Selena diusir dari rumah karena dia lebih memilih menjadi penulis novel online daripada mengurus perusahaan keluarganya. Kedua orang tuanya tidak setuju dia menulis novel karena hampir seluruh novel yang dia tulis adalah novel dewasa.
Dia kira hidupnya akan tenang setelah menyewa apartemen sendiri tapi ternyata tidak. Dia justru diganggu oleh komentar negatif secara terus menerus. Merasa jengkel, Selena melacak keberadaan pemilik komentar negatif itu dan ternyata berada di sebuah perusahaan film.
Selena berpura-pura menjadi cleaning service dan bekerja di perusahaan itu. Dia curiga pada Regan, CEO di perusahaan itu. Berniat mengganggu Regan tapi dia justru yang merasa kesal dengan tingkah Regan yang sangat menyebalkan.
Apakah memang Regan yang menulis komentar negatif di novel Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Saat pintu lift itu terbuka dan Selena melangkah masuk, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan membuatnya terkejut.
"Mama, Papa! Aku kaget sekali." Selena bernapas lega saat melihat kedua orang tuanya yang menahan tangannya. Mereka kini masuk ke dalam lift.
"Elen, dahi kamu kenapa?" Vita menangkup pipi putrinya dan melihat luka di dahi Selena yang sudah diperban.
Selena terdiam beberapa saat. Dia tidak ingin mamanya khawatir jika tahu ada yang terus menerornya. "Tadi jatuh. Hanya luka kecil."
"Elen, apa hubungan kamu dengan Regan? Apa alasan kamu juga menjadi cleaning service? Kamu butuh uang atau kamu ingin mendekati Regan? Dan apa yang sebenarnya terjadi di gala premiere itu. Kenapa kamu keluar dari tempat itu dengan dahi yang terluka?"
Selena menatap papanya curiga. Kedua orang tuanya sepertinya tahu semua yang dia lakukan? Apa selama ini ada yang memata-matainya tapi mengapa mata-mata itu tidak tahu kalau dia sedang diteror?
"Papa menyuruh orang untuk memata-mataiku? Aku sarankan ganti orang saja. Dia tidak profesional karena tidak tahu semuanya." Selena keluar dari lift yang diikuti kedua orang tuanya. Dia membuka pintu unit apartemennya lalu masuk.
"Elen, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Vita. "Kamu pulang ke rumah saja ya. Setiap hari Mama khawatir sama kamu." Dia kini duduk di sofa bersama putrinya.
Sedangkan Shaka masih mengedarkan pandangannya dan melihat setiap sudut unit itu. "Tadi sore Regan masuk apartemen kamu kan, apa yang dia lakukan?"
Selena merasa kesal karena papanya justru menanyakan poin-poin yang tidak penting. "Papa, aku sarankan ganti orang saja agar bisa mata-mataiku sampai dalam apartemen dan juga bisa masuk dalam acara gala premiere dengan begitu Papa bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Memang apa yang terjadi? Luka kamu ini ada hubungannya sama Regan?" tanya Vita lagi.
"Tidak, aku tadi terjatuh saat mau foto dengan pemain film. Di sana ramai sekali," kata Selena berbohong. Dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir dan juga dia sudah berjanji akan mandiri. Ini masalahnya dengan Regan, jadi biar Regan yang menyelesaikannya.
"Kamu hati-hati. Kamu pulang saja ya sama Mama." Vita berusaha membujuk putrinya agar mau kembali pulang karena dia tahu sendiri putrinya sangat keras kepala.
Selena menggelengkan kepalanya. "Aku belum sukses seperti yang aku janjikan. Sebentar lagi ceritaku akan diadaptasi menjadi drama sama perusahaan film si duda, eh maksudku Pak Regan makanya aku bekerja di perusahaannya dan menjadi cleaning service itu hanyalah alibi untuk menyembunyikan identitasku yang sebenarnya."
Shaka duduk di sebelah putrinya dan menatapnya curiga. "Kamu suka sama Regan? Dia sudah berumur dan duda. Meskipun dia seorang CEO dan kaya raya tapi Papa ingin kamu mendapat lelaki yang baik. Kamu tidak tahu bagaimana masa lalunya bersama istrinya dulu."
Selena tertawa mendengar kekhawatiran papanya. Dia menepuk bahu papanya sesaat. "Papa tenang saja, aku tidak ada perasaan apapun sama dia."
"Kamu yakin?" tanya Vita memastikan lagi. "Kalau menurut Mama, sebenarnya umur dan status juga tidak masalah yang terpenting pria itu baik dan mencintai kamu dengan tulus."
Selena semakin tertawa mendengarnya. "Pak Regan jauh dari kriteria perasaan yang tulus, dia tidak tahu kalau aku anak orang kaya jadi gak mungkinlah. Mama, malam ini menginap di sini ya, lalu besok kita jalan-jalan. Biar Papa saja yang pulang."
Shaka mengusap rambut putrinya. "Ya sudah, Papa akan pulang. Ingat, kamu harus bisa jaga diri. Jangan gampang tergoda dengan rayuan pria dan satu lagi, kalau ada apa-apa kamu hubungi Papa. Waktu itu Papa memang mengusir kamu tapi bukan berarti Papa mencoret kamu dari kartu keluarga."
"Iya, Papa." Selena memeluk papanya sesaat lalu mengantarnya ke depan pintu.
Setelah menutup pintu, dia berjalan menuju kamarnya.
"Elen, tumben tempat kamu bersih dan rapi," kata Vita sambil melihat seluruh penjuru unit apartemen yang sederhana itu.
Selena hanya tersenyum kecil. Untung udah dibersihkan semua sama si duda.
...***...
"Tumben pagi-pagi ke sini?" Rosa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel dan menatap putranya yang berdiri di depannya. "Siapa wanita yang kamu gandeng masuk mobil? Untung Mama berhasil menghilangkan foto itu dari media sebelum tersebar."
Regan menatap tajam mamanya. "Kapan Mama berhenti mencampuri urusan pribadiku."
"Masalah Nadia? Nadia memang ingin berusaha mendekati kamu sendiri. Apa susahnya menerima wanita lain di sisi kamu, nanti lama kelamaan kamu juga akan terbiasa sama dia." Rossa berdiri dan mendekati putranya. "Atau kamu memang sudah punya pilihan sendiri? Bagaimana dia? Apa pekerjaannya? Berasal dari keluarga terpandang?"
Regan mengepalkan tangannya. Dia kira, seiring berjalannya waktu hingga umurnya semakin bertambah, dia bisa menentukan pilihan sendiri tapi nyatanya, hidupnya masih penuh dengan aturan.
"Tahun ini umur Mama sudah 60 tahun. Mama ingin sekali melihat kamu menikah lagi."
"Kenapa Mama tidak menyuruh Arga saja."
"Arga masih 25 tahun dan masih meneruskan kuliahnya di luar negeri sampai S3. Mama ingin melihat kamu bahagia terlebih dahulu, baru Mama akan memikirkan kebahagiaan Arga."
"Kebahagiaan?" Regan menunjukkan kertas ancaman yang melukai Selena pada mamanya. "Apa Mama yang sengaja mengancam Selena?"
"Selena? Siapa?" Rossa tak mengerti dengan apa yang dikatakan Regan. Dia membaca pesan ancaman di kertas itu.
"Mama jangan pura-pura tidak mengerti karena Mama pasti akan melakukan banyak cara agar keinginan Mama tercapai."
Rosa tertawa mendengar perkataan Regan. Dia kembali duduk di sofa dan melipat tangannya santai. "Selena? Jadi Selena nama wanita yang bersama kamu semalam. Mama akan cari tahu siapa dia. Satu hal yang harus kamu ingat, Mama tidak mungkin melakukan sesuatu dengan cara licik seperti itu."
Regan mengepalkan tangannya dan meremat kertas itu. "Aku peringatkan sama Mama, jangan pernah melukai Selena sedikitpun!" Kemudian Regan membalikkan badannya dan pergi dari rumah itu.
Dia kini masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan mobilnya menuju apartemen Selena. Dia harus memastikan kondisi Selena hari itu.
Setelah sampai di tempat parkir, Regan masuk ke dalam lift dan naik ke lantai sembilan.
Mumpung hari Minggu, aku ajak Selena belanja bahan makanan saja.
Regan menekan bel unit apartemen nomor 121. Beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka tapi yang membuka pintu itu bukanlah Selena melainkan wanita paruh baya.
"Siapa?"
"Maaf, apa Selena ada?" tanya Regan. Dia kembali melihat nomor yang ada di depan pintu memastikan dia tidak salah unit.
"Kamu siapa? Ada perlu apa sama anak saya?"
adududu sepeda baru....
waduh....ada yang cemburu....
wkwkwkwkwkwk....
mantap... Selena diperebutkan kakak beradik.... ahay.
gimana ya besok reaksi Selena ketika dia tau.... nggak sabar nungguin besok....