Tak ada siapapun yang mengenalku bahkan menyapaku saat datang dan sama sekali tidak ada yang menghiraukan ku. Rasa putus asa ku kembali muncul dengan langkah kaki yang putus asa aku langsung meninggalkan tempat itu.
Aku sengaja berjalan kaki karena kalau aku sampai mengemudi mobil Evan dan membawanya pulang pasti ia akan marah.
Sialnya, aku sampai lupa membawa handphone ku padahal itulah yang paling penting bagiku. Aku melangkah kembali kearah mobil Evan dan masuk kedalam mobilnya untuk menunggu.
Beberapa menit kemudian aku menunggu namun tidak ada tanda-tanda Evan keluar dari rumah besar itu. Tanpa berfikir panjang aku kembali masuk kedalam rumah itu.
"Maaf aku ingin bertanya, dimana Evan? " tanyaku kepada seorang pria yang berdiri tak jauh dariku.
"Dia dilantai atas" sahutnya.
Dengan segera aku bergegas ke lantai atas untuk melihat sebenarnya apa yang telah terjadi, tangga yang sangat tinggi membuatku sesekali istirahat karena capek berjalan terus menerus.
Setibanya aku diatas, ada beberapa ruangan yang kulihat sampai-sampai aku bingung sendiri dimana ruangan pertama yang harus aku cek. Semua ruangan itu sangat sepi .
Aku melangkah maju kearah ruangan pertama untuk mengecek, namun belum juga membuka pintu ruangan itu aku mendengar seperti ada suara wanita dan juga suara seorang lelaki.
Perlahan aku mendekati sebuah ruangan yang tak jauh dariku ruangan itu berada didepanku sekitar satu meter. Semakin dekat semakin nyaring pula suara itu terdengar olehku.
Telingaku ku tempelkan ke pintu ruangan tersebut, terdengar jelas suara seorang wanita tengah mendesah terus menerus.
Saat ingin membuka ruangan itu sialnya, ruangan tersebut di kunci oleh seseorang yang berada didalam. Tak kehabisan akal aku mengintip melalui lubang tempat kunci kamar itu terlihat punggung seorang lelaki dan juga seorang wanita dibawah lelaki itu.
Wanita itu sangat cantik, aku melihat wanita itu tidak mengenakan baju dengan tubuh lainnya ditutupi selimut putih dengan tubuh lelaki itu juga yang ditutupi selimut.
Aku tidak lihat dengan begitu jelas siapa wanita serta lelaki didalam kamar itu, namun perasaan yang ingin tau membawaku lebih jauh dan sejauh ini.
Aku menghela nafas panjang namun saat aku mengintip lagi lelaki itu kini sudah berbaring bersampingan dengan wanita itu dengan senyuman serta berbincang-bincang yang entah apa itu karena suara mereka yang sangat kecil.
Setelah ku teliti dengan seksama mataku terbelalak melihat pemandangan yang tidak seharusnya aku lihat, lelaki itu tidak lain adalah Evan dengan seorang wanita yang kutemui di balkon sebelumnya.
Dadaku sesak, detak jantungku tidak stabil akupun terjatuh dilantai dengan lututku yang sudah melemas begitupun dengan tubuhku.
Dengan derai air mata aku memaksakan tubuhku untuk turun dengan pelan dari tangga itu, aku mengusap kedua mataku tak kuhiraukan lagi Evan yang sedang bersenang-senang dengan wanita yang memang entah aku tidak tau siapa dia.
Kulajukan mobil Evan dengan kecepatan penuh tanpa menghiraukan lagi keselamatan ku sendiri, jalan yang tidak ramai kendaraan membuatku semakin brutal lagi mengemudikan mobil tersebut.
Aku melihat dari kaca spion ada sebuah mobil berwarna hitam tengah berada dibelakangku, seperti tengah mengikutiku. Tak kubiarkan aku langsung membelokkan mobilku lalu kulajukan lagi dengan kecepatan penuh.
Belum juga ada dua puluh menit mobil yang ku kemudikan sudah masuk kedalam halaman rumah Evan, beberapa pria segera berjalan cepat kearahku dengan langsung membukakan pintu mobil Evan.
Akupun turun, semua mata saling berpandangan satu sama lain aku tau apa maksud mereka.
"Dimana Tuan, Nyonya? " Tanya salah satu dari mereka.
"Dia masih ada urusan" jawabku singkat.
Hari ini tepatnya jam satu siang selesai mandi lagi aku langsung memasukkan beberapa baju serta celana dan juga beberapa gaun dan ku masukkan kedalam koper, dengan beberapa barang lainnya seperti tas dan yang lainnya.
Aku sengaja tak membawa banyak seperti gaun-gaun yang dibelikan oleh Evan, tujuanku tak lain untuk pergi dari rumah ini sebelum ia pulang.
Setelah semuanya selesai aku mengambil handphone ku, saat keluar dari rumah besar itu beberapa pandangan heran dan bingung dari para penjaga dan juga pelayan.
Aku mengambil mobilku di garasi, setelah koper dan semua barang lainnya ku masukkan dalam bagasi mobil itu aku lajukan tanpa memberikan satu katapun kepada semua orang yang menatapku dengan begitu mereka juga seperti enggan untuk bertanya kepadaku.
Ditengah perjalanan aku berpapasan dengan mobil hitam yang tak lain itu adalah mobil Evan,aku langsung memakai kacamata hitam agar ia tak tau.
Saat sudah sangat jauh dari rumah Evan aku langsung mengemudikan pelan mobilku, dan membuka handphoneku. Aku melihat-lihat rumah yang bisa aku sewa dengan sisa uang dari mertuaku yang ia berikan beberapa minggu yang lalu.
Untuk saat ini aku tidak mau merepotkan Tika temanku, aku ingin menyendiri dahulu agar bisa menjernihkan fikiranku.
Setelah memasuki perkampungan yang sangat jauh dari kota, dan disitulah rumah sewa yang akan aku lihat dengan bantuan dari handphone ku.
"Disini kan tempatnya? " ucapku berbicara sendiri.
Mobilku lalu ku masukkan kedalam kampung tersebut dengan sangat pelan sambil melihat-lihat kampung tersebut yang sangat ramai bisa dibilang seperti kota. Namun bukan disini kedua orang tuaku tinggal aku memang sengaja untuk tidak menemui mereka sebelum perasaanku membaik.
Tok tok tok~~~
Pintu rumah besar itu aku ketuk dengan sekuat tenaga, terdengar suara seorang wanita yang membuka pintu itu.
"Iya ada apa? " Tanya nya.
Seorang wanita paruh baya itu menatapku dengan bingung, dia melihatku dari atas hingga bawah kaki.
"Aku yang ingin menyewa rumah anda" ucapku terbata-bata.
"Oh baiklah saya akan melihatkan rumahnya kepadamu" ucapnya.
Mobilku ku simpan tepat di halaman rumah wanita itu, dan langsung ku ikuti wanita tersebut untuk melihat rumah yang akan aku sewa.