Usia yang sudah memasuki 33 tahun, membuat tuan muda Anderson merasa frustasi karena tekanan orang tuanya untuk segera menikah. Ditambah dengan semua adiknya sudah berumah tangga, hal itu membuatnya semakin tertekan.
Namun, pertemuan tidak sengaja dengan seorang perempuan muda yang ceria dan menarik, membuat Tuan muda terpesona.
Apakah akhirnya dia akan segera menemukan pendamping hidup dan terhindar dari tekanan kedua orangtuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Jadi ... " kata pak Pram setelah ibu Eli selesai bicara.
"Iya yah, ini cara kira untuk bisa membuat perusahaan bangkit lagi." potong ibu Eli. "Ayah gak maukan kalau sampai perusahaan bangkrut dan kita jadi gelandangan?" tanya wanita itu.
"Tentu saja, tapi apa mungkin anak itu mau?" tanya pak Pram dengan nada yang terdengar begitu pesimis.
"Harus mau, ya anggap saja sebagai balas budi karena kita sudah mengurusnya selama ini." tutur ibu Eli. "Atau hitung-hitung sebagai tanda baktinya seorang anak pada orangtuanya." sambungnya lagi yang terus menyakinkan pak Pram.
"Iya kamu benar Bu." sahut pria itu yang langsung terpengaruh begitu saja dengan ucapan istrinya. "Nanti kita bicarakan ini dengan dia." imbuhnya.
"Iya yah, makin cepat makin bagus." ujar ibu Eli.
Bu Eli langsung tersenyum membayangkan banyaknya uang yang akan mereka dapatkan, kembali hidup miskin seperti yang dia takutkan tak akan terjadi lagi.
"Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, dapat uang sekaligus bisa membuang tuh anak s**l." ucap ibu Eli dengan bibir yang menampilkan senyum smirknya tanpa sepengatahuan pak Pram yang sibuk dengan ponselnya, entah sedang melihat apa.
❤️
Seusai makan malam, disinilah Sofia saat ini. Duduk di salah satu sofa yang ada di ruang keluarga. Selain dirinya juga ada anggota keluarga yang lain.
"Sofia, ada yang ingin ayah katakan sama kamu." kata pak Pram mengawali pembicaraan mereka.
Sofia pun langsung mendongakkan kepalanya menatap sang ayah. Ya dia sudah pasti ada sesuatu hal yang penting yang ingin sang ayah bicarakan hingga memintanya untuk berada di San. Mencurigakan malah, karena tak biasa-biasanya, jangankan duduk bersama dan mengobrol ... ada Sofia di dekat mereka saja mereka terlihat menghindar ah tidak lebih seperti melihat jijik bagikan ada kotoran di dekat mereka.
"Begini Sofia, perusahaan keluarga kita sedang ada masalah jadi ayah berharap bantuan kamu." sambung pak Pram.
"Perusahaan? Bantuan apa yang ayahnya butuhkan darinya, jangankan mengerti tentang perusahaan ... bagaimana bentuk di dalam perusahaan orangtuanya saja dia tidak tau, karena memang sama sekali tak pernah datang kesana." pikir Sofia. "Bantuan apa?" tanya Sofia.
"Ayah aku kamu besok tidak usah berangkat bekerja dan menemani ayah menerima tamu seseorang yang akan datang ke rumah kita untuk memberikan modal." jawab pak Pram yang tak mengatakan secara langsung.
Tentu saja pria paruh baya itu punya perhitungan, dia takut jika mengatakannya sekarang bisa saja Sofia kabur dari rumah saat semua orang terlelap, apalagi para pekerja di rumahnya begitu pro dengan gadis itu hingga mereka pasti akan dengan suka rela membantunya.
"Tapi ... "
"Gak ada bantahan." potong pak Pram dengan suara yang terdengar begitu tegas. "Cuma nurut bilang iya aja kok susah." sambungnya lagi dan langsung pergi meninggalkan ruang keluarga di susul dengan yang lainnnya.
"Sudah sana masuk kamar, jangan tidur malam-malam." ujar Erick yang paling akhir berada di sana bersamanya.
Erick mengelus puncak kepala Sofia sebelum benar-benar pergi ke kamarnya. Pria begitu apik berperan sebagai kakak untuk Sofia, bahkan lebih membela Sofia di bandingkan Elsa jika kedua gadis itu terlihat bersitegang.
Semalaman Sofia benar-benar tak bisa tidur memikirkan ada apa sebenernya sehingga sang ayah melibatkan dirinya, ini sungguh hal yang tak biasa.
❤️
Seperti rencana yang sudah di susun, Kenzo ... pria yang akan memberikan uang banyak untuk keluarga Pramana sudah di hubungi Bu Eli.
Tepat jam sembilan Kenzo sudah datang ke sana, tak sendiri melainkan bersama seseorang yang tak lain adalah pengacara sekaligus orang kepercayaan Axel, Dion.
"Jadi bagiamana Bu Eli?" tanya Kenzo setelah duduk di sana untuk beberapa menit.
"Seperti yang semalam saya katakan pak, kamu punya orang yang bisa di tukar untuk menjadi budak." jawab Bu Eli yang duduk di samping pak Pram.
"Tapi apa hubungan dia dengan anda? karena saya kalau sampai ada masalah nantinya." kata Kenzo. "Jangan sampai ada keluarga yang menuntut kami." imbuhnya lagi.
"Oh tenang saja pak, tak akan." jawab ibu Eli. "Dia anak keluarga kami." sambungnya yang membuat alis Dion terangkat sebelah.
Masih tak menyangka jika ada orangtua yang rela menukar anaknya dengan harta, bikin geleng-geleng kepala pokoknya.
"Baik, kalau begitu silahkan di tanda tangani dan dengan begitu kami akan segera memberikan uangnya." kata Kenzo.
"Tapi setelah penandatanganan maka hubungan kekeluargaan kalian akan terputus, maka pikirkan sekali lagi." ujar Dion mengingatkan kedua orang tersebut.
Tanpa mengindahkan perkataan Dion, pak Pram justru langsung menandatangi berkas tersebut tanpa menunggu lebih lama. Ternyata memang uang bisa membutakan mata dan hati seseorang.
"Panggil anak itu Bu." kata pak Pram pada istrinya.
Bu Eli langsung pergi menemui Sofia, menarik tangan wanita itu hingga sampai di ruang tamu.
"Ini anaknya, bawa saja." ujar ibu Eli yang membuat Sofia bingung.
"Ini maksudnya apa?" tanya Sofia.
Seolah tak ada yang mendengar perkataannya, justru Bu Eli malah berkata pada dia orang pria asing yang ada di sana.
"Mana uangnya?" tanya ibu Eli.
Aldo pun langsung menyerahkan dua koper yang dia bawa di hadapan ibu Eli dan pak Pram.
"Silahkan lihat dan periksa." tutur Kenzo.
"Ayah ini sebenarnya ada apa? Itu uang apa dan kenapa ibu Eli meminta mereka untuk membawa aku?" tanya Sofia dengan suara yang lebih keras agar di dengar.
"Nona, mereka sudah menukar anda dengan uang kami." sahut Kenzo yang membuat Sofia terperangah. Dia tak menyangka jika ayahnya bisa melakukan hal itu.
"Apa itu benar?" tanya Sofia dengan suara bergetar.
"Iya, semua itu utuk perusahaan." jawab ibu Eli.
"Tapi kenapa harus aku?" tanya Sofia lagi. "Aku gak mau ayah." sambungnya.
"Terus kalau bukan kamu siapa? Elsa? Itu gak mungkin, kuliah Elsa belum selesai dan dia juga tak cocok jadi budak ... cocoknya jadi nyonya." sahut ibu Eli lagi.
"Ayah? kenapa ayah, bukannya aku ini juga putri kandungnya." lirih Sofia menatap nanar pak Pram tapi justru pria tersebut memalingkan wajahnya menghindari tatapan Sofia.
"Ada apa ini?" tanya Erick yang baru saja masuk kedalam rumah dan terdengar ribut-ribut dari luar. Pria itu tadinya sudah berangkat namun karena ada yang ketinggalan makanya dia putar balik.
"Cepat bawa dia." titah Bu Eli pada Aldo dan Dion.
"Aku gak mau, kakak tolong aku ... aku gak mau di bawa mereka, aku gak mau jadi budak." kata Sofia dengan meronta-ronta karena kedua tangannya sudah di pegang oleh Aldo dan Dion.
"Erick, jangan ikut campur!" seru ibu Eli kala Erick akan mendekati Sofia.
Melihat situasi yang tak kondusif, Elsa yang baru turun dari lantai dua dimana kamarnya berada langsung memanggil tuang kebunnya, sehingga Erick yang akan mengejar Sofia langsung di tahan oleh para pekerja.
"Sofia!" teriak Erick.
cerita bagus ..
bahagia slalu ya Axel dan Sofia