Sepasang Mantan

Jam dua belas siang waktu Singapura.

Stella akhirnya bisa mengakhiri shift jaganya, pagi tadi ketika hendak pulang dan menjumpai Andre sebelum berangkat, mendadak ada situasi darurat yang membuatnya tak bisa menemui sang putra.

Nona Betty nampak sedang menyelesaikan tugas nya membersihkan dapur ketika Stella tiba.

"Selamat siang Nona Betty," Sapa Stella.

"Siang Mrs. Risa," Balas Betty.

"Kenapa baru membersihkan di jam seperti ini?" Tanya Stella, karena biasanya Betty membersihkan apartemen di pagi hari usai dirinya dan Andre meninggalkan apartemen.

"Oh, maaf Mrs. Risa, tadi aku harus menyerahkan tugas sekolahku dahulu, jadi baru bisa melakukan pekerjaanku di siang hari.

Stella tersenyum "Tidak masalah, asal tidak mengganggu jam sekolah mu, toh aku hanya sendirian beberapa hari ini."

Stella pun berjalan menuju kamarnya, syukurlah kamarnya sudah di rapikan, jadi ia bisa segera mandi dan istirahat.

Selepas mandi, Stella memeriksa ponselnya, ternyata sederetan pesan dari mama nya bermunculan di layar pesan.

stella, mama mau ke indonesia. -mama-

Kapan kamu mau mengajak Andre ke indonesia?. -mama-

Selamat bersenang-senang ma, entah kapan, aku belum punya rencana berlibur kesana. -Stella-

Indonesia, sungguh tak terkira rasa rindunya, namun ketika mengingat masa masa suramnya dahulu, Stella masih merasa gemetar untuk kembali ke negara asalnya.

tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, Stella beranjak dan membuka pintu kamarnya.

"Maaf, jika saya mengganggu istirahat anda Mrs. Risa," Ucap Betty setelah Stella membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?"

"Ini" Betty menyerahkan secarik kertas, "Seperti nya dari Andre, tadi sebelum berangkat, aku melihatnya menempelkan ini di lemari es."

"Oh ... thank you Betty,"

"Baiklah, saya permisi dulu,"

"Stella mengangguk, "Oh iya, untuk sementara jangan dulu datang sebelum aku menghubungi mu, karena Andre tidak di rumah, jadi ruangan di sini akan tetap bersih selama beberapa waktu."

"Iya, saya mengerti Mrs. Risa, selamat beristirahat... "

Setelah kepergian Betty, Stella kembali ke tempat tidur nya, dia membuat posisi nya nyaman sebelum akhirnya membuka surat cinta dari Andre.

Namun, selepas membaca surat tersebut, mendadak rasa cemas menghinggapi dirinya, 'Indonesia? kenapa harus kesana?'.

Stella kembali bangkit dan membuka ponselnya, rasa penat yang menderanya, seketika hilang begitu saja, berganti menjadi rasa khawatir yang luar biasa, Khawatir Andre akan di temukan oleh anak buah Alex, jika sudah demikian, Alex akan dengan mudah menemukan dirinya juga.

'Ah Stella berhentilah khawatir, Jakarta itu luas, tak mungkin mereka akan bertemu dengan mudah, apalagi Alex yang kini semakin sibuk, pasti akan sulit bagi mereka untuk bertemu, kemungkinan mereka bertemu adalah 1 banding 1000.

Tapi, jika di pikir lagi, kenapa juga Stella harus takut, ketakutan itu hanya ada di dalam dirinya, karena dia belum siap bertemu dengan mantan suaminya, belum siap jika kembali ke Indonesia, kenangan kenangan buruknya akan kembali bermunculan.

Beda Stella beda juga Andre, jika Stella belum siap berhadapan kembali dengan masa lalunya, maka Andre, sangat memiliki hak untuk tahu asal usul keluarga nya, sudah terlalu lama Richard menyembunyikan dirinya dan Andre, bahkan Richard membuat identitas ganda untuk dirinya dan Andre.

Selama ini Stella memakai nama Nathaniel, itu adalah nama keluarga mamanya, karena itulah di rumah sakit, tidak ada yang mengenali bahwa dirinya adalah putri satu satunya dari pemilik William Medical Center.

Hingga selama ini Stella aman bersembunyi menggunakan nama barunya, namun setelah bertemu Dimas tujuh tahun silam, Stella meminta Dimas untuk berhenti mencarinya, namun dengan syarat, Dimas harus terus menerima kabar dari Stella melalui Email, jika Stella tak bersedia mengirimkan kabar, maka Dimas akan membeberkan keberadaan Stella kepada Alex.

Stella menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal, mencoba sekuat tenaga untuk bisa memejamkan mata, namun usahanya berujung sia sia, setiap matanya terpejam justru wajah Alex yang muncul di sana.

'Oh ya Tuhan, takdir apa lagi yang sedang Kau mainkan dalam hidupku, kenapa wajah nya kembali muncul, aku tak pernah berharap kembali padanya, biarlah masa lalu kami berlalu dan menghilang dalam kenangan, aku tak ingin lagi membuat kenangan baru bersamanya'.

...✨✨✨...

Jakarta International Junior High School

Makan malam kali ini, mereka dijamu dengan sup tulang iga, rasa gurih alami dari tulang iga sapi, berpadu dengan aroma rempah, sungguh menggugah selera, membuat Andre kembali berdecak kagum, setelah siang tadi dijamu dengan soto ayam indonesia, kini mereka tengah menikmati sup tulang iga, ternyata sup daging yang sering di buat mommy nya, rasanya sama dengan sup tulang iga yang kini ia nikmati, 'oh mom, tiba tiba aku merindukanmu', gumam Andre.

Suara ketukan membuat Andre menoleh, "Ada apa denganmu, kenapa ekspresimu tampak bahagia bercampur sedih?" Belinda Adalah sahabat Andre, sejak tahun pertama di Junior High School.

"Aku ingat mommy, ini sup favoritnya," Jawab Andre.

"Oh ... " belinda menjawab.

Andre berdiri dan membawa mangkuknya, "Hei kenapa meninggalkan ku? aku bahkan baru mulai makan," teriak Belinda sebal.

"Tunggulah di sana, aku mau tambah sup nya,"

Belinda pun tersenyum lega, karena ia tak akan makan malam sendirian.

Namun setelah beberapa menit menunggu, Andre tak juga kembali, Belinda pun menoleh ke arah meja tempat beragam menu tersaji, ternyata di sana terjadi keributan kecil.

Belinda pun menghampiri keramaian tersebut, nampak disana dua anak berwajah sama tengah saling memandang sebal, masing masing dari mereka tidak ada yang bersedia mengalah, mereka tengah sama sama memegang sendok sup, dan keduanya berdalih mereka yang pertama kali.

Hingga akhirnya beberapa guru menghampiri mereka, "Ada apa kev?" tanya Mrs. Fira

Andre mengerutkan keningnya, 'siapa dia? kenapa memanggilku Kev?', Andre berbicara dalam hati.

"No ... I'm Andre."

Fira nampak terkejut, kemudian menatap lagi pria muda yang berdiri berseberangan dengannya, 'mereka berdua berwajah sama' karena terkejut, Fira nyaris menjatuhkan piring yang ada di genggamannya.

"Saya Kevin ... dan dia si gadungan, yang meniru wajah saya," hardik Kevin tak terima.

"Apa kamu bilang, aku gadungan? kamu yang berwajah pasaran." Balas Andre.

"Hei dengar, wajahku terlalu mahal untuk di jual di pasaran."

"Dan wajahku, terlalu tampan, jadi tak mungkin aku menjiplak wajah mu yang pasaran."

"Apa kamu bilang, masih berani kamu mengatakan wajahku pasaran."

"Kenapa? gak suka? gak terima? sini ... "

Keributan tak ter elakkan, sementara Fira masih belum mempercayai apa yang tersaji di hadapannya, 'Alexander brengsek, apalagi yang kamu sembunyikan dariku, kenapa tak mengatakan padaku bahwa kamu memiliki dua orang putra, dan sekarang mereka ribut, sementara aku tak bisa berbuat apa apa?'

Hampir saja kedua anak berwajah sama itu berkelahi, jika saja Fira tak segera tersadar dari rasa terkejutnya.