Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Bab 12
POV Author
Malam itu, sesuai rencana Rahayu dan si Kakek makan bersama di Lamongan dan kali ini ditemani juga oleh Dirman.
Seusai makan, mereka pun ke kosan Rahayu untuk mengangkut barang-barang yang sudah di kemas oleh gadis itu. Rahayu pun tidak lupa pamit kepada pemilik kosan juga kepada beberapa teman kosanya.
"Apa ada yang kamu butuhkan cah Ayu?" Tanya si Kakek ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Si Kakek duduk di belakang, sedangkan Rahayu dan Dirman duduk di depan.
"Tidak ada Kek. Kakek sudah memfasilitasi Ayu sudah lebih dari cukup. Nanti Ayu susah mau balas budi Kakek."
"Oalah, kok malah kepikiran buat balas budi. Kakek membantumu tanpa pamrih. Malah Kakek yang berterima kasih. Kamu selama ini jadi teman mengobrol buat Kakek. Besok hari minggu, lusa tanggal merah, apa yang mau kamu lakukan cah Ayu?"
"Mungkin Ayu mau pulang sebentar Kek, mau lihat keadaan orang tua Ayu." Jawab Rahayu yang terkesan rindu kepada orang tuanya.
Si Kakek merasa iba kepada gadis itu sehingga ia menghela napas berat. Sang Kakek tahu bagaimana hubungan komunikasi antara Rahayu dan orang tuanya dari cerita Rahayu sendiri. Si Kakek tidak dapat membayangkan wajah sedih Rahayu, bila gadis itu mendapat acuhan dari kedua orang tuanya.
"Apa tidak apa-apa?"
"Iya Kek, tidak apa. Walau bagaimana pun, Mereka tetap orang tua Ayu."
"Hemm, baiklah. Jika terjadi apa-apa, jangan sungkan bercerita kepada Kakek. Juga butuh sesuatu, bilang saja kepada Bu Aminah ya. Besok Kakek harus ke Solo selama 3 hari bersama Dirman."
"Oh, iya Kek. Ayo doakan semoga perjalanan Kakek nanti lancar dan selamat sampai tujuan."
"Aamiinn..."
Jawab si Kakek dan Dirman serempak.
Karena jarak kosan tidak jauh, mereka pun tiba di rumah. Dirman segera mengangkat kembali barang-barang Rahayu dan membawanya ke rumah kecil. Sampai di sana Rahayu menyusun barang-barangnya di kamar yang telah disiapkan untuknya.
"Mau Ibu bantu Nak?" Ujar Bu Aminah ketika melihat Rahayu merapikan barang-barang bawaannya di kamar barunya.
"Oh, biar Ayu sendiri saja Bu. Lagian tidak banyak. Hanya buku-buku dan pakaian saja. Bu Aminah istirahat saja, Ibu pasti lelah."
"Tidak, Ibu tidak lelah Nak."
"Tidak apa Bu, biar Ayu sendiri saja, hehehe..."
"Baiklah. Setelah selesai, kamu langsung istirahat saja ya Nak. Di rumah utama juga sudah tidak ada lagi aktivitas di dapur. Tapi kalau kamu laper lagi, bisa bangunkan Ibu kalau mau ke dapur rumah utama. Atau mau masak mie di dapur sini juga bisa." Ujar Bu Aminah.
"Ayu masih kenyang Bu. Setelah ini, mungkin Ayu mau langsung tidur saja."
"Ya Sudah. Ibu ada di sebelah. Panggil Ibu jika butuh apa-apa ya?"
"Baik Bu."
Sejujurnya Rahayu sungkan. Padahal ia juga hanya seorang pekerja di rumah itu. Tetapi ia perlakukan sangat baik di sana.
***
Keesokan harinya.
Rahayu bangun pagi sekali. Setelah mengerjakan sholat subuh, ia langsung turun ke kebun untuk menyirami bunga-bunga di sana.
Rahayu pun melanjutkan tugasnya merapikan bunga yang terlihat tidak menarik. Mencabut rumput yang mengganggu dan memangkas tangkai yang tidak perlu. Semua itu ia kerjakan dengan sepenuh hati.
Hingga tidak terasa matahari mulai menerangi bumi dan memberikan kehangatannya. Rahayu melihat jam dari handphone yang sudah menandakan pukul 07.30 pagi.
"Yu, sudah. Ayo sini, sarapan dulu." Ujar Bu Aminah memanggil.
"Iya Bu. Sebentar, Ayu mandi dulu ya."
Kebetulan tugas Rahayu sudah selesai. Ia pun beranjak bangun dan segera membersihkan diri.
"Yu, kata Dirman kamu mau pulang ke rumah orang tua mu ya?" Tanya Bu Aminah ketika mereka duduk bersama menikmati sarapan nasi goreng pagi itu.
"Iya Bu. Rencana pagi ini, setelah tugas Ayu selesai."
"Sayang Dirman tidak bisa antar kamu. Dirman baru saja berangkat dengan Tuan besar."
"Oh, tidak apa Bu. Ayu juga biasanya pulang pergi sendiri dan naik ojol pun sampe. Kan tidak jauh Bu, hehehe..."
Bu Aminah menghela napas panjang.
"Semoga pulang nanti kamu bahagia bertemu orang tua mu ya, cah Ayu." Tutur Bu Aminah menatap sendu Rahayu.
Bu Aminah yang sudah tahu permasalahan Rahayu dan orang tuanya, mereka iba melihat gadis itu.
Meski hatinya terluka dan kecewa, juga merindukan kasih sayang, namun ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan tetap tersenyum.
"Iya Bu, semoga. Ayu juga kangen banget sama mereka." Ungkap Rahayu jujur.
Rahayu memang merindukan kasih sayang orang tuanya meski hatinya kecewa.
Setelah sarapan, Rahayu pun memesan ojek online untuk pulang ke rumahnya. Sebenarnya Rahayu takut akan di tolak dan di abaikan lagi. Namun hatinya yang merindu tidak dapat ia bendung selamanya. Berharap orang tuanya sudah kembali seperti dulu kala.
Rahayu tidak mungkin bisa membenci orang tuanya begitu saja, meski hatinya sakit, terluka dan kecewa. Ia memang marah, namun banyak kebahagian yang ia rasakan dan kasih sayang yang telah orang tuanya berikan sehingga rasa marah itu terkalahkan oleh rindu.
Melihat rumahnya dari kejauhan saja, hatinya menghangat. Ia rindu suasana rumah sebelum kehadiran Arumi.
Rahayu turun sedikit menjauh dari rumah orang tuanya. Ia sengaja turun di sana sembari mengatur degup jantungnya yang sejak di perjalanan tadi terus berdebar-debar.
Perlahan Rahayu melangkahkan kakinya berjalan menuju rumah. Bahkan langkahnya pun tak terdengar sehingga tidak ada yang menyadari kedatangannya yang sudah hampir mendekati pintu rumah.
Rahayu berhenti sebentar untuk mengantur napasnya.
"Mau sampai kapan kita tutup mulut Yah? Lagian juga buat apa anak itu masih terdaftar di kartu keluarga kita?"
Sayup-sayup Rahayu dapat mendengar suara sang Ibu yang mungkin berada di ruang keluarga. Namun masih bisa terdengar karena pintu utama rumah terbuka lebar.
"Kita tidak bisa gegabah Bu. Warisan dari Arumi yang kita nikmati ini bisa hilang kalau anak itu tahu yang sebenarnya."
Ini maksudnya apa? Batin Rahayu bertanya-tanya.
Rahayu masih bingung, apa yang sedang di bicarakan oleh kedua orang tuanya.
"Jadi kita harus pura-pura selamanya jadi orang tuanya? Ibu tidak tega sama Arumi. Anak itu sudah mengambil banyak kasih sayang Ibu untuk Arumi anakku sendiri."
Deg,
Apa maksudnya gadis menjengkelkan itu juga anak ibu dan ayahku?! Batin Rahayu.
Wajah Rahayu memucat. Meski pun tidak di sebut kan namanya, Rahayu yakin anak yang disebut-sebut itu adalah dirinya. Dan ia yakin setelah mencerna kembali ucapan ayah dan ibunya kalau mereka sebenarnya punya anak yang lain.
Warisan? Arumi menerima warisan? Dari siapa? Dan kenapa aku harus di keluarkan dari kartu keluarga?! Batin Rahayu mulai terguncang.
Tubuh Rahayu gemetar setelah otaknya mulai berasumsi sendiri. Membayangkan ia bukan anak kandung orang tuanya membuat Rahayu down dan terhuyung mundur ke belakang.
Rahayu menggeleng-gelengkan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia pun memutar tubuhnya dan berlari menjauh dari rumah orang tuanya.
"Huwuuu... hiks... hiks..."
Sambil berlari air mata Rahayu tak terbendung lagi. Ia terus menangis walau beberapa orang melihatnya keheranan.
Hati Rahayu benar-benar hancur membayang jika benar ia bukan anak kandung kedua orang tuanya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊